100 Tokoh Minanangkabau Bicara, Dony Oskaria: 10 Tahun Lagi Kemajuan Sumbar Seperti Apa?

oleh -915 views
oleh
915 views
Pengusaha Nasional Dony Oskaria jadi pembicara kunci pada Seminar TOP100, Minggu 29/8 di Padang. Lagi ngopo di Morza Maharajo Cooffe Juanda 3.(foto: dok)

Padang,—Pengusaha nasional Dony Oskaria galau melihat kondisi Sumbar hari ini. Ketika dunia sudah beralih ke digitalisasi, Sumbar masih adem-adem saja.

Karena itu wajar kata Dony muncul pertanyaan dalam benak dia dan siapa saja, 10 hingga 20 tahun kedepan Kemajuan Sumbar seperti apa?

Kegalauan CEO sejumlah perusahaan dibawah naungan CTCorp itu, disampaikan secara lugas dan bernas saat tampil sebagai keynote speaker pada seminar “Konsep dan Pemikiran 100 Tokoh Minangkabau untuk Sumbar Kedepan” digelar grup WhatsApp TOP100 di Pangeran Beach Hotel, Minggu 29/9.

“10 tahun kedepan, apakah Sumbar mampu bersaing secara nasional. Apakah adik adik kita mampu tampil di kancah nasional dengan kemampuan SDM yang handal,” ungkap Dony.

Dony melihat, untuk 10 tahun ke depan, Sumbar seharusnya tak lagi fokus pada pembangunan fisik. Tapi bagaimana Sumbar menomorsatukan masalah pembangunan SDM.

“Pembangunan SDM adalah PR nomor satu yang harus jadi pemikiran kita bersama. Tak masanya lagi pemimpin sibuk dengan politik. Banyak potensi yang bisa dogarap agar Sumbar lebih maju 10 tahun kedepan,” ungkap Dony.

Menurut Dony, ada dua potensi andalan Sumbar untuk bisa lebih maju dan bisa berdampak ekonomi bagi masyarakat. Pertama potensi pertanian yang sangat besar dan potensi pariwisata. Nyaris tak ada daerah di Sumbar yang tidak memiliki potensi pariwisata. Cuma potensi wisata itu tidak digarap dengan baik.

“Potensi pariwisata Sumbar tidal di disaind untuk memberikan dampak ekonomi bagi maasyarakat. Kawasan Wisata Mandeh, misalnya. Apa yang didapat masyarakat. Seharusnya pemerintah berpikir, bagaimana mengelola potensi pariwisata secara profesional,” ujarnya.

Kata kunci pariwisata, jelas Dony adalah traffight (lalu lintas). Saat ini penerbangan dari Hongkong, Vietnam, Korea, apalagi Malaysia, hanya sekitar 2-3 jam ke Sumbar. Namun potensi besar wisatawan ini tidak tergarap dengan baik, karena kawasan pariwisatanya juga tak terkelola secara profensi.

“Saat ini, orang ke objek wisata hanya untuk selfie-selfie sebentar lalu pergi. Atau mereka beli nasi bungkus di jalan, lalu makan di lokasi objek wisata, dan setelah itu meninggalkan sampah bertebaran. Apakah ini yang kita mau,” katanya.

Kegalauan Dony selanjutnya adalah soal potensi pertanian. Dengan potensi pertanian yang besar, seharusnya Sumbar sudah menjadi provinsi yang mengekspor hasil pertanian, tapi itu tidak terjadi.

“Karena itu, konsep dan pemikiran para tokoh intelektual sangat diperlukan agar Sumbar lebih maju kedepannya,” ungkapnya. (rilis/alm)