40 Pasien Positif Hari Ini, dr Andani: Terbanyak OTG, Lebih Berbahaya Jika tak Terdeteksi

oleh -550 views
oleh
550 views
Dr.dr Andani Eka Putra sebut untung OTG terdektaksi kalau tak ditemukan pasti akan lebih berbahaya lagi bagi pengendalian covid-19 di Sumbar. Jumat 31/7. (foto: dok)

”Fakta hasil pemeriksaan laboratorium ternyata dari 40 positif itu  95 persen adalah orang tanpa gejala (OTG dan gejaal ringan. Jika OTG ini tidak terdekteksi dari pemeriksaan justru makin membahayakan dalam memutus dan mengendalikan covid-19,”           Andani Eka Putra

Padang,—Rilis Dinas Komunikasi Informasi Provinsi Sumbar berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen swab dua laboratorium rekomendasi Kemenkes RI, terkonfirmasi 40 kasus positif covid-19.

Meningkat tajam jumlah pasien positif hari ini memang mencemaskan para pemerhati dan masyarakat yang peduli, bahkan mulai meragukan Sumbar berhasil kendalikan virus korona.

Tapi menurut Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand Dr. dr Andani Eka Putra kepada media ini, penambahn 40 positif covid-19 Jumat 31/7 masih dalam batas kontrol.

“Naik 40 orang terkonfirmasi positif hari ini hasil pemeriksaan swab Kamis sampai Jumat dinihari tadi, harus menjadi warning bagi masyarakat untuk patuh protokol kesehatan. Walau penambahan itu masih dalam batas kontrol,”ujar Andani Eka Putra via pesan whatsapp kepada media ini.

Menurut dr Andani kecenderungan peningkatan kasus di Sumbar terbesar kemaren, 40 kasus atau 2.5 persen dari total spesimen swab, masih dalam posisi terkendali.

”Sumbar masih terkendali berdasarkan batas ditetapkan WHO menetapkan kurang dari lima persen. Tapi kita tetap waspada dan tetap lakukan tracing masif,”ujarnya.

Andani juga menghimbau publik Sumbar tidak cemas dan panik berlebihan atas peningkatan case postif hari ini ( hasil pemeriksaan spesimen swab, kemarin sampai Jumat dinihari)

”Fakta hasil pemeriksaan laboratorium ternyata dari 40 positif itu  95 persen adalah orang tanpa gejala (OTG dan gejaal ringan. Jika OTG ini tidak terdekteksi dari pemeriksaan justru makin membahayakan dalam memutus dan mengendalikan covid-19,”ujarnya.

Dan ditemukan 40 pasien positif dirilis hari ini kata Andani berkat tracing dan survailance, sekali lagi katanya jika tidak ditemukan OTG justru akan lebih berbahaya.

Dr.dr Andani pemilik pool test ini pun membantah Sumbar masuk fase gelombang kedua penyebaran virus korona.

”Ini bukan gelombang kedua atau gelombang lainnya, tapi bagian dari proses perkembangan virus yang terkait kejadian dari luar Sumbar,”ujarnya.

Sehingga itu Andani menekankan kepada siapa saja yang masuk Sumbar untuk melakukan test swab, karena ada heberapa daerah di luar Sumbar yang perlu dilakukan pengawasan terhadap orang dari daerh itu.

”Jakarta, Surabaya dan Banjarmasin. Di Sumatera daerah diwaspadai itu Medan, Jambi dan Palembang. Itu jika masuk Sumbar, biar berpergian atau pulang kampung harus diswab. Kasus Unand itu berasal dari dosen pulang dari Jakarta, lalu ada positif di Lubuk Buaya pulang reunian di Jakarta, Saya saja kalau kembali dari daera merah dan hitam pasti tes swab ketika sampai lagi di Padang,”ujar Andani.

Andani berharap adanya peningkatan pemahaman semua pihak terkait protokol covid-19 yang harus dirancang mulai dari grup kecil masyarakat, seperti nagari.

“Saat ini kami sedang membuat rancangan ini dengan Buya Mas’ud Abidin,”ujarnya.

Andani juga mengingatkan penambahan kasus terbesar dirilis hari ini, agar semua stakeholder tidak saling menyalahkan.

”Ini tanggung jawab kita bersama. Mari berlomba membuat sesuatu yang nyata dan kongkrit untuk pengendalian covid-19, Satu di antaranya mencari solusi agar masyarakat patuh protokol covid-19.

Ingat kata Dr. dr Andani sumber penularan utama virus korona adalah keluarga, sehingga itu jika sayang keluarga, patuhi protokol covid-19saat di luar. Pola penularan lain saat makan bersama dengan teman juga kantor.

Fakta indikator sampai Jumat ini kata Andani Sumbar masih terkendali (Testing rate 1.2% dari jumlah penduduk, positivity rate 1.4%, kasus berat dirawat < 5%).

”Angka indikator itu tidak menjamin akan bertahan terus, mari kita kembangkan edukasi, tracing, testing, isolasi dan treatment,”ujarnya.(own)