Aida, Hafizah Cilik 30 Juz, dari Ternate Berdarah Minang

oleh -739 views
oleh
739 views
Aida hafis cilik dari Ternate ternyata berdarah Bukittinggi.(foto: dok/ diskominfosb)

Padang,—‘Sayang anak dilacuti, sayang kampung ditinggalkan’. Begitulah petuah bijak dalam mendidik anak.

Sayang pada anak bukan berarti harus selalu menuruti semua keinginan anak, melainkan orangtua harus bersikap tegas menyiapkan mental sang buah hati, meskipun ada pertentangan batin.

Itu pula agaknya yang dilakukan oleh Leni Fitriani (46), dalam mendidik putrinya Aida Ainun Balqis (9) hingga menjadi seorang penghafal Qur’an 30 juz pada usia yang masih dini.

Aida, begitu sapaan siswi kelas 4 sekolah dasar di Ternate, Maluku Utara, ini. Kamis 19/11 siang itu, ia tampak gembira sekali menunggu gilirannya tampil difinal Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional ke-28 Tahun 2020, Sumatera Barat, cabang Hifzhil Qur’an 20 Juz.

“yee…Alhamdulillaah,” ujar gadis cilik itu sumringah sambil berlari girang kepelukan ibunya. “Aida sudah finger, dapat no.6,” katanya lagi kepada ibunya.

Aida sangat gembira karena ia mendapat giliran ke-6 di babak final sesuai dengan urutannya sebagai anak keenam dari tujuh bersaudara.

Aida yang juga 13 besar dalam program TV Hafiz Indonesia 2020 ini, menjadi peserta satu-satunya yang masih di bawah 10 tahun. Namun ia tampak santai saja menjelang penampilannya di final. berbeda dengan peserta lainnya yang rata-rata sudah dewasa. Aida asyik sendiri bermain layaknya anak-anak seusianya.

Ketika ditanya pun, Aida yang bercita-cita kuliah di Turki dan menjadi dokter ini pun menjawab santai saja seadanya sambil terus bercanda dengan ibunya.

MTQ Nasional di Sumbar ini menurut ibunya, Leni, merupakan MTQ Nasional yang pertama kali diikuti Aida. Sebelumnya Aida hanya ikut lomba tingkat Kota Ternate dan Provinsi Maluku Utara. Bahkan ia tidak menyangka Aida akan ikut sebab jadwal seleksi MTQ Maluku Utara bentrokan dengan jadwal Hafiz Indonesia.

“Tapi ternyata sepulang dari Hafiz Indonesia, Aida dipanggil kembali hingga akhirnya bisa ikut sekarang ini,” ungkap wanita berdarah Minang asal Bukittinggi ini.

Disinggung kiatnya membuat Aida bisa hafal 30 Juz, menurut Leni, tidak ada kiat khusus. Aida baru belajar membaca Al-Qur’an setelah kelas satu SD. Dan baru mulai menghafal setelah bacaan Qur’annya lancar.

Namun diakui Leni, ia tegas dalam melatih hafalan Aida. “Saya sendiri yang melatih hafalannya atau murojaah. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah murojaah 5 juz. Kadang saya suka ribut dengan ayahnya yang ingin agar Aida lebih banyak waktu untuk bermain, tapi setelah saya coba ikuti, ternyata hafalannya banyak yang hilang,” ungkap Leni.

“Sejak itu saya tidak pernah beri kelonggaran lagi. Walaupun dalam hati sebenarnya ada pertentangan batin, antara rasa sayang pada anak dengan keinginan menjadikan anak Hafidzah. Tapi harus tega, demi kebaikan Aida,” lanjutnya.

Terbukti setelah Aida menunjukkan prestasinya semua keluarga turut mendukung segala aktifitas Aida untuk menjadi seorang Hafidzah.

Aida berpesan kepada para penghafal Quran agar tetap semangat dalam belajar Alquran.

“Semangat pencinta Qur’an bukanlah hanya diatas panggung tapi disetiap desah nafas melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Muroja’ah sampai mati,” ujar Aida lantang.

Usai perhelatan MTQ Nasional ini, Aida dan ibunya akan tetap berada di Sumbar selama seminggu. Selain melepas rindu pada kampung halaman, Aida juga ada jadwal syiar ke Taman Pendidikan Qur’an dan pondok pesantren yang ada di Sumbar. (rilis: mmc/diskominfosb)