Air Bercampur Tinja untuk Mandi dan Berudhuk di Asrama Pesantren M Natsir

oleh -2,166 views
oleh
2,166 views
Asrama Santri Pesantren M Natsir tanpa fasilitas air bersih, penyakit kulit menerpa para santri.
Pesantren M Natsir dan sekolah MTS serta SMA di Alahan Panjang Solok, kondisinya butuh bantuan dermawan.

Alahan Panjang,—Nama besar ulama, politisi dan diplomat ulung, DR Muhammad Natsir tidak ada anak republik yang meragukannya.

Mosi Integral dan menjadi Perdana Menteri, Ketua Umum Partai Masyumi yang omongan diplomasinya membuat negara donor seperti Jepang dan Timur Tengah turun tangan membantu Indonesia saat diterpa krisis dulu.
Nama besar M Natsir di tanah kelahirannya Alahan Panjang Kabupaten Solok menjadi nama Pensatren M Natsir yang dikelola oleh Yayasan Nurul Iman.
Yayasan ini mengelola pesantren dan sekolah mulai PAUD hingga SMA. Tapi kondisi asrama santrinya yang merupakan anak tidak mampu, siapa yang melihatnya pasti prihatin dan miris.
Asrama Santri Pesantren M Natsir tanpa fasilitas air bersih, penyakit kulit menerpa para santri.

“Buk, airnya tidak sehat dan diragukan bersihnya, kami di sini banyak mengalami penyakit kulit,”ujar seorang santriwati penghuni asrama putri, Selasa 2/8.

“Tapi biarlah gatal akibat sakit kulit ini kami tahan, karena kami mau sekolah, mau jadi orang, tidak sekolah di sini kemana kami menimba ilmu lagi, orang tua tidak mampu sekolahkan kami ke sekolah yang biayanya mahal,”ujanya.
Menimba ilmu dengan kondisi memiriskan dilalui para santri di pesantren itu, tapi kata penggiat sosial Bundo Wati soal air bersih dan sanitasi memang harus dicarikan solusi dan bantuan dari dermawan.
“Bagaimana para santri yang mondok de pesantren tidak kena penyakit kulit, kalau air buat mandi, mencuci dan berudhuk diragukan higienisnya,”ujar Bundo saat meninjau asrama itu Selasa siang tadi.
Para santri yang tinggal di asrama mengandalkan air dari air mengalir di selokan, kelihatannya bersih, tapi upss air itu mengalir dari pemukiman warga yang buang air besar/kecil dan buang sampah ke sana.
“Pokoknya tidak sehatlah, bahkan tidak suci karena selokan itu juga digunakan warga di hulunya sebagai sarana buang air besar dan kecil, mencuci dan buang sampah,”ujar Bundo Wati.
Menurut Ketua Yayasan Nurul Iman, Darman, pihaknya sudah berusaha menyediakan air bersih higienis, mulai air dari PDAM sampai menggali sumur.
“Air PDAM tidak bisa mengalir hingga ke asrama karena lokasi tinggi, sedangkan sumur sudah digali dan sudah ditemukan sumber airnya, tapi terkendala biaya mengalirinya ke kamar mandi asrama,”ujar Darman.
Darman mengaku, Yayasan Nurul Iman hanya punya semangat untuk tetap melakukan misi sesuai cita-cita Muhammad Natsir.
“Menjadi sarana pendidikan dan pembentukan akhlak Islami, tidak mengedepankan bisnis keuntungan, anak yatim bersekolah dan tinggal di asrama gratis, jumlahnya 151 santri,”ujarnya.
Bangun kembali lokal bekas terbakar Pesantren M Natsir terancam terbengkalai karena ketiadaan biaya untuk atapnya.

Belum tuntas soal air bersih, pembangunan kembali ruang belajar santri yang terbakar belum lama ini juga terancam terbengkalai.

“Setelah terbakar, untuk membangun kembali para santri turun ke jalan minta sumbangan, bahkan selama Ramadhan kemarin menjadi Dai cilik ke masjid-masjid, honornya dikumpulkan buat bangun kembali ruangan bekas terbakar,”ujarnya.
Tapi, dinding dan konsen jendela serta pintu sudah terpasang, tapi untuk atapnya Darman mengaku belum ada sumber biayanya.
“Butuh seng dan kayu untuk atal ruangan ini, biayanya Rp 16 juta, kondisi keuangan tidak mampu, tanpa bantuan dermawan target sebelum Lebaran Haji selesai bisa terancam gagal,”ujarnya.
Suasana belajar siswa MIN di Pesantren M.Natsir Alahan Panjang Solok.

Miris dan memprihatinkan itulah kondisi kekinian dan pesantren memakai nama yang pernah tersohor dan berjasa buat bangsa dan negara ini, yakni DR Muhammad Natsir. (wandi)