Oleh : Ilhamsyah Mirman; Founder Ranah Rantau circle (RRc)/Koalisi Masyarakat Peduli Batang Arau (KMPBA)
LANGKAH awal yang baik telah dimulai. Sebagai bentuk kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam upaya 'penyelamatan' Batang Arau.Terlihat dari wajah sumringah penuh semangat para volunteer yang berkumpul saat hujan Rabu baru saja reda. Mesjid Al Mukarramah, Seberang Pambayan jadi saksi.
Jelang senja, antusiasme lebih 19 komunitas, mulai dari WALHI, Gugah Nurani, TP2 Dewi Sumbar, Padang Heritage, IATTA hingga Rumah Literasi Griya Istiqlal dan Gilplas, dll. Bersama dinas terkait (BWS 5, Dinas KLH, PSDA, Satpol PP) dan warga (RW/RT & tokoh masyarakat). Patut diyakini program idealisme para aktivis cum pejuang lingkungan ini bakal berjalan lancar.Berkumpulnya lebih dari tiga puluh aktivitas lintas komunitas dari beragam usia dan keahlian merupakan kejadian istimewa. Termasuk kehadiran Ketua Forum DAS Prof. Isril Berd dan Lurah Batang Arau, Barma Heri, di Koalisi Masyarakat Peduli Batang Arau (KMPBA) ini menjadi oase betapa kepedulian civil society terhadap permasalahan nyata yang terjadi di kota Padang bukan kaleng-kaleng.
Anggota TGUPSM Miko Kamal, yang didaulat sebagai Koordinator KMPBA, menegaskan bahwa pembentukan wadah ini bukan mengambil alih tanggung jawab OPD. Namun lebih pada 'upaya mengajak secara masuk akal', para pengambil kebijakan dan aktivis pecinta lingkungan, untuk bersama turun tangan mengatasi permasalahan yang menyangkut sampah di Batang Arau.Menurut Wirdanengsih, dosen FIS UNP yang menjadi salah satu pembicara, 'kunci keberhasilan satu program adalah keterlibatan aktif masyarakat sebagai tuan rumah'.
Mereka yang keseharian menghadapi problem dan lebih tau letak permasalahannya. Untuk itu 'harus menggandeng Mak-mak sebagai ujung tombak pelaksana'.Ada kejadian menarik saat dialog yang disampaikan tokoh setempat, Syafii Tanjung (71 thn). 'Pertanyaan ambo tadi indak bisa dijawab oleh pak Profesor', ujarnya berapi-api.
Dia memastikan sampai kapan pun tidak akan selesai masalah Batang Arau kalau tidak mengikutkan warga, hanya mengandalkan program pemerintah.Ungkapan senada dari sejumlah warga yang berkumpul didekat gerobak penjual sate memperkuat apatisme dan sinyalemen kekurang nyamanan warga.'Bilo pembersihannyo Pak ?', seakan kedatangan orang banyak ini membawa problem yang potensial mengganggu kenyamanan mereka.Perlu semangat berkolaborasi tak henti merangkul dan mendengar suara akar rumput. Ada baiknya bukan dimulai dari permasalahan yang ditemui. Dicermati betul langkah dan rancangan program yang akan disusun, agar bisa mencapai tujuan yang dikehendaki tanpa melukai pihak yang selama ini berbuat.
Kisah mengharukan dari nenek Nurma Rasyid (74 thn) sebagai pengumpul sampah plastik adalah salah satu contoh yang telah berbuat.Dari keringatnya sendiri, ibu delapan anak ini bisa menjalani umrah ke Tanah Suci menjadi 'legenda' dikalangan masyarakat setempat. Ternyata rezeki dari hasil sampah bukan 'bisnis' ecek-ecek. Usaha yang tetap tekun dijalani sang nenek hingga saat ini bersama anaknya, Erni. Waooo, Masya Allah dari sampah batang arau bisa umroh.
Banyak hikmah yang bisa dipetik dari visiting spot tanpa risoles kemarin sore. Termasuk ketegasan benderang oleh Bundo Wati. 'Ambo kalau gak ada program konkrit tidak setuju, bakal berulang seperti pembentukan komunitas yang hasil kerjanya nol besar'.Demikianlah, langkah pertama sudah dikayuh, ditengah sedemikian banyak problem. Tantangan bagi KMPBA menggalang potensi mencari solusi bagi Batang Arau nan seksi. Semoga..(analisa)
Editor : Adrian Tuswandi, SH