Anda Harus Tahu… Kini Ekonomi di Bukittinggi Serba Mahal

oleh -267 views
oleh
267 views
Suhatril pengamat pertanian harpakan Pemko Bukittinggi investasi di Agam tidak efektif subsidi transportasi, Selasa 18/10-2022. (faish)

Bukittinggi,— Rencana pemerintah kota Bukittinggi memberikan subsidi armada transportasi dalam rangka mengatasi tinggi inflasi saat ini menurut Suhatril pengamat ekonomi pertanian Sumbar, tidak maksimal dan tidak memberikan solusi jangka panjang.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik BPS merilis 3 Oktober 2022 lalu, Inflasi Kota Bukittinggi berada pada angka 1.87 persen, tertinggi di sembilan belas kabupaten kota di Sumatera Barat.

Menurut Rismal Hadi Assisten II Bukittinggi, inflasi terjadi karena kenaikan sektor transportasi, sementara, masalah makanan relatif tidak mengalami kenaikan, pemerintah kota saat ini tengah berupaya mencari solusi apakah perlu melakukan intervensi untuk menekan inflasi.

Menanggapi wacana tersebut, Suhatril ST.MT, Pengamat Ekonomi Pertanian dari Kabupaten Agam menilai intervensi di sektor transportasi hanya akan mengatasi masalah untuk sesaat.

“Setelah itu inflasi kembali di depan mata, kenaikan tarif dan harga pangan akan melonjak tak terkendali buktinya hari ini harga komoditi pertanian seperti, cabe, bawang, beras sudah melonjak tinggi,” ujar Suhatril.

Untuk mengatasi inflasi tersebut pemerintah kota perlu memikirkan menyelesaikan masalah inflasi untuk jangka panjang yaitu dengan membangun kemitraan strategis dengan daerah tetangga Kabupaten Agam.

Konsep kemitraan dimaksud adalah Plasma Inti, konsep ini telah diterapkan di beberapa daerah perkotaan dengan lahan pertanian sebagai mata rantai penyangga ekonomi masyarakat perkotaan.

Menurut Suhatril banyak pilihan seperti BUMD koperasi, Gapoktan tapi mana yang cocok saja setiap program harus ada pilot project, supaya program matang.

“Ini bukan instan, memang perlu berproses, kelemahan saat ini kota Bukittinggi tidak bisa kerjasama dengan Agam, Padang Panjang, Tanah Datar, untuk mengatasi inflasi ya harus kolaborasi, kelemahan saat ini kepala daerah tidak berani kerjasama dengan daerah tetangga, padahal kerjasama tersebut harus dijalin,”ujar Suhatril.

Pemberian Subsidi bagi armada transportasi tidak mendidik, tidak mendewasakan masyarakat, apakah akan terus seperti itu, tentu tidak, menurut Suhatril ia tidak memilih kebijakan itu.

Salah satu tujuannya pulang kampung membangun keju lasi adalah untuk membangun Sumatera Barat, menurutnya Keju lasi adalah prototipe

Pengembangan Pertanian Nasional, ya itu konsepnya inti plasma, bisa ditanyakan, banyak yang bisa menampung produk UMKM.

“Tapi mereka tidak bisa menjamin, mereka hanya mampu menjual, jika ingin membangun nagari ya mau ndak mau harus Pemko Bukittinggi berinvenstasi di kabupaten Agam , ini akan menguntungkan untuk Bukittinggi begitu juga petani Agam akan sama diuntungkan,” ujar Suhatril yang dikenal dengan entrepeneur dan pengusaha muda yang bergerak dibidang peternakan sapi perah di Kabupaten Agam.(faish)