Apa yang Ada di Danau Maninjau?

oleh -561 views
oleh
561 views
Danau Maninjau tak hanya danau, ada tanah kelahiran ulama kharimatik dunia dan kuliner rinuak, bada dan pansi. (tasya)

Oleh: Nurul Tasya

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNAND

SELAIN terkenal akan makanan rendangnya, Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki keindahan alamnya.

Danau Maninjau merupakan danau vulkanik yang berada di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Maninjau dikenal dengan tanah kelahiran dari sastrawan Indonesia yakninya Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan sebutan Buya Hamka. Karya-karya Buya Hamka sangat menginspirasi dan indah. Novel yang berjudul “Di Bawah Lindungan Ka’bah” dan juga “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” merupakan karya dari Buya Hamka yang kini sudah diangkat dalam bentuk film serta mendapat penghargaan dari beberapa award sastra maupun perfilman.

Di daerah Danau Maninjau terdapat juga pesantren, yakni pesantren Buya Hamka yang konon katanya merupakan sekolah dari Buya Hamka.

Saking menghormati Buya Hamka, masyarakat sekitar terkhusus masyarakat Agam mendirikan museum Buya Hamka yang pada saat ini dikelola oleh pemerintah daerah untuk mengenang sastrawan bersejarah ini. Pemerintah daerah juga mengelola tempat pariwisata yang ada di sekitar Danau Maninjau, contohnya saja seperti Taman Muko-Muko dan Linggai Park.

Kedua tempat pariwisata tersebut menyajikan panorama indah tepian Danau Maninjau. Danau Maninjau dinilai unik dikarena bentuk danaunya yang indah nan dikelilingi oleh tebing-tebing pegunungan. Untuk menikmati keindahan seluruh permukaan Danau Maninjau, masyarakat dan wisatawan bisa menikmatinya di Puncak Lawang. Puncak Lawang juga merupakan salah satu tempat pariwisata yang menyajikan panorama Danau dari ketinggian.

Tidak hanya menyajikan panorama nan indah, Danau Maninjau juga kaya akan sumber daya alamnya. Terdapat ikan yang khas di Danau Maninjau yakninya ikan bada dan juga rinuak.

Ikan bada ini hampir mirip dengan ikan bilih yang ada di Danau Singkarak. Namun, masyarakat kebanyakan berasumsi bahwa ikan Bada ini berbeda dengan ikan Bilih salah satu perbedaannya yaitu ukuran ikannya. Umumnya, ikan Bada lebih kecil dari pada ikan Bilih asal Danau Singkarak.

Masyarakat lokal biasanya mengolah ikan Bada seperti Bada goreng dan Bada Masiak. Bada goreng merupakan ikan Bada yang diolah hanya digoreng sedangkan Bada masiak merupakan ikan Bada yang diolah dengan pengasapan ataupun penjemuran dibawah sinar matahari sampai kadar air di dalam ikan Bada mengering.

Konon katanya, Rinauk hanya ada di Danau Maninjau. Rinuak ini merupakan ikan kecil-kecil yang hidupnya bergerombol di perairan Danau Maninjau. Umumnya masyarakat lokal mengolah rinuak ini seperti palai rinuak, peyek rinuak dan juga rinuak masiak.

Palai rinuak merupakan pengolahan rinuak dengan cara di bungkus menggunakan daun pisang lalu dipanggang. Biasanya sebelum dipanggang, rinuak sudah dibumbui dengan potongan cabe merah, bawang merah, bawang putih, sereh, daun jeruk, daun kunyit dan bahan lainnya. Umumnya bumbu palai rinuak ini berbeda tergantung bagaimana selera masyarakat mengolahnya.

Peyek rinuak tidak beda dengan peyek-peyek umumnya, seperti peyek kacang dan peyek ikan asin. Hanya penggunaan bahan primadonanya yang diganti, yaitu rinuak. Sedangkan pengolahan rinuak masiak juga sama dengan pengolahan Bada masiak.

Rinuak masiak awalnya dibentuk dulu menjadi lingkaran yang tidak terlalu pipih, lalu dijemur ataupun diasap. Untuk ukurannya tergantung juga kepada siapa masyarakat yang mengolahnya, bisa berukuran besar ataupun kecil. Ada satu lagi olahan khas dari Danau Maninjau, yaitu pensi. Pensi ini hampir sama dengan kerang kecil yang hidup di perairan air tawar. Biasanya masyarakat lokal mengolah pensi dengan cara ditumis dengan bumbu khas milik mereka. Pensi ini juga bisa diolah sebagai campuran dari sayur.

Para wisatwan bisa mengkonsumsi ikan bada, rinuak dan pensi ini ketika berkunjung ke Danau Maninjau. Akan ada beberapa masyarakat lokal yang menjual ketiga hasil alam danau ini. Terdapat kedai-kedai kecil di tepi jalan yang menjualnya. Umumnya, masyarakat lokal tersebut membuka usaha ataupun kedai di teras rumah mereka.

Maka akan mudah bagi pengunjung untuk menemukan kedai-kedai ini ditepi jalan ataupun di tepian Danau Maninjau. Ketiga hasil alam Danau Maninjau yang khas ini tidak dibudidayakan. Tidak heran, kebanyakan masyarakat berasumsi bahwa ketiga hasil alam ini musiman. Jika tidak sedang musimnya, tidak jarang meraka menjual dengan harga yang bisa terbilang sedikit mahal dari harga biasa.(analisa)