Awass Loe Pade… TikTok Instrumen Penting Pemilu 2024

oleh -208 views
oleh
208 views
Yuliandre Darwis sebut TikTok median kampanye tepat raih suara Generasi Z pada Pemilu 2024, Sabtu 26/11-2022. (sa)

Jakarta, — Jangan sepelekan yang ini kalau Parpol atau Capres mau suara terbanyak pada pemilu 2024. Karena di Pemilu 2024 anak muda, generasi Z atau anak milenial akan  menjadi instrumen penting, ingat secara demografi jumlahnya sekitar 54% dari pemilih.

Anak muda, generasi Z adalah kelompok pemilihan yang sangat strategisnya, maka itu menurut Komisioner KPI Pusat Yuliandre Darwis perlu diberikan pemahaman mengenai agenda politik nasional tadi, sehingga pilihan-pilihan politik yang dilakukan bisa maksimal bagi masa depan bangsa yang lebih baik.

Yuliandre Darwis sampaikan pentingnya pemilih anak muda di Pemilu 2024 pada acara Diskusi Publik dengan tema “Babak Baru Demokrasi Indonesia: Anak Muda dan Pemilu 2024” digelar Dua Indos Research & Consulting, Sabtu 26/11-2022, di Vendita Coffee, kawasan Tebet Jakarta.

Menurut Yuliandre pola kampanye dalam sebuah kontestasi politik pun saat ini sudah banyak berubah. Dulu sosialisasi dilakukan di dunia nyata, sekarang lebih banyak di dunia maya.

“Berdasarkan data, 60,6% generasi Z mencari informasi politik itu melalui media sosial,” ujarnya.

Saat ini, kata Yuliandre yakin bagi mereka yang berani dan kreatif akan dipilih oleh anak muda, khususnya oleh generasi Z.

“Terjadi fenomena medium digital, dengan banyaknya kanal media, di antaranya TikTok, yang lebih hepi, kreatif, dan un-history,”ujar anak piaman (pariaman-Sumbar) peraih doktor komunikasi publik  Universitas Teknologi Mara (UITM) Shah Alam Malaysia ini.

Yuliandre menyampaikan, inilah yang terjadi di Filipina pada pemilu mereka baru lalu, di mana anak mantan Presiden Ferdinand Marcos, yang bapaknya otoritarian yang dulu kekuasaannya diruntuhkan melalui people power, terpilih menjadi Presiden Filipina.

“Anak mantan Presiden Ferdinand Marcos itu memaksimalkan TikTok sebagai media berkampanye. Akibat pengaruh TikTok tersebut, rakyat Filipina melupakan masa lalu mereka, un-history. Di mana akhirnya Ferdinand Marcos Jr terpilih sebagai presiden,” terang Yuliandre.

Bisa saja kejadian di Filipina itu, menurut Yuliandre, terjadi di Indonesia. Di mana para anak muda melakukan pilihan-pilihan politiknya dengan tidak mempertimbangkan masa lalu, tapi lebih ke masa depan.

Kemudian Yuliandre menyebutkan perihal black campaign yang waktu pemilu marak terjadi. “Makanya perlu adanya literasi media bagi anak muda terhadap black campaign. Harus tabayyun, saring sebelum sharing,” tukasnya.

Begitu juga halnya dengan politik identitas, menurut Yuliandre tidak main lagi, karena anak muda saat ini mampu berpikir rasional terhadap pilihan politik yang dihadapkan kepada mereka.

Acara diskusi publik dimoderatori Syurya Muhammad Nur ini, turut menjadi narasumber lainnya, Budiman Sudjatmiko (Aktivis Reformasi/Anggota DPR RI periode 2009-2014 dan 2014-2019), kemudian Arifki Chaniago (Pengamat Politik Milenial).

Pada kesempatan tersebut, sekaligus dilakukan peluncuran Dua Indos Research & Consulting, di mana Arfino Bijuangsa Koto menjadi Direktur Eksekutif-nya.(sa)