Ayo Peduli Nutrisi dan Kesehatan Reproduksi Untuk Cegah Stunting Sejak Dini

oleh -398 views
oleh
398 views
Forum Kepoin GenBest diinisiasi Kemenkominfo gelar daring pada remaja di Pasaman Barat, Kamis 26/8-2021. (foto: dok/genbest)

Pasaman Batat – Menyongsong bonus demografi di tahun 2030, Presiden Joko Widodo menargetkan angka prevalensi stunting di Indonesia turun ke angka 14 persen.

Target Presiden Joko Widodo itu sama artinya di bawah ambang batas stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen.

“Stunting menjadi isu yang penting karena membawa implikasi kepada kemajuan suatu bangsa,” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta.

Wiryanta menjadi pembicara kunci pada Forum Kepoin GenBest bertajuk “Remaja Beraksi: Peduli Nutrisi dan Kesehatan Reproduksi” diselenggarakan secara daring untuk remaja di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Kamis 26/8-2021.

Bonus demografi  kata Wiryanta telah membawa pada tingginya proporsi angkatan kerja.

“Oleh karena itu pemerintah menetapkan agar kita bisa memiliki sumber daya manusia yang unggul, memiliki kompetensi, dan memiliki kepribadian Indonesia. Hal ini juga berkaitan dengan Era Keemasan Indonesia di tahun 2045 agar bisa menjadi bangsa yang terpandang di dunia” ujar Wiryanta.

Wiryanta mengharapkan agar remaja bersama para pemangku kepentingan ikut serta menyebarkan informasi yang didapatkan melalui Forum GenBest kepada para remaja putri sebagai calon ibu dan para ibu muda.

Penyebaran informasi kata Wiryanta diperlukan agar mereka menyadari pentingnya pencegahan stunting sejak dini, khususnya dengan peduli pada nutrisi dan kesehatan reproduksi.

Dokter Spesialis Gizi Cut Harfiah Halidha mengatakan remaja seringkali tidak menyadari obesitas dan malnutrisi. Terlebih pada masa pandemi seperti saat ini, seringkali remaja mengkonsumsi banyak makanan namun aktivitasnya lebih sedikit atau justru sebaliknya.

“Aktivitas yang sedikit menyebabkan asupan makanan menjadi berkurang, sehingga menyebabkan malnutrisi. Untuk mengetahui kita obesitas atau malnutrisi, kita bisa hitung sendiri dengan cara membagi berat badan dengan tinggi badan dalam meter kuadrat,” papar Cut.

Menurut Cut secara ideal indeks massa tubuh berkisar 18,5 – 29,9/m2. Indeks massa tubuh yang dikategorikan sebagai obesitas adalah di atas 29,9/m2. Sementara untuk malnutrisi memiliki indeks massa tubuh di bawah 18,5/m2. Cut juga menyoroti tren remaja saat ini yaitu semakin kurus semakin baik, padahal ini bisa menjadi tanda malnutrisi.

“Malnutrisi juga punya efek samping jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendeknya adalah mengganggu perkembangan fungsi otak, sementara efek jangka panjangnya adalah menurunkan IQ serta daya tangkap yang rendah,” ujar Cut.

Selain itu, malnutrisi juga bisa berdampak pada pertumbuhan fisik serta perkembangan organ reproduksi. Cut memberikan tips untuk memenuhi gizi harian dengan mengonsumsi makanan yang mengandung makronutrien dan mikronutrien.

“Makanan harus lengkap dengan karbohidrat, protein, dan lemak. Ada nasi, lauk-pauk, protein hewani, dan sayuran serta menghindari makanan tinggi lemak atau kolesterol seperti santan,” ujarnya.

Cut Harfiah juga menyarankan untuk menghindari makanan tinggi lemak terlebih di saat jam selingan dan ganti kudapan atau snack dengan buah atau pun jus buah.

Tim Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Gultom Hernalom  pada forum itu menjelaskan, kesehatan reproduksi perlu diperhatikan agar tidak mengakibatkan stunting di masa depan.

“Hal ini dikarenakan remaja adalah calon ibu di masa depan. Kalau remaja tidak tahu karena kurangnya akses informasi tentang layananan kesehatan reproduksi atau remaja tidak peduli dengan kesehatan reproduksi, maka hal itulah yang akan menyebabkan stunting di masa depan,” tambahnya.

Pria yang akrab disapa Kak Gultom ini juga menyarankan kepada remaja untuk menghindari pernikahan dini. Menurutnya pernikahan dini bisa berdampak pada kesehatan reproduksi serta menyebabkan bayi terlahir stunting. Pernikahan dini juga menyebabkan tingginya resiko kematian ibu dan bayi saat persalinan.

“Karena menikah muda, jadi panggul ibunya masih sempit. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi. Selain itu, kehamilan di usia muda dapat menyebabkan robekan di mulut rahim sehingga menyebabkan perdarahan saat proses persalinan dan masih banyak dampak lainnya,” tuturnya.

Kak Gultom pun berpesan kepada remaja untuk dapat menyongsong masa depan yang cerah.

“Jadilah remaja yang tegar, terbebas dari resiko kesehatan reproduksi. Tetaplah menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berpikirlah untuk mendewasakan usia perkawinan guna memutus mata rantai stunting. Aktiflah dalam kampanye pencegahan stunting dan mengedukasi masyarakat untuk bangsa Indonesia,” katanya.

Sedangkan Cut berpesan kepada remaja untuk menjaga nutrisi. “Nutrisi itu penting sekali, bagaimana kita mengkonsumsi makanan dengan makronutrien dan mikronutrien yang lengkap. Bagaimana cara kita agar hamil dalam kondisi yang sehat sehingga melahirkan bayi yang sehat bebas dari resiko stunting. Makanan sehat bukan makanan yang sedikit,” katanya.

Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas sunting.

GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.

Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, dan videografik. (tim-genbest)