Bagi Para Medis APD Adalah Benteng dalam Perang Covid-19

oleh -606 views
oleh
606 views
Leonardy tegaskan APD dokter dan paramedis wajib disediakan pemerintah, saat rapat virtual Komite I DPD RI Senin 6/4 (foto: dok)

Padang,—Berita duka dunia medis Indonesia, kala bertempur di benteng terakir melawan Covid-19, sudah tercatat 30 dokter meninggal dunia.

Menurut berbagai pihak rapuhnya benteng pertahanan dokter dan awak medis membuat mereka mudah terpapar Covid-19,

“Dalam perang dengan Covid-19, Alat Pelindun Diri (APD) seperti benteng bagi pahlawan kesehatan, kalau tanpa APD sama artinya bunuh diri,”ujar Senator DPD RI Leoanrdy Harmainy Senin 6/4 di Padang,

Bahkan pada Rapat Komit I DPD RI Senin. Leonardy menyampaikan Kegusarannya ketika ada rumah sakit saat situasi krisis Covid-19 tidak punya APD, bahkan sempat viral awak medis menjadikan jas hujan sebagai APD.

“Pak Ketua, patut menjadi perhatian kita juga tentang alat pelindung diri (APD) yang dikeluhkan dokter dan para medis. Secara nasional sudah 30 orang dokter dan paramedis yang meninggal. Ada semacam kecemasan dari mereka. Untuk itu kita melalui pimpinan perlu mendesak pemerintah untuk melengkapi APD ini. Harus ada sikap nyata DPD RI terhadap hal ini,” ujar Leonardy di dalam rapat jarak jauh yang memakai fasilitas zoom meeting itu.

Ditegaskan Leonardy, masker dan hand sanitizer ada banyak partisipasi dari masyarakat. Tapi untuk APD ini sangat perlu sekali pemerintah hadir dalam pemenuhannya, sehingga keselamatan mereka pun terjamin dalam melaksanakan tugasnya.

Lebih membuat miris adalah kenyataan di mana 100 rumah sakit di Indonesia punya layanan internasional, tapi alat perlindungan diri buat tenaga medis dan paramedis tidak ada.

“Sangat disayangkan. Rumah sakit berstandar internasional tidak punya alat perlindungan diri bagi tenaga medis dan paramedis yang menangani penyakit menular dan berbahaya,” tukasnya.

Leonardy membeberkan fakta dari 198 orang yang meninggal akibat Covid-19 itu sebanyak 30 orang berasal dari kalangan medis dan paramedis. Tenaga medis (dokter) yang meninggal itu 12 orang diantaranya sudah profesor dan subspesialis.

Pantas rasanya, kata Leonardy, bangsa ini prihatin terhadap fakta saat ini.

“Itu artinya perhatian terhadap mereka yang berada di garda terdepan penyembuhan Covid-19 ini tidak diberi perlindungan yang memadai oleh rumah sakitnya dan pemerintah. Tidak salah kiranya, kalangan medis dan paramedis khawatir akan keselamatan diri mereka. Kita pun harus khawatir Indonesia bakal kekurangan dokter ahli spesialis dan subspesialis pasca wabah Covid-19. Ini harus jadi perhatian bersama,” ujarnya.

Bahkan kata Leonardy, para dokter ahli itu brevetnya sudah guru besar itu sulit mencari penggantinya. Harus ditunggu dulu mereka menyelesaikan pendidikannya. Dan itu pun waktunya tidak sebentar.(setjen)