Bakso Malang Pak De di Saat Pandemi

oleh -572 views
oleh
572 views
Bakso Pak De. (dok)

Oleh: Adinda Putri Azmi dan Ferdinal

Civitas Academica Unand

BAKSO Malang Pak De Kota Padang memilih membuka cabang baru dan melayani pesanan bakso untuk semua acara sebagai upaya dalam bertahan pada masa pandemi sekarang ini.

Upaya yang dilakukan Bakso Pak De yang tidak banyak dilakukan oleh usahawan bakso lainnya ini terbukti bisa membuat usaha bakso ini mampu bertahan pada masa sulit sekarang ini. Pemikiran Pak De sejalan dengan apa yang sudah disampaikan oleh Wayne Dyer, seorang penulis Amerika “Apa yang kita pikirkan menentukan apa yang akan terjadi pada kita. Jadi jika kita ingin mengubah hidup kita, kita perlu sedikit mengubah pikiran kita.”

Saat ini kebanyakan orang memilih untuk mengurangi kegiatan berbelanja, terutama dalam membeli makanan siap saji. Namun, sejumlah usaha masih tetap memilih untuk bertahan, termasuk Bakso Malang Pak De, salah satu kuliner khas Indonesia yang berbahan dasar daging sapi yang biasanya dicampur dengan daging ayam.

Proses pembuatannya cukup sederhana dan tidak membutuhkan waktu lama. Makanan ini dibuat dengan mencampurkan dua bahan tadi dengan bumbu-bumbu halus, lalu didihkan air dan masak adonan hingga matang di air yang sudah panas. Rasanya yang enak, membuat banyak orang dari banyak kalangan suka makan Bakso Malang Pak De terutama saat cuaca dingin.

Harganya yang relatif murah juga membuat banyak orang tertarik untuk membelinya.
Namun, pandemi Covid-19 berdampak pada faktor produksi Bakso Malang, dari yang biasanya bisa laku kurang lebih 100 porsi dalam sehari, sekarang hanya terjual kurang lebih 50 porsi per hari. Bakso Malang Pak De menempati salah satu tempat strategis, yaitu dekat dengan Kampus 2 UIN Imam Bonjol yang ramai penduduk dan banyak warga kampus.

Bakso Pak De menyadari bahwa turun naiknya produksi sebuah produk tidak lepas dari kualitas suatu produk yang ditawarkan. Oleh sebab itu, mereka berinovasi dengan hal-hal menarik yang dapat mempermudah langkah agar lebih efisien untuk menawarkan produk.

Covid-19 juga menjadi salah satu penyebab turunnya angka produksi Bakso Malang Pak De saat ini. Pak De, pemilik usaha ini tidak hanya memusatkan perhatian di satu cabang, tapi juga memilih untuk menjual di tempat lain yang cukup ramai. Ia juga memiliki warung lain di Jl. Andalas. Selain itu, Pak De juga menerima pesanan Bakso Malang untuk acara keluarga, kantoran, atau pesanan lainnya.

Karena pandemi Covid-19 usaha makanan ini mengalami penurunan angka produksi. Namun Pak De tidak ingin terlalu lama terjebak di situasi seperti ini. Ia memutuskan untuk membuka cabang lain, dan mulai menerima pesanan untuk acara apapun. Hal ini tidak pernah ia lakukan sebelum masa pandemi Covid-19. Sekarang angka produksi nya kembali normal, bahkan terkadang di hari lain seperti akhir pekan dan musim hujan angka produksinya juga mengalami peningkatan.

Upaya yang dilakukan Pak De ini sesuai dengan apa yang dikatakan Glen Taylor, seorang pengusaha miliarder asal Amerika yang terkenal sebagai mantan pemilik mayoritas tim basket NBA Minnesota Timberwolves.

“Untuk usaha kecil yang mencoba mencari cara untuk menjadi besar, saya akan mengatakan, Anda harus mengambil risiko. Dan saya pikir itulah yang menutup sebagian besar orang. Mereka tidak mau mengambil risiko” ungkapnya

Usaha ini bermula dari nasib Pak De yang tidak diduga, dahulu ia bekerja sebagai pegawai di salah satu warung Bakso di kampung halamannya. Ia bekerja setahun lebih, tidak disangka pemilik warung Bakso ini mengalami kerugian.

“Pak De adalah salah satu pegawai yang diberhentikan, karena mereka tidak memiliki uang cukup untuk menggaji semua pegawainya,” ungkapnya.

Beberapa bulan berlalu, akhirnya Pak De untuk membuka warung Bakso sendiri, dengan modal seadanya yang ia miliki. Salah satu saudara Pak De ada yang menawarkan untuk bekerja di tempat ia tinggal, yaitu Kota Padang. Tanpa pikir Panjang, Pak De langsung memutuskan untuk berangkat ke Kota Padang.

“Dulu itu, saya cuma punya modal sedikit uang dan semangat juga dari keluarga saya,” ujar Pak De.

Sesampainya di Padang, Pak De membuka warung Bakso tepat di depan halaman rumah saudaranya dengan gerobak kecil seadanya.

“Awalnya dalam sehari cuma laku lima sampai tujuh mangkok, tapi saya tetap gigih berdagang,” tutur Pak De.

Hari demi hari semakin banyak orang yang mencicipi dan tahu rasa Bakso buatan Pak De. Sampai sekarang Bakso Pak De makin banyak peminatnya.

Kemudian Pak De mencari tempat yang cukup luas untuk usaha dagangannya. Ia menyewa tempat di sekitar Jl. Parak Gadang.

“Semenjak pindah ke tempat yang baru, Alhamdulillah rejekinya makin lancar,” sebut Pak De.

Beberapa tahun berlalu, pemilik tempat yang disewa oleh Pak De ternyata memutuskan untuk tidak menyewakan tempatnya lagi. Setelah itu Pak De memutuskan untuk pindah ke tempat lain tepatnya di dekat Kampus 2 UIN Imam Bonjol, lokasinya sejajar dengan Kampus dengan jarak kurang lebih 100 meter.

“Namanya juga usaha pasti ada maju mundurnya, itu sudah jadi bagian yang saya terima,” ujar Pak De. Dulu warung Bakso Pak De di Jl. Parak Gadang sangat ramai pengunjung. Sekarang sepi pelanggan, mungkin ini juga salah satu dampak pandemi saat ini.

“Kita saja yang hendaknya punya strategi yang tepat agar usaha tidak gulung tikar,” ujar Pak De.

Semenjak pandemi, Pak De memutuskan untuk menerima pesanan untuk acara apa saja, sehingga angka produksi Bakso Malang Pak De tetap seimbang. Dari yang dulu tidak sempat menerima pesanan, saking ramainya warung saya, sekarang saya malah menerima pesanan dalam bentuk apapun. Asal rejeki, ada saja jalannya,” ujar Pak De.(analisa)