Balita Derita Empat Penyakit, Akia Kembalilah Ceria

oleh -1,052 views
oleh
1,052 views
Aki dirawat di ruang seterilisasi instalasi anak RS M Djamil Padang, PKDP Selasa kemarin serahkan bantuan badoncek peduli adik kecil Akia.
Aki dirawat di ruang seterilisasi instalasi anak RS M Djamil Padang, PKDP Selasa kemarin serahkan bantuan badoncek peduli adik kecil Akia.

Padang,—Akia Wahyuda Ananda, hamya seorang Balita 3 tahun 8 bulan, dia mengidap empat penyakit selama ini membelenggu keceriaan seperti Balita seusianya.

Hari-hari Akia lebih banyak dihabiskan di ruang sterilisasi instalasi anak RS M Djamil Padang.
Akia, puteri Hendrizal dan Siska, warga Ketaping Kabupaten Padang Pariaman saat ini sekujur tubuhnya terpasang banyak slang medis. Meski dibiayai oleh BPJS tetap saja tak mampu mengratiskan seluruh biaya pengobatannya.
Akia satu dari sekian banyak Balita yang tak bisa ceria seperti Balita sehat lainnya di negeri ini. Tak ayal penderitaan Adik Kecil Akia, banyak pihak peduli. Seperti Organisasi Persatuan Keluarga Daerah Pariaman (PKDP)  Sumbar tersentak membaca berita feature di Harian Singgalang Jumat 7 April.
Mereka pun Badoncek Peduli Adik Kecil Akia lewat group whatshap Pengurus PKDP dan Warga PKDP,  cuman beberapa hari donasi lewat badoncek peduli terkumpul, kemarin pengurus PKDP Sumbar menyerahkan bantuan senilai Rp 5 juta lebih kepada Akia diterima Hendrizal.
“Semoga Adik Akia kembali tersenyum riang dan ceria mengisi masa Balitanya seperti Balita sehat lain di Indonesia,” ujar Pengurus PKDP Sumbar Gusfen Khairul saat menyerahkan bantuan badoncek, Selasa 11/4 di Instalasi Anak RS M Djamil Padang.
Hendrizal tak sanggup menahan haru atas kepedulian perantau Padang Pariaman.
“Terimakasih da (kakak,red) mohon doakan juo (juga, red) a Akia cegak (sembuh) da, semoga bantuan ini dibalas oleh Allah SWT,” ujar Hendrizal menahan haru.
Menurut Yuke, keluarga sekampung dari Akia, upaya menyembuhkan Akia bagi orang kampungnya sudah maksimal.
“Empat penyakit diderita Akia memang membutuhkan banyak biaya, orang kampung juga rembukan membantu Akia agar sehat kembali,” ujar Yuke.
Apalagi kata Yuke, program JKN KIS tidak menanggung biaya beli stick cek gula, dan itu banyak butih biaya.
Menurut penggagas donasi ‘Badoncek Peduli Adik Kecil Akia’, Syafriawati bersama Adrian dilakukan setelah membaca berita di Harian Singgalang.
“Kami tersentak dan mencoba menggalang donasi kepedulian dan ternyata mendapat respon dari perantau Padang Pariaman,” ujar Syafriawati.
Malah kepedulian untuk Adik Kecil Akia juga menggugah tokoh nasional Andrianof Chaniago dan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Yuliandre Darwis, juga Ketua PKDP Sumbar Ramal Saleh serta GM Pelindo Lampung Mulyadi.
“Da Andrianof dan Yuliandre juga terpanggil kepeduliannya begitu dikasih tahu ada donasi badoncek buat Adik Kecil Akia, langsung bantu,” ujar Adrian menambahkan.
Gusfen, menambahkan Akia menderita maka PKDP Sumbar juga ikut bersedih. “Semoga Akia lekas sembuh dan bisa bermain seperti anak-anak lain,” sebut Gusfen.
Siska ibu Akia Wahyuda,  mengatakan anaknya menjalani perawatan karena menderita Diabetes Melitus (gula tinggi), TB, meningitis dan gizi buruk. Saat ini tubuh kecilnya masih terbalut slang-slang medis.
“Dimulut kecil Akia masih terpasangan alat bantu pernapasan, slang sonde untuk masuk makan dan minuman. Kemudian ditangan terpasang infus dan alat pemeriksa nadi, sedangkan di badannya melekat alat deteksi jantung. Tak sampai disitu, di kaki bagian kiri juga terpasang alat pengukur tensi,” ujar Siska menceritakan kondisi putrinya berlinang air mata.
Bahkan sakit yang membekap adik kecil itu sering membuat Akia tak sadarkan diri, “Kemarin, Selasa pagi Akia sadar dari Koma sebelumnya dan sudah menyapa saya,” ujar Siska.
Meski Akia adalah pasien JKN KIS penerima bantuan iuran, namun stik cek gula darah dari keterangan petugas medis di RS M Djamil digunakan untuk memasukkan insulin ke dalam tubuhnya harus dibeli sendiri, sebab BPJS Kesehatan tidak menanggungnya.
“Harga stik tersebut Rp200 ribu perkotak dengan isi 50 buah. Sedangkan insulin disuntikan lewat stik setiap tiga jam. Pemakaian stik membutuhkan dana besar, kami kekuarga tak berkecukupan, suami saya, ayah Akia hanya petani yang menggarap ladang dan sawah orang dengan sistim bagi hasil. Sedangkan saya cuman ibu rumah tangga,”ujarnya menyeka bulir air mata dijatuh di pipi.(relise)