Bangun Sumbar dari Pinggiran, *Doa Petani Bawang Solok untuk Presiden Jokowi*

oleh -731 views
oleh
731 views
Harga bawang stabil, petani bawang Solok doakan Jokowi. (foto: dok)

Padang,—Intruksi Presiden Jokowi kepada Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memperhatikan nasib petani bawang merah di Solok, terlaksana dengan baik.

Kementan benar-benar fokus membina petani Solok sekaligus mengembangkan Solok sebagai kawasan berbasis korporasi petani. Hasilnya, kini petani bawang tak pusing lagi memikirkan produksi dan pangsa pasar. Panen melimpah, mereka sumringah.

Perhatian khusus Presiden Jokowi berbuah manis. Solok kini menjadi sentral bawang se-Sumatera. Dengan menggunakan varietas lokal SS Sakato, produktivitas petani bawang bisa mencapai 12 ton per hektare. Petani juga bisa panen 3-4 kali setahun.

Di luar Pulau Jawa, bawang solok menjadi raja. Bahkan, tahun lalu, luas panen bawang merah untuk kabupaten Solok mencapai 8.790 hektare. Pada 2019, luas panen ditargetkan 9.250 hektare. Target jangka pendeknya, pada 2020, luas panen bawang merah di Solok bisa lebih dari 10 ribu hektare. Bila itu terjadi, Solok sudah bisa ekspor.

Gencarnya program pemerintah pusat untuk mensejahterakan petani bawang Solok, membuat para petani riang dalam bekerja. Pemerintah menjaga harga bawang tetap stabil, hingga ketika panen, mereka tak rugi. Dampak positifnya, ekonomi masyarakat perlahan meningkat.

“Kami sangat merasakan dampak positif dari perhatian Presiden Jokowi ke petani bawang Solok lewat Kementerian Pertanian. Sekarang, produksi meningkat, ekonomi terdongkrak. Semuanya berawal dari perhatian Presiden Jokowi pada petani,”ujar Zulfidir (45), Ketua Kelompok Tani Bawang (KTB) di Jorong Talago Dadok, Nagari Sungai Janiah, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Senin 25/2 lalu.

Dijelaskan Zulfidir, sejak pemerintah pusat memberikan bantuan kepada petani bawang, perekonomian warga terbantu.

“Kami dibantu bibit, pengembangan, penyuluhan, dan ini berdampak untuk dapur (ekonomi) kami. Karena sebelum adanya bantuan ini, kami kesulitan dari segi penanaman, hingga penjualan. Sekarang kami tinggal fokus menjaga tanaman, agar produksinya meningkat, soal penjualan dan pangsa pasar telah diurus pemerintah,”ujarnya.

Ia menjelaskan, kini para petani di wilayahnya mulai mengembangkan bawang merah dari biji. Hal itu diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, karena dengan bawang biji, petani bisa menghemat modal serta mendapatkan keuntungan yang jauh lebih tinggi.

“Bawang merah ini mempunyai kelebihan dari ukuran yang besar, daya tahan warna yang mencolok, serta wangi. Modalnya juga murah, setengah dari harga bawang biasa,” tuturnya.

Petani bawang, menurut Zulfidir sangat berterima kasih kepada Presiden Jokowi, serta berbagai pihak yang ikut terlibat untuk mensejahterakan petani. Dia berharap Presiden Jokowi tetap melanjutkan program kesejahteraan petani, hingga para petani tak lagi hidup di bawah garis kemiskinan, serta dalam cengkraman tengkulak.

“Terima kasih. Tanpa intruksi Presiden Jokowi, mungkin sekarang kami masih dibelit tengkulak dan hidup di garis kemiskinan. Kami berdoa Presiden Jokowi tetap sehat dalam mengemban amanah, dan membawa bangsa ini terus ke arah yang lebih baik. Program pertanian juga tetap dilanjutkan, hingga para petani yang merupakan pahlawan negeri ini bisa sejahtera,” ungkap Zulfidir.

Bawang merah Solok, memang berbeda dengan bawang merah dari daerah lainnya. Petani Solok mempunyai bibit bawang merah ‘ajaib’ yang sekarang mulai populer dan akan dikembangkan daerah lain. Bila diperhatikan bawang merah di Solok besaran bawangnya jauh lebih besar, baunya lebih harum, dengan warna lebih menarik. Merah terang dan segar. Selintas mirip bawang merah dari India.

“Tampilannya bagus. Lebih besar karena serumpun paling hanya sampai 7 biji, kalau di Brebes kan sampai 10 biji,” kata Misardi, petani Solok yang juga menjadi Ketua Tani Tuah Saiyo, Lembah Gumanti, Solok.

Varietas SS Sakato cocok ditanam di lahan kering dataran tinggi. Meskipun musim hujan, yang umumnya di daerah lain sedang stop tanam bawang, SS Sakato tetap bisa ditanam dan tumbuh dengan baik. Solok pun tidak mengenal musim bawang merah karena para petani bisa rutin menanam dan panen sepanjang tahun 3-4 kali. Dengan menanam varietas SS Sakato, produktivitas bawang merah bisa mencapai 12 ton per hektar. Misardi menceritakan, ia menanam SS Sakato secara organik sejak lima tahun lalu. Produksinya meningkat dan biaya produksi lebih hemat.

Bibit bawang merah yang ditanam para petani di Solok bukan bibit sembarangan. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Admaizon mengungkapkan bibit yang ditanam adalah varietas lokal SS Sakato. Bibit ini dikembangkan alih teknologinya oleh Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat dalam bentuk biji dan pertanian organik. “SS itu singkatan dari Solok Sumbar,” kata Admaizon.

Admaizon menyebutkan, Pemerintah Kabupaten Solok menargetkan produksi bawang merah di daerah itu mencapai 88.395 ton pada 2019. Target ini dibuat karena pada 2018 realisasi panen mencapai 102.054 ton dengan lahan seluas 8.769 hektare. (rilis)