Salah satu langkah yang diambil Epyardi adalah mengalokasikan dana Rp4 miliar per tahun untuk mendukung pemberian makanan tambahan.
Program ini dimulai pada 2021 dan terus berlangsung hingga 2024.
Selain itu, Epyardi membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting yang melibatkan berbagai sektor, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, PKK, hingga kader kesehatan.
Tim ini bekerja terstruktur untuk memastikan setiap anak yang mengalami stunting mendapat penanganan yang tepat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, misalnya, memperbaiki pelayanan kesehatan dengan menyiapkan antropometri kit di setiap posyandu untuk mendeteksi stunting secara dini.
Langkah ini terbukti efektif dalam mencegah dan menurunkan angka stunting.
Selain itu, PKK bekerja sama dengan kader kesehatan memastikan anak-anak yang menderita stunting mendapatkan asupan gizi yang cukup, sehingga pertumbuhan mereka tidak terhambat.Lebih jauh lagi, Pemkab Solok juga berfokus pada kesehatan ibu hamil dan pasangan usia subur.
Setiap ibu hamil diwajibkan melakukan pemeriksaan lengkap sebanyak enam kali selama masa kehamilan, termasuk dua kali pemeriksaan USG untuk memastikan bayi tidak mengalami stunting.
Dengan dukungan 1.300 petugas kesehatan dan 3.400 kader kesehatan, posyandu menjadi ujung tombak penanganan stunting di Kabupaten Solok.
Editor : Redaksi