Asmarmor, Koordinator UBI wilayah Pesisir Selatan, menjelaskan bahwa MTOT didorong tanpa harus meninggalkan penggunaan pupuk kimia sepenuhnya, meski dosisnya dikurangi 30 persen.
Metode MTOT bertujuan untuk meningkatkan produksi padi sekaligus menekan biaya produksi.
Teknik ini menggunakan mulsa jerami pada bedeng-bedeng yang disiapkan khusus, sehingga mampu menghambat pertumbuhan gulma secara alami.
Salah satu petani di Sungai Kayo Bayang bahkan menciptakan inovasi budidaya tanpa menggunakan setetes pun pestisida dan tanpa pupuk kimia, melainkan dengan pupuk cangkang telur yang kaya kalsium, magnesium, dan fosfor.
Teknik tersebut efektif untuk menyuburkan tanah tanpa dampak negatif bagi lingkungan.
Menurut Asmarmor, perbandingan antara metode MTOT dan konvensional terlihat jelas. Dalam satu rumpun padi, batang pada metode konvensional berkisar antara 17-31 cm, sedangkan pada MTOT, tingginya mencapai 60 cm.
“Hasil MTOT bisa dua kali lipat dari metode biasa. Sawah MTOT yang dulunya hanya menghasilkan satu karung padi, kini bisa menghasilkan dua karung,” ungkapnya.Program UBI yang didukung Yayasan FIELD Indonesia tidak hanya fokus pada produktivitas, tetapi juga pada lingkungan.
Isra, PIC FIELD Indonesia perwakilan Sumbar, menyatakan bahwa program ini bertujuan untuk mengurangi risiko perubahan iklim dan pembakaran lahan, yang pada gilirannya berkontribusi pada udara bersih di Indonesia, khususnya Sumatera dan Kalimantan.
Teknik pertanian udara bersih yang dikembangkan mencakup penggunaan biomassa untuk mempertahankan kelembapan dan kesuburan tanah.
Editor : Redaksi