Dua hari kemudian, tanggal 5 November, pihak keluarga menerima informasi bahwa Amaik ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di sebuah rumah sakit di Jakarta Selatan, dengan luka-luka parah di tubuhnya.
Polisi menjelaskan bahwa jenazah Amaik diterima oleh rumah sakit dari sekelompok massa, yang mengklaim bahwa ia menjadi korban pengeroyokan akibat dituduh melakukan pencopetan.
Helton menyatakan bahwa keluarga tidak bisa menerima begitu saja tuduhan tersebut.
Ia menegaskan bahwa meskipun ada dugaan, keluarga merasa kematian Amaik harus diusut tuntas, agar keadilan bisa ditegakkan.
“Kami mendesak pihak berwenang untuk mengusut kematian Amaik secara menyeluruh. Kami memohon bantuan dari semua pihak, terutama para perantau, untuk mendukung perjuangan kami mencari keadilan,” ujar Helton dengan haru.
Duka yang dirasakan keluarga Amaik semakin mendalam seiring ketidakpastian mengenai penyebab kematiannya.Keluarga berharap polisi bisa mengungkapkan kebenaran di balik tragedi ini dan menindak pelaku yang diduga melakukan kekerasan terhadap Amaik.
Kasus ini mendapat perhatian luas di media sosial, dan publik pun turut mendukung upaya keluarga untuk mendapatkan kejelasan.
Kematian Amaik meninggalkan kenangan manis dan duka bagi banyak orang, terutama mereka yang mengenalnya sebagai sopir bus yang ramah dan berdedikasi.
Tragedi ini tidak hanya menyentuh keluarga, tetapi juga masyarakat yang berharap akan keadilan dan transparansi dalam penanganan kasus tersebut. (***)
Editor : Redaksi
