Padahal kata Ir Bachtul, kendaraan BA merupakan sumber penyumbang pendapatan Asli daerah terbesar bagi Sumbar.
"Berkisar Rp 1,2 sampai Rp 1,5 Triliun per tahun.
Dari situlah diambilkan tunjangan daerah seorang Kadis di Sumbar sekitar Rp 22 juta per bulan diambilkan, termasuk tunjangan lain, biaya perjalanan dinas dan lain-lain,"ujar Bachtul.
Jadi kata Bachtul wajar pengguna kendaraan plat BA yang jadi korban macet ini diberikan sedikit pelayanan.
Di samping memang secara umum jalur Sitinjau Lauik dibutuhkan oleh sebagian masyarakat Sumbar untuk berlalu lintas di masa tanggap darurat banjir bandang.
Semengara dialog di WAG Top 100, mantan pamong kebencanaan Ade Edward mengatakan, ketika Sitinjau Crodit dan menjadi ruas utama membongkar terisolasi Kota Padang, harus ada kajian dan tim reaksi cepat.
"Tim rekasi cepat jalan ini beda pula dari tim reaksi cepat bencana ya, dia bertugas memastikan jalur lancar dan aman,"ujar Ade Edward.Dampak macet atau jika Sitinjau Lauik close, luar biasa, baik sosial, ekonomi, terutama harga kebutuhan pokok di Padang.
"Pasti melonjak tinggi, saat puncak bencana kemarin ini cabe keriting aja sempat tembus Rp 200 ribu perkilo,"ujar wartawan ekonomi Sumbar Two Fly di Whats App Group TOP 100.
Ketika Sitinjau Lauik merayap saja, cabe keriting di Padang, pantauan media ini, kini sudah Rp 80 ribu per kilo. (***)
Editor : Editor