Bijak di Medsos Pesan Sampai Paslon Pilkada Menang

oleh -862 views
oleh
adrian tuswandi (foto: dok)

Oleh: Adrian Tuswandi

PANDEMI belum ada vaksinnya, tidak diketahui pasti kapan akhirnya. Di masa pandemi ini agenda konstitusi harus dilaksanakan, ketakutan kluster Pilkada pun menghantui siapa saja.


Tapi bagi Pasangan Calon (Paslon) yang memiliki content creator kreatif dalam memenej media sosial (Medsos) adalah pilihan bijak memanfaatkan ruang-ruang pesan di dunia maya itu.

Bijak ber-Medsos maka pesan Paslon akan sampai, tapi media sosial tentu penggunaannya diatur oleh KPU, sehingga itu Paslon dan tim pemenangan harus paham menggunakan media sosial, jika salah penampaian siap-siap disemprit Bawaslu.

Media sosial menjadi solusi Paslon berintegrasi dengan konstituen dalam menyampaikan pesan kampanyenya, tentu mengoptimalkan media sosial, suara Paslon akan maksimal saat hari H Pencoblosan dan hasilnya, tentu setiap Paslon ingin menang di Pilkada.

Tapi ingat Medsos no borden, dia menyarasar semua orang dan daerah dibelahan bumi ini.

Jika tidak ada conten creator dan programer dalam mengelola maka cuitan, meme maupun poster digital Paslon seperti mencampakan garam ke autan. Ide kreatif jadi sia-sia karena tidak menyasar ke netizen pemilih yang pas.

Apalagi pengguna Medsos, belum 100 persen membumi ke semua orang, dan Medsos pun rentan menyebarkan berita hoaks yang salah jari berujung ke penyidik polisi dugaan pelanggaan UU ITE.

Penulis mlihat Kampanye di Medsos solusi menangkal terpapar covid-19 tapi Medsos belum teruji menimbulkan strong elektoral, pola dor to dor tetap masih ampuh karena sasaran jelas dan tepat.

Apalagi di akun Medos, Paslon tidak interaktif dengan followernya yang ada tentu akun itu ditinggali alias tidak nendang bagi netizen atau bahkan menjadi sasaran bully, parahnya yang membuly itu tidak ber KTP suatu daerah Pilkada, tapi karena bahasanya kuat dan dibumbui sedikit narasi ilmiah meski minim fakta menjadi viral di netizen, jika viral menjadi ‘maha benar’ alamat karam kapal pemenangan Paslon itu.

Terus bagaimana, ya mainkan Medsos dengan bijak, cermati siapa dan kemana sasarannya, terus berani membuka ruang dialog antara Palson dengan followernya. Jangan biarkan bully menjadi benar oleh alam pikir netizen yang menjadi pemilih di Pilkada. Terus ingatkan netizen pendukung dan loyalis supaya tidak Kepo maupun Baper. Menjawab tentu dengan bahasa renyah mudah dimengerti dan tidak mengandung ujaran kebencian dan SARA, terangi lampu kita jangan padamkan lampu lawan.

Selain itu pengelola Medos Paslon jangan terjebak hoaks dan pahami bahwa bahasa media sosial itu singkat, padat dan tepat serta terpenting lagi pesan sampai meyakini netizen pemilih untuk Paslon yang dikampanyekan di media sosial.

Kemudian Medsos ditujukan untuk pemilih milenial dan ketika jawara di Medsos suara pemilih milenial disebut tergarap besar. Tim Pemenangan harus kuat data dari Pilkada ke Pilkada berapa persen pemilih milenial mencoblos ke TPS. Atau lebih banyak si milenial itu mencoblos ke TPS lewat mimpi karena milenial pasti gammer online yang hobi berjam-jam buka mata ke layar androidnya.

Semoga tulisan ini bisa mencerahkan Paslon dan tim pemenangan. Ingat menguasai Medos tidak jaminan kemenangan sudah di tangan.

Kampanye efektif memang masih jaminan pola tatap muka langsung tapi saat pandemi ini tentu tatap muka harus mematuhi protokol kesehatan.

Selamat berkampanye ingat Pilkada Badunsanak untuk Demokrasi Bermartabat.(analisa)

tentang penulis:
-Wakil Ketua Komisi Informasi Sumbar.
-Owner dua media online
-Pemegang Kompetensi Wartawan Utama
-Netizen Aktif/Pasif