BUMNag belum melirik potensi bisnis Desa Wisata

oleh -193 views
oleh
193 views

Padang–Bimtek ‘Membangun Desa Wisata berdaya saing dengan mengembangkan Kemitraan BUMNag’ dengan narasumber founder Ranah Rantau circle (RRc) yang juga sub koordinator Kemitraan BUMNag Tim Pemberdayaan dan Pengembangan Desa Wisata (PP Dewi) Sumbar, Ilhamsyah Mirman, Senin (7/3) berjalan hangat.

‘Sayangnya ditempat kami tidak terlibat, karena program Desa Wisata baru dikenal sehingga kurang menarik minat pengelola BUMNag’, ungkap Andre dari Nagari Puluik-Puluik, Bayang Utara.

Sedangkan untuk menggairahkan pariwisata perlu kolaborasi banyak pihak agar dikenal sehingga pengunjung mau datang. Sejumlah destinasi wisata unggulan nagari, seperti jembatan akar, rumah pelangi maupun potensi wisata agro membutuhkan dukungan semua pihak.

Sementara, Taufik dari Pancung Taba, menyampaikan kekecewaan nagarinya dalam jadesta Sumatera Barat 2022. Dari 200an, Pancung Taba dengan puncak Dilan, ‘negeri di atas awan tidak ada dalam daftar. Padahal baru saja dibentuk komunitas dan di beri sertifikat oleh Bupati.

Menanggapi kondisi kurang responsif pengelola BUMNag dan minimnya perhatian pemerintah, khususnya ditingkat nagari, menjadi pekerjaan rumah bagi Tim PP Dewi Sumbar, karena memang itulah salah satu tujuan di bentuknya. Informasi yang didapat akan di tindaklanjuti menjadi rencana aksi. Harapannya tentu kolaborasi antara pentahelix pariwisata menemukan format terbaik pengembangan Desa Wisata.

Di Pessel, sebagai misal, upaya APB Nagari dengan menjadikan pembangunan infrastruktur dasar sebagai belanja wajib dimasukkan ke dalam Perbup. Warga setempat sebagai pelaku yang mendapat manfaat, menjadi filosofi utama program yang kian menjadi andalan sektor pariwisata pasca pandemi.

Diselingi ekspose potensi nagari Puluik-puluik oleh Ketua Pokdarwis, banyak ide tercetus di acara yang dimoderatori ibu Anastasia dari Dinas Pariwisata. Kegiatan ini berasal dari pokir anggota DPRD Sumbar, Imral Adenansi.

Apapun saat ini penggunaan media sosial sebagai informasi dan komunikasi adalah satu keniscayaan. Peluang follower mentwit berantai sehingga menjadi trending topik amat tergantung pada kreatifitas pengelola.

Kian sulit mencapai lokasi selfie, kadang malahan membuat naik rating yang membuat penasaran orang berkunjung. Sehingga lokasi jauh sekalipun, seperti sejumlah destinasi di Pessel, tidak mengurungkan niat berwisata. Namun akan jauh lebih baik lagi sekiranya fasilitas penginapan, berupa home stay di rumah penduduk dengan arsitektur khas tersedia dan dijaga keasriannya.

Pengalaman di Lembang & Parongpong, Bandung maupun di kota bunga Tomohon di Sulawesi Utara, memperlihatkan betapa suasana nyaman pedesaan dan tinggal di rumah kayu ‘Nenek’ adalah primadona yang jadi incaran pengunjung.

Syaratnya tempat tersebut dilengkapi kamar mandi dan toilet resik. Kalau itu bisa disediakan oleh masyarakat, diyakini bakal memancing wisatawan menambah waktu kunjungan.

Akan lebih baik lagi jika sekiranya perguruan tinggi di libatkan untuk membimbing dan menggali sejarah maupun tradisi sehingga kian menambah atraktif.

Penguatan kerjasama dan tekad untuk menjadikan Desa Wisata sebagai andalan bagi nagari mengembangkan potensi wisatanya, bisa membuka lapangan kerja. Sektor informal penunjang bakal menggeliat seiring kian bertambahnya pengunjung. Tentu pada akhirnya manfaat terbaik bakal di dampatkan oleh masyarakat setempat.(im)