Cerita Kisah Kelam Mantan NII Sumbar, Ken Setiawan

oleh -2,104 views
oleh
2,104 views

Limapuluh Kota — Mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) Ken Setiawan hadir dalam acara cabut baiat anggota NII di Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Limapuluh Kota. Ken Setiawan mengaku pernah melakukan kriminal atas nama agama dengan alasan jihad perjuangan, dan juga pernah dapat penghargaan dari Gubernur NII, Jumat (12/05/2022) kemaren.

Melalui telepone, pria berambut panjang yang akrab disapa Ken kepada Tribunsumbar.com bercerita tentang pengalamannya selama bergabung ke NII.
“Saya bergabung dengan NII sejak tahun 2000-2003,” jelasnya.

Ken yang hadir memberikan Tausyiah Kebangsaan kepada para anggota NII yang melakukan cabut baiat dan ikrar setia NKRI dihadiri oleh Kapolda Sumbar, Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, Gubernur, Danrem, Kabinda Dan Forkopimda Provinsi dan tokoh agama serta tokoh masyarakat Provinsi Sumatera Barat, di aula kantor bupati Limapuluh Kota.

Dalam tausyiahnya Ken menceritakan doktrin NII dan bahayanya bila seseorang sudah terpapar, Tapi Ken tidak menyalahkan siapapun terkait maraknya gerakan NII di Sumbar, sebab menurutnya NII adalah gerakan bawah tanah.

“Jangankan aparat dan pemerintah setempat, keluarga terdekat saja banyak yang tidak tahu kalau diantara anggota keluarga mereka terpapar NII, dan ini seperti virus yang bisa menimpa siapa saja,” ujar Ken.

Ken mengatakan bahwa sehebat apapun kelompok NII tidak akan pernah menang menghadapi NKRI, justru NII sejatinya adalah gerakan sesat yang menyesatkan, bahkan merupakan tragedi kejahatan kemanusiaan atas nama agama.

“Anggotanya NII itu di miskinkan hartanya atas nama infak perjuangan, dirusak ahlaknya sehingga mengkafirkan semua orang termasuk orang tua dan dihancurkan masa depan karena keluar dari sekolah, kuliah dan pekerjaan karena fokus di NII, Jadi berbahaya sekali,” ujar Ken.

Sebagai mantan anggota NII Ken menceritakan tentang perbuatannya, ken pernah melakukan kriminal atas nama agama dengan alasan jihad perjuangan.

“Saya memasukan pembantu di berbagai komplek perumahan elite di Jakarta, saat majikan keluar kami menggasak hartanya, bahkan menjemput dengan mobil truk. Bagi kami NII, selain anggota NII harta mereka halal bagi kami walaupun mereka Islam,” kata Ken.

Ken juga pernah mendapat penghargaan dari Gubernur NII, Ken Setiawan bukanlah nama sebenarnya pria ini, dia pernah 11 kali mengganti nama.

“Nama Ken Setiawan saya abadikan sebagai bentuk perlawanan saya kepada kelompok NII,” ujar Ken.

Pada tahun 2004, Ken mendirikan NII Crisis Center sebagai pusat rehabilitasi korban NII. Menurut Ken hampir semua kelompok radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama di Indonesia ibu kandungnya adalah NII, ditambah ideologi transnasional HTI, Ikhwanul Muslimin, Salafi Wahabi Jihadi dan sejenisnya.

“Di Indonesia kelompok radikalisme sudah masuk ke semua lini masyarakat, tidak pandang sisi usia, pendidikan dan jabatan, bahkan sudah masuk infiltrasi dikalangan Artis, PNS pemerintahan termasuk ditubuh aparat TNI dan POLRI,” katanya.

Pembentukan NII CRISIS CENTER yang digawangi oleh para mantan aktifis radikal dari latar belakang berbeda yang telah sadar dan merupakan perwujudan dari tanggung jawab moral anak bangsa karena melihat korban yang terus berjatuhan dari kalangan muda akibat perekrutan gerakan radikal.

Jumlah anggota NII di Sumbar yang dirilis Mabes Polri ada 1.125 orang, namun setelah dilakukan pengembangan totalnya bertambah menjadi 1,157 orang.

Pencabutan baiat kali pertama dilaksanakan di Kabupaten Dharmasraya untuk 391 orang, Kabupaten Tanah Datar 518 orang, dan di Kabupaten Limapuluh Kota tercatat 225 orang.

Jadi totalnya ada 1.157 dengan rincian 1.134 orang yang sudah cabut baiat, 16 orang yang ditangkap, dan 7 orang meninggal dunia.

NII Crisis Center juga siap menjadi tempat rehabilitasi dan juga siap mendampingi korban NII di Sumbar, menurut Ken, biasanya mereka yang sudah cabut baiat akan dihubungi kembali oleh senior di NII.

“Kalau mereka dihubungi kembali oleh senior NII, atau kelompok radikal lain seperti JI, JAD, Khilafatul Muslimin dan yang lainnya, NII Crisis Center siap mendampingi mereka semua,” terangnya.

Densus 88 menurut Ken saat ini amat sangat toleran terhadap para anggota NII, lebih mengutamakan pendekatan persuasif, pembinaan dan pencegahan yang humanis.

Kepedulian dan langkah aparat dan pemerintah yang segera menindaklanjuti informasi ini adalah bukti aparat sigap terhadap permasalahan NII, jangan sampai malah ada pembiaran yang bisa berkibat dari yang hanya paham pemikiran NII naik level menjadi teroris.

“Dulu kami dikejar-kejar, sekarang pemerintah dan polri merangkul dan membina dengan melakukan pendekatan persuasif, kita sangat salut dan bangga,” tutup Ken. (Han)