Demi MTQ Nasional di Sumbar, Suami Istri ini Rela Tempuh 3700 KM

oleh -406 views
oleh
406 views
Hasan boncengin istri dengan seeda motor, selama 16 hari sampai Padang, alasanya karena panggilan Alquran. (foto: diskominfosb)

Padang,—Kecintaannya terhadap Kalam Ilahi, Al-Qur’an seakan meruntuhkan logika manusia biasa.

Dengan tekad dan keyakinan yang begitu kuat, bahwa kuasa Sang Pencipta Allah SWT melebihi apapun, suami istri ini rela menempuh 3700 kolomeyer dengan motor ke Padang Sumatera Barat dari domisilinya di Sulawesi Tengah sana.

Tanpa keraguan, satu dari lebih seribu peserta Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) k-XXVIII utusan Provinsi Kalimantan Utara yang berdomisili di Sulawesi Tengah rela menempuh ribuan kilometer mengendarai sepeda motor untuk mengikuti MTQN di Kota Padang.

Hasan CL Bunyu (44 thn) dan istrinya Nining R Rusdin Wakiden (29 thn). Hasan rela membonceng sang istri menempuh jarak yang teramat jauh, Allah bersama orang yang punya niat tulus dan ikhlas.

Penelusuran pada aplikasi Google Map setidaknya menunjukkan jarak tempuh sejauh 3.700 km. Bahkan jarak sejauh ini ditempuh dengan sepeda motor biasa berkapasitas mesin 110 cc, bukan motor gede (moge).

Tim MMC Diskominfo yang berkesempatan mewawancarai langsung Hasan CL Bunyu (44th) ketika mendampingi sang istri mengikuti MTQN Cabang Seni Kaligrafi Al-Qur’an di GOR Universitas Negeri Padang, Senin siang (16/11/2020).

Dikatakan Hasan, perjalanan yang ditempuh selama 16 hari itu sempat menemui kendala, seperti buruknya cuaca dan sebagainya.

“Bahkan gara-gara menembus lebatnya hujan ditengah malam, kami sempat nyasar sekitar 5 jam di daerah Muko-muko,” ungkapnya.

Tak hanya itu, perjalanan Hasan dan istri juga sempat berada dibawah bayang-bayang begal (baca: bajing) di jalan lintas Sumatera.

“Kami sempat dikejar begal, namun ditolong oleh 4 mobil CPO sampai ketempat yang aman, Alhamdulillah,” ujar Hasan mengisahkan.

Meski demikian, dia mengakui begitu banyak kabaikan masyarakat yang ditemui disepanjang perjalanan.

“Sepanjang jalan mulai dari Lampung sampai kemaren di Mandeh,  berapa kali kami ditolong orang. Bahkan tempat tinggal kami sekarang dibantu oleh masyarakat disini,” terang Hasan.

Pertanyaannya adalah kenapa mereka harus mengendarai sepeda motor sejauh itu? Barangkali jawabannya bisa bervariasi. Apakah karena Wabah Covid-19, adanya nazar tertentu ataupun berbagai penyebab lainnya.

Namun satu hal yang pasti, bahwa panggilan Al-Qur’an telah menguatkan tekad mereka untuk menempuh suatu kebaikan.

Penulis jadi teringat, bagaimana ribuan santri Ciamis berjalan kaki menuju DKI Jakarta pada aksi 212 empat tahun silam. Jika Allah berkehendak, tak ada yang mustahil.

Sungguh, begitu sulit membayangkan bagaimana perjuangan dua sejoli ini. Semoga suatu saat kelak, ketika Allah SWT berkehendak, mereka tetap bejalan beriringan, berboncengan hangat keharibaanNYA. Amin*
(ISC/ MMC DiskominfoSB)