Di Masjid Tempat Kami Bersilaturrahmi, Petani Gambir Curhat pada Wagub

oleh -533 views
oleh
533 views
Wagub Nasrul Abit bersama petani gambir Lubuk Alai, Jendri (foto: humas-sumbar)

Lubuak Alai,—Hidup sebagai petani gambir ada suka dukanya, saat harga bagus petani bersemangat dan mau kerja siang malam, namun kala harga lagi turun seperti saat ini Rp.25 ribu/kg semua jadi tak bergairah.

“Mungkin ini yang mesti dibantu dari pemerintah soal menjaga stabilitas harga gambir agar kami bisa menata ekonomi kami lebih baik lagi,”ujar curahan hati Jendri Dt. Indo Marajo, petani gambir dan anggota KAN Nagari Lubuak Alai, ketika berdialog setelah buka bersama dengan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit di Masjid Istiqamah Nagari Lubuak Alai Kecamatan Kapur IX Limapupuluh Kota, Senin 28/5 kemari.

Jendri juga menerangkan kehidupan produktif pengolahan gambir bisa dilakukan secara kelompok bisa juga secara perorangan pemilikan. Dan yang cukup menarik musin panen daun gambir boleh berganti, namun aktifitas produksi gambir tatap jalan dimana sebahagian hasil gambir menjadi hak nagari dalam pelaksanaan pembangunan.

Termasuk pembangunan masjid yang cukup baik dan bagus saat ini. “Kerja keras membutuhkan tenaga seharian mengolah gambir dengan menghasilkan maksimal 30 kg/perhari, bersilaturrahmi di mesjid menjadi kabahagian tersendiri pula,k ujar lelaki usia 37 tahun bapak dua putera yang masih kecil-kecil.

Jendri berdialog dengan Nasrul Abit tanpa sekat dan sungkan, terasa sekali jiwa merakyat dari Nasrul Abit.

Jendri juga menyampaikan, rata-rata pendapat petani gambir perbulan itu 5 – 7,5 juta perbulan.

“Kemaren pada saat harga sampai Rp. 100 ribu/kg ada keluarga yang medapat sampai Rp. 25 – 30 juta sebulan,”ujarnya.

Penghasilan masyarakat di sini hanya gambir semata, tidak ada hasil kebun dan sawah bagus di daerah ini.

“Mungkin soal kadar asam tanah atau zat kapur yang berlebihan saya kurang paham juga. Karena itu kami disini membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya. Jika ada sedikit kawan-kawan yang bisa menanam sayur ubi, cabe rawit itu hanya sekedar konsumsi kebutuhan sendiri,”ujarnya.

Beberapa tahun lalu ada program TNI menanam padi seluas 7 ha, namun hanya mendapatkan panen yang gagal karena hama wereng hitam dan saluran irigasi air yang tidak bagus.

“Gambir adalah kehidupan kami, dalam menjalani hidup, anak-anak kami butuh sekolah yang bisa membuat mereka lebih pintas dan cerdas dibandingkan kami,”ujarnya.

Mendengar Curhat warga itu, Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, di sela-sela kegiatan Safari Ramadhan ini juga menyampaikan, para petani gambir untuk menjaga kualitas produksi gambir agar harga bisa bersaing, kedua tentu nama daerah kita juga akan menjadi ternama sebagai penghasil gambir berkjalitas.

“Gambir tanaman hutan agar juga memperhatikan lingkungan hutan, jangan karena berharap banyak gambir kita menebang hutan sembarang malah bisa berakibat bencana alam, longsor, banjir dan galodo,”ujar Wagub mengingatkan.

Menurut Nasrul Abit Menjaga kelestarian hutan dan menjaga kualitas produksi hasil hutan merupakan tanggungjawab bersama terutama masyarakat setempat.

“Jangan pernah biarkan orang lain merusak hutan kita yang nota bene nanti membuat masyarakat kita sengsara,” ujar Nasrul Abit Dt. Malintang Panai. (zardi)