Dibalik Panic Buying Minyak Goreng

oleh -308 views
oleh
308 views
Wirdanengsih. (dok)

Oleh: Wirdanengsih
(Dosen FIS UNP)

Abstrak

Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai prilaku panic buying dan hal yang mempengaruhinya di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif melalaui wawancara, observasi dan dokumen terkait.

Hasil kajian menunjukan bahwa panic buying pada barang minyak goreng awal tahun 2022, ini telah terjadi di saat mahalnya dan langkanya minyak goreng.

Hal tersebut dilatar belakangi oleh rasa cemas pada masyarakat. Berbeda dengan barang laiinya tetap masih dalam kondisi terkontrol dan sesuai kebutuhan . Kampanye supaya tidak melakukan Tindakan panic buying ke masyarakat sepertinya belum efektif. Ada harapan besar dari masyarakat banyak selain penyediaan stok barang yang dibutuhkan juga agar pemerintah meningkatkan kecepatan dalam menangani problem kebutuhan masyarakat.

Latar Belakang

Problem minyak goreng di Indonesia berawal pada saat harga minyak meroket tinggi dalam waktu yang lama sehingga mersahkan masyarakat. Tinggi harga minyak diasumsikan karena adanya lonjakan harga crude palm oil (CPO) minyak dunia sehingga pemerintah menerapkan kebijakan harga ecertan tertinggi (HET) minyak seharga Rp 14.000 per liter pada awal Februari 2022. Tapi realitanya adanya kebijakan ini, minyak goreng menjadi langka di pasaran.

Akibat kelangkaan ini timbul kericuhan di beberapa daerah danwarga berebut minyak Ketika ada pasokan minyak goreng.

Pihak pemerintah dalam hal ini kementerian perdagangan menduga ada oknum tenrtentu yang mempermainkan minyak goreng sehingga masyarakat tetap kesulitan mendapatkan minyak goreng seperti penyelundupan ke luar negeri, penimbunan dan di jual kep ihak industri.

Padahal sebelumnya pemerintah menyatakan aman atas pasokan minyak goreng ini karena pemerintah telah menrapkan kebijakn domestic market obligation (DMO) dan domestic proce obligation (DPO), dimana lewat kebijakan ini, selururh eksportir wajib memasok atau mengalokasikan 20 % dari volume ekspornya ke pasar domestic dengan harga Rp 9.300/kg menurut informasi kemendagri selama satu bulan ini, produsen minyak sawit mentah telah memenuhi kebijakan tersebut untuk kebutuhan minyak goreng dalam negeri tapi realitanya stok minyak goreng masih rendah di pasaran.

Di tengah masyarakat timbul persoalan baru yaitu panic buying (membeli dalam jumlah yang besar), tren dimasyarakat membeli minyak goreng dengan haega yang sudah turun itu dengan membeli minyak goreng dalam jumlah yang banyak, jumlah yang melebihi kebutuhan, panic ini terjadi tak lepas dari sebelumnya masyarakat sempat kesulitan mendapatkan minyak goreng dengan harga terjangkau dan Ketika mendapat kesempatan mereka lalu panic buying, padahal kita ketahui bahwa kebutuhan minyak goreng di dalam rumah tangga itu perorang sekitar 0.9 liter perbulan. Ini mengambarkan bahwa rumah tangga melakukan penyetokan minyak yang berlebihan pula

Ada realita Ketika setiap orang dibatasi hanya membeli 2 liter minyak goreng, namun ada saja kejadian dalam stu keluarga mulai dari orang tua, suami, istri dan anak serta pembantu ikut membeli minyak goreng untuk dapat mendapatkan jumlah minyak yang lebih karena kekhawatiran stok minyak goreng habis atau harga minyak naik lagi.

Dari sekian akibatan rasa khawatir akan harga dan stok, antrian minyak goreng juga tak lepas dari latah atau ikut-ikutan karena melihat lingkungan sekitar.Setiap orang membeli minyak goreng secara berulang kali tentu mengaikbatkan masyarakat lain tidak kebagian .

Ada suatu penilaian bahwa pemicu kelangka minyak goreng dipasar bukan hanya dari sisi produsen juga karena adanya Tindakan panic buying oleh konsumen sehingga stok yang ada di rak atau etalase ritel modern cepat habis, padahal sebelumnya sudah dibatasi oleh pihak ritel 2 liter setiap pembelian namun tetap habis karena ada gerkan akal akalan dari pihak konsumen dalam cara membeli minyak goreng tersebut

Kesehatan Mental Panic Buying Masyarakat

Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia mengalami panic buying dengan membeli minyak goreng dalam jumlah yang banyak, ini tak lepas dengan karakterstik masyarakat Indonesia yang merasa aman ketika memiliki stok cukup dalam persediaan kebutuhan pokok mereka dalam beberapa waktu ke depan. Selain itu terjadi penimbunan barang yang dilakukan oleh individu dan masyarakat dalam situasi gawat atau darurat.

Pada dasarnya panic buying terjadi tak lepas dari kurang komprehensifnya informasi yang diterima masyarakat, sehingga masyarakat menjadi korban dari peristiwa disinformasi tersebut, adanya harga kenaikan harga, kelangkaan memunculkan rasa khawatir yang tinggi pada masyarakat sehingga prilaku berbelanja masyarakat bersifar pasif agresif, sebagai bentuk pertahanan diri. Ada dua kekhawatirkan pada masyarakat.

Pertama, seandainya tidak berbelanja minyak hari ini, maka harga minyak di esok hari bisa naik. Kedua, jika tidak berbelanja hari ini, maka minyak goreng akan habis di esok hari. Demikianlah panic buying terjadi .

Dan belakangan ini juga ada informasi tentang ketidak aslian daripada minyak goreng diantaranya infomrasi beredar itu tentang minyak goreng dengan merk baru perlu di waspadai dan dihati – hatikan atas keaslian minyak goreng dengan membuktikan dengan memasukan minyak tersebut ke dalam kulkas, jika berbusa berarti minyak limbah. Hal semacam ini menambah rasa kepanikan daripada masyarakat
Maka dari itu memberi informasi dan pengetahuan sangat perlu dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat seperti pemerintah, NGO dan instansi terkait. Ada upaya pembangunan kecerdasan literasi masyarakat melalui Gerakan literasi yang efektif dan efesien minimal kampanya anti panic buying.

Lebih lanjut kampanye oleh pemerintah, Ngo dan institusi terkait di media sosial kepada masyarakat untuk tidak panic buying, berbelanja dalam jumlah yang relative banyak,belanja yang tidak sesuai kebutuhan hendaknya dilakukan secara efektif, ada penanaman pengetahuan dan nilai kesadaran atas dampak panic buying karena hari ini memang masyarakat masih memiliki rasa ketakutan, merasa kebutuhan minyak adalah suatu kebutuhan yang mendesak serta atensi masyarakat yang masih kurang terhadap informasi di media sosial. Maka diperlukan upaya strategi literasi masyarakat untuk panic buying.

Pemerintah diharapkan dapat segera mengatasi persoalan panic buying , pemerintah menjamin ketersediaan bahan pokok dan ketersedian produk yang dibutuhkan, menambah stok barang dan melakukan operasi pasar guna menjamin ketersediaan produk yang diperlukan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun desa.

Adapun sikap dan pengetahuan yang urgen ditanamkan diantaranya
lakukan cek kebenaran klaim suatu priduk, apakah barang asli dan juga mengecek apakah produk ini juga sangat dibutuhkan orang lain sehingga kita tidak merebut stok orang yang sangat membutuhkan seperti pedagang gorengan, pedagang makanan. Dan tak perlu cemas bila kehabisan minyak goreng.

Membangun Empati

Mungkin kita sering mendengar penimbunan barang langka dan kenaikan harga besar -besaran oleh oknum tertentu, bikin pertanyaan diri ? apa bedanya jika anda memborong minyak goreng sebagai stok persediaaan di rumah.

Menghindari berbelanja berlebihan adalah Tindakan empati, paham dan memahami perasaan orang lain. Jika tidak ada empati berate hilang rasa tolong menolong kita dan menciptakan rasa individualisme yang tinggi . sebagai masyarakat yang sadar, lebih baik membeli barang sesuai dengan kebutuhan, tidak melakukan panic buying yang membabi buta

Berpikir Positif

Bersikap tenang dan tak perlu berlebihan serta berpikiran positif dalam situasi gawat dan darurat ini, erpikir positif menghindari stress mental sehingga imun tubuh tetap kuat ditengah pendemi yang masih bersemayam di negeri ini.

Pemerintah sudah membuat kebijakan untuk mengatasi panic buying yang terjadi di tengah masyarakat namun akan lebih bijak lagi kalau masyarakat memiliki kesadaran untuk mencegah panic buying.  Sehingga kelangkaan akan barang dari satu sisi masyarakat dapat di atasi.

Kesimpulan

Sebagian masyarakat Indonesia memang mengalami kecemasan di masa pendemi ini, salah satunya terjadinya gangguan psikologis seperti kecemasan , kecemasan ini mendorong masyarakatuntuk panic buying yang mempengaruhi prilaku berbelanja, panic buying adalah sebagai antisipasi apabila harga minya mengalami kenaikan dan langka .Faktor pendorong terjadi panic buying akan minyak goreng adlah ketakutan akan kenaikan harga , takuta taka da stok lagi, khawatir tidak bisa keluar rumah lagi, ingin memenuhi kebutuhan sendiri, memuaskan rasa ketenangan dan kebutuhan akan minyak goreng tersebut, faktor ini juga dialami oleh berbagai negara