Dibalut Hawa Dingin Lawang Park, JPS Ajak Tokoh Kupas Wisata Agam

oleh -248 views
oleh
248 views
Diskusi JPS Rabu 13/10-2021. (dok)

Agam–Diskusi bulanan Jaringan Pimred Sumbar (JPS) atau biasa di sebut diskusi 13- an di gelar ditengah hawa dingin Lawang Park , Rabu malam (13/10/21) dengan mengusung tema” Explore Pariwisata Sumbar Khususnya di Kabupaten Agam”.

Dihadiri oleh tokoh-tokoh pariwisata yang patut diperhitungkan antara lain Bupati Agam Dr. H. Andri Warman.MM, Owner Lawang Park Zuhrizul, Kepala Dinas Pariwisata Agam  Syatria, Anggota DPRD Sumbar Rinaldi yang di wakilkan juru bicaranya Surya Candra, Kepala Dinas Pariwisata Pariaman Marhaen di moderatori langsung oleh Adrian Tuswandi (toaik).

Diskusi hangat tapi santai ini diawali dengan pemaparan dari Owner Lawang Park Zuhrizul yang akrab disapa Mak etek tentang asal muasal berdirinya tempat wisata Lawang Park.  pada awal pascagempa 2009, disaat itu muncul ide  mengembangkan bukit rimba belantara yang memiliki pemandangan menarik ke Danau Maninjau. Awalnya ma etek menjual paket kemping dan setelah itu berencana dibangun villa. Namun untuk mendapatkan izin dari ninik mamak setempat perlu waktu 2 tahun untuk meyakinkan bahwa tempat wisata yang akan dibangun ini bukan tempat maksiat seperti yang di khawatirkan selama ini.

“Dua tahun saya meyakinkan ninik mamak. Bersama anak-anak muda di sini, saya membentuk Forum Wisata Madani. Kita ada pelatihan-pelatihan dan kegiatan lainnya,” papar Mak Etek.

Menariknya, setelah Lawang Park dibuka maksiat berkurang. Saat puncak bukit tersebut rimba belantara, hampir tiap minggu ada yang tertangkap mesum. Hal inilah yang melunakkan hati para ninik mamak tersebut, sehingga Lawang Park diizinkan membangun apa saja.

“Pariwisata itu memberantas maksiat. Dengan membangun wisata, tempatnya menjadi terang benderang. Kita menerima pelatihan dari perusahaan. Kita jual paket training, outbond, wisata keluarga, paralayang dan seterusnya. Bahkan, akrobatik paragliding, angin yang bisa itu ada dua, di Lawang Park dan satu lagi di turki,” tuturnya.

Terkait pariwisata Agam, ada 21 desa wisata yang akan dikembangkan. Terbanyak di Sumbar dan Indonesia. Diantaranya, Museum Buya Hamka yang bisa dijadikan wisata religi dan kajian agama.

“Saya membayangkan keramba ikan sebagai homestay, ada terasnya untuk mancing ikan. Orang ke sana naik perahu. Kemudian ada restoran terapung. Jadi, keramba itu bukan dimusnahkan tapi alih fungsi,” pungkasnya. (JPS/ms)