DIP FISIP Gelar Seminar “Menyongsong Pemilu Serentak 2024”

oleh -239 views
oleh
239 views
DIP FISIP UNAND gelar seminar menyongsong pemilu serentak 2024 hadirkan Audy Joinaldy dan Yuzamon sebagai pembicara, Kamis 17/11-2022. (dip-fisip)

Padang,— Menyambut pesta demokrasi, pemilihan umum (pemilu) 2024, Departemen Ilmu Politik (DIP) FIDIP Universitas Andalas (UNAND) gelar seminar.

Seminar difokuskan kepada proses persiapan pemilu dan potensi-potensi dinamika yang akan terjadi pesta demokrasi rakyat tersebut.

Seminar menghadirkan tiga pembicara utama, yaitu Audy Joinaldy (Wakil Gubernur Sumatera Barat), Yuzalmon (anggota KPU Sumatera Barat), Indah Adi Putri (Dosen Ilmu Politik Universitas Andalas). host seminar Andri Rusta (Dosen Ilmu Politik Universitas Andalas).

Audy dalam presentasinya menyampaikan bahwa pemilu 2024 menyajikan hal yang berbeda sekaligus lebih besar dari pemilu-pemilu sebelumnya karena dilaksanakan secara serentak untuk memilih presiden/wakil presiden, legislatif pusat dan daerah, dan kepala daerah.

“Melihat dinamika yang terjadi pada tingkat masyarakat, idealnya kontestasi untuk pemilihan presiden bisa menghadirkan lebih dari dua calon, kalau bisa empat pasang calon, untuk menghindarkan keterbelahan publik,” ujar Audy Kamis 17/11-2022..

Audy juga telah menyusun simulasi yairu koalisi antara Golkar, PPP, dan PAN memiliki komposisi dukungan 25.73% parlemen; koalisi Gerindra dan PKB memiliki 23.84% kursi parlemen: koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS memiliki 28.35% kursi DPR RI; dan PDIP menjadi satu-satunya partai yang dapat mencalonkan kandidat presiden tanpa membangun koalisi karena memiliki 22.26% kursi di legislatif.

“Penyusunan simulasi ini merujuk pada aturan ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) yang mensyaraykan pencalonan capres/cawapres minimal memiliki dukungan suara minimal 20% dari parlemen,” ujar Audy yang mengulas juga terkait isu-isu yang mungkin timbul pada pemilu 2024 seperti politik uang, netralitas ASN dan birokrasi, dan lain sebagainya.

Komisioner KPU Sumbar Yuzalmon mengatakan, bahwa pemilu 2024 merupakan sarana untuk mempersatukan bangsa. Yuzalmon berharap pemilu 2024 mendatang dapat menjadi sarana pendewasaan politik bangsa Indonesia di mana kontestan bisa berkompetisi secara sehat dan tidak memecah belah kesatuan bangsa Indonesia.

“Dari segi pemilih, bahwa Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah pemilih yang besar di Indonesia,” ujar Yuzalmon.

Lebih lanjut, Yuzalmon juga menghimbau agar para mahasiswa memastikan bahwa mereka terdaftar sebagai pemilih dan menggunakan hak pilih mereka pada pemilu 2024 mendatang.

Yuzalmon menegaskan bahwa mahasiswa dapat mengambil peran aktif untuk turut mensukseskan pemilu 2024 di mana mahasiswa dapat menjadi salah satu garda terdepan dalam mencerdaskan pemilih.

“Mahasiswa dapat membantu mencegah munculnya residu-residu politik yang berkepanjangan di level akar rumput sebagai imbas kontestasi politik yang sangat ketat selama berlangsungnya proses pemilu. Saya garis bawahi bahwa pemilu pada dasarnya merupakan kerja kolosal di mana keberhasilan pelaksanaanya sangat membutuhkan dukungan semua pihak. Untuk hal ini, kampus memiliki peran strategis untuk mendukung kesuksesan pemilu 2024 khususnya dalam mencerdaskan masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya,” papar Yuzalmon.

Sementara Dosen FISIp Indah Adi Putri dalam pemaparannya fokus pada keterlibatan aktif kaum perempuan pada pemilu menginggat perempuan merupakan salah satu komponen pemilih dengan jumlah yang sangat signifikan.

Indah mengatakan bahwa banyak tokoh perempuan dari Sumatera Barat yang memiliki kontribusi besar bagi kehidupan masyarakat seperti Rasuna Said, Siti Manggopoh, dan Rohana Kudus.

“Seharusnya tidak ada alasan yang menjadi penghambat peran aktif kaum perempuan di politik, “ujar Indah.

Lebih lanjut Indah mengatakan bahwa keterwakilan politik perempuan merupakan suatu hal penting untuk mencapai kesetaraan gender di bidang politik.

“Meskipun saat ini terdapat kuota 30% untuk representasi politik perempuan, Tapi apa? peran kaum perempuan lebih banyak menjadi pelengkap untuk memenuhi persyaratan administrasi daripada pengambil peran-peran strategis,” kritik Indah.

Hal ini kata Indah juga tak lepas dari budaya patriarki yang menempatkan kaum laki-laki lebih superior dibandingkan perempuan. Oleh karena itu, kaum perempuan harus memiliki mindset untuk mengambil peran aktif dalam proses-proses politik yang berlangsung selama pemilu.

“Untuk meningkatkan partisipasi politik, kaum perempuan bisa memulainya dengan turut terlibat aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat. Namun hal ini juga sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak agar kaum perempuan betul-betul mampu menunjukan peran aktif dalam aktifitas politiknya,”ujar Indah.

Peserta seminar yang seluruhnya mahasiswa sangat antusias mengikuti jalannya diskusi. Mahasiswa aktif mengajukan pertanyaan yang membuat diskusi menjadi semakin interaktif.

Beberapa hal yang mereka pertanyakan seputar upaya KPU meningkatkan partisipasi politik generasi muda khususnya pemilih pemula, mengapa keterwakilan perempuan relatif rendah di politik Indonesia, bagaimana meningkatkan partisipasi politik perempuan di tengah hambatan internal dari diri perempuan sendiri.

Juga tentang usaha-usaha pencegahan pelanggaran pemilu dan peran KPU untuk menyelanggarakan pemilu yang berkualitas, peluang penerepan pemilu dengan e-voting, perekrutan KPPS dan profesionalitas pelaksana pemilu, insentif koalisi Parpol di level nasional dan daerah, serta peran KPU dalam mengatasi tingkat kerawanan pemilu dan partisipasi pemilih Sumatera Barat.

Acara seminar Dekan FISIP UNAND, Dr. Azwar. Dalam sambutannya, Dr. Azwar sangat mengapresiasi civitas akademik di Departemen Ilmu Politik yang terus aktif melaksanakan kegiatan sepanjang 2022 ini.(dip-fisil-pers)