Diskusi Kebangsaan UNP, Hadirkan Jimly Asshidiqie

oleh -845 views
oleh
845 views
Rektor UNP Ganefri srahkan cendramata kepada Jimly usai diskusi kebangsaan di UNP Padang, Rabu 24/1 (foto: humasunp)

Padang,—Sejak Universitas Negeri Padang (UNP) dipimpin Prof Ganefri PhD, terus menghadirkan tokoh-tokoh dari kalangan birokrasi pemerintahan seperti menteri, tokoh pengusaha sukses dan tokoh politik, ustad serta tokoh kalangan militer.

Rabu 24/1 tadi, universitas yang satu-satunya lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) negeri di Sumatera Barat menghadirkan Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, dalam tajuk kegiatan Diskusi Kebangsaan, yang diikuti keluarga besar anggota senat universitas civitas akademika UNP serta Presiden BEM UNP, Tanzila Wanda Rizki dan Ketua MPM BEM, Satria Oktavianus

Mengawali Diskusi Kebangsaan itu, Rektor UNP, Prof Ganefri menyampaikan informasi terkini tentang UNP, yang mengalami perubahan dari sejak berdirinya hingga sebagai instansi pertama yang menjadi Badan Layanan Umum di tahun 2015. Bahkan Rektor UNP, Prof Ganefri, PhD yang pernah menjabat Koordinator Kopertis Wilayah X, Sumbar langsung memoderatori Dikusi Kebangsaan dengan Tokoh Nasional dari Palembang, Sumsel ini.

Sesi pertama Prof Jimly Asshidiqie memulainya dengan menghargai tingginya dinamisasi masyarakat Sumatera Barat dalam hal kepedulian masyarakat terhadap perkembangan kebangsaan yang terjadi saat ini, lalu guru besar FHUI ini mengutip hadis yang diriwayatkan Abu Daud,

“Jika kalian bepergian bertiga, angkatlah salah seorang sebagai pemimpin.” Dan membandingkan juga dengan sikap masyarakat cina, yang maksudnya “Jika kalian berpergian bertiga, satu diantarnya dipastikan adalah guru diantara mereka,”

Membuat peserta diskusi tertarik ketika cendikiawan yang produktif menulis buku ini mengungkapkan tentang slogan guru digugu dan ditiru yang diyakini memiliki makna yang dalam bagi kehidupan seorang guru.

Landasan falsafah di balik slogan ini adalah bahwa sosok seorang guru dapat dipercaya dan ditiru. Hal ini mengisayaratkan bahwa dalam berbagai kegiatan kehidupan, masyarakat berharap guru sebagai tauladan. Ketika di sekolah guru menjadi panutan bagi siswanya.

“Kepada jajaran civitas akademika, saya ajak UNP yang produktif melahirkan guru-guru masa depan juga divisikan untuk melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan. Seorang guru mesti bertanggungjawab untuk menjadi tauladan bagi lingkungan. Karena sang guru adalah sosok seorang yang menampilkan sikap moral yang luhur,” ujar Jimly Asshidiqie.

Jimly juga mengungkapkan, UNP mempunyai posisi yang strategis dalam perjuangan bangsa dimasa mendatang, di antara melahirkan para guru atau pemimpin masa depan yang berkualitas.

Selain itu Doktoral Tata Negara ini juga mengupas isu-isu kebangsaan lainya, dan menyarankan civitas akademika tidak terjebak pada tujuan jangka pendek, namun bervisi tujuan jangka panjang.

“Saat ini, di Tanah Air kita, perilaku menyimpang meluas di kalangan masyarakat, walaupun pada saat yang sama, sarana-sarana ibadah dipenuhi jemaah, bersamaan dengan itu banyak politisinya bermasalah, sistem hukumnya dipengaruhi suap dan ancaman mafia, penjaranya pun penuh sesak di mana-mana. Dengan kondisi negara kita ini, kalangan pendidik, para guru, bisa jadi tempat menggantungkan harapan akan negara yang lebih baik ke depan,”ujarnya.

Menyoal isu kerukunan umat beragama, Jimly Asshidiqie mengimbau civitas akademika UNP tidak boleh terjebak hanya dalam konteks benar atau salah. Bersikap seperti itu dinilai dapat melemahkan hubungan antar umat beragama di Indonesia.

“Jika terjebak pada konteks benar dan salah dalam beragama membuat mudah menilai orang lain suka atau tidak sehingga berdampak kebencian.. Bahkan semakin parah bila hanya diakui oleh kelompok-kelompok tertentu yang merasa paling benar dari sisi apapun. Kita harus saling terbuka, seperti pertemuan ini amat saya hargai. Di dunia sekarang ini, kita harus tetap menyadari perbedaan dan saling menghormati,”ujar Jimly pada diskusi Kebangsaan yang diinisiasi Mantan Rektor Muhammadiyah, Shofwan Karim ini.

Sesi tanya jawab, juga diberikan kesempatan kepada peserta yang hadir, namun moderator, Prof Ganefri membatasi tiga penanya. Dari tiga penanya itu, pertanyaan ketiganya cukup menghangatkan diskusi kebangsaan itu dan menjelang siang, mengakhiri kegiatan penyerahan cenderamata kepada Jimly Asshidiqie, yang juga Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), 2012-2017. (rilis humasunp

)