Dosen Faperta Unand Lakukan Pengabdian Aplikasi Lubang Resapan kepada Petani

oleh -1,226 views
oleh
1,226 views
Roza Yunita serahkan bor untuk kesinambungan aplikasi lubang resap biopori pada petani di Bukik Sileh saat IBDM Tim Dosen Faperta Unand, 10/11 (foto:.dok /timdos)

Padang,—Lubang dalam teknik bertanam di lereng perbukitan ternyata ada teori yang bisa diaplikasikan untuk mengantisipasi kelabilan tanah di daerah perbukitan tersebut.

Untuk penerapan teknokogi tersebut, Tim Dosen Fakuktas Pertanian (Faperta) Unand tergabung pada Ipteks Berbasis Dosen dan Masyarakat (IBDM) terdiri dari Firsta Ninda Rosadi, S.P., M.Si (Ketua) dengan anggota Meisilva Erona S. S.P., M.Si, Roza Yunita, S.P., M.Si. Winda Purnama Sari S.P., M.P. Zahlul Ikhsan S.P., M.P dan Dede Suhendra S.P, M.P melakukan kerja pengabdian kepada masyarakat

Sasaran pengabdian para akademisi itu yakni Nagari Bukik Sileh Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.

Nagari yang berada di kaki Gunung Talang, dengan ketinggian ketinggian 1500 meter dari permukaan laut (Mdpl) bertopografi berbukit-bukit.

Beberapa potensi khusus dari pertanian di nagari Bukik Sileh yaitu bawang merah, tomat, kentang, wortel dan beberapa jenis tanaman hortikultura lainnya. Hampir sebagian besar komoditas ditanam di lereng-lereng perbukitan.

“Topografi lahan seperti ini berpotensi menyebabkan longsor dan banjir jika curah hujan tinggi,”ujar Ketua Tim Dosen sekaligus pengusul IBDM Firsta Ninda Rosadi, S.P., M.Si, Rabu 13/11 di Padang.

Afrianto ketua kelompok tani Banda sampie mengatakan Lahan Pertanian Kelompok Tani Banda Sampie banyak yang ditanam di bukit-bukit dengan kemiringan yang beragam.

“Betul kata tim dosen Apabila musim hujan dengan intensitas yang tinggi maka akan terjadi genangan dan banjir di beberapa lahan pertanian sehingga petani terancam gagal panen,”ujar Afrianto.

Menurutnya menjadi kebalikan, kalau musim kemarau datang akan sulit untuk mencari sumber air karena kandungan air tanahnya sedikit.

Menurut tim IBDM Roza Yunita, S.P., M.Si, untuk mengatasi masalah ini, ada pilihan teknologi  bisa diterapkan. Dan itu kata Ketua Tim Firsta menerapkan lubang resapan biopri.

Inikah teknologi pembuatan lubang dengan melakukan pemboran. (foto: dok/timdos)

“Membuat lubang resapan biopri (LRB). Teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB) pada dasarnya merupakan teknologi untuk meresapkan air ke dalam lebih cepat jika curah hujan tinggi. Teknologi ini, tidak hanya mampu meningkatkan ketersediaan air tanah tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk pengolahan sampah organik sehingga berpotensi menghasilkan kompos sebagai produk sampingan,”ujarnya.

Berdasarkan data kuisoner yang diperoleh, sekitar 85 % masyarakat Bukik Sileh belum memanfaatkan sisa-sisa hasil panen maupun sampah organik rumah tangga. Umumnya sampah baik organik dan non organik belum terorgansir dengan baik dan hanya dibuang ke sungai.

Lubang resapan biopori (LRB) dibuat dengan menggali lubang secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter lubang 10 cm dan kedalaman 100 cm atau tidak melebihi kedalaman permukaan air tanah.

“Itu bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan resapan melalui dinding lubang resapan. Air yang masuk ke dalam lubang resapan akan diresapkan ke dalam tanah melalui pori-pori tanah pada dinding lubang,”ujar Yunita.

Lubang resapan biopori kata Winda Purnama Sari S.P., M.P harus diisi oleh sampah organik sampai penuh dan terus-menerus untuk menjaga agar lubang tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak tersumbat oleh lumut yang dapat mengganggu peresapan air serta menghindari adanya sedimen halus yang dapat menyumbat pori.

“Aktivitas fauna tanah dalam lubang resapan biopori akan memperlancar peresapan air ke dalam tanah,”ujarnya.

IBDM Tim Dosen Faperta Unand dilaksanakan 10 November 2019 di kelompok tani  Banda Sampie Jorong Data Nagaro Selayo Tanang, Bukik Sileh, Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok.

IBDM sebelum turun pengabdian setelah menganalisa hasil kuesioner yang dibagikan kepada anggota kelompok tani.

Seluruh anggota kelompok tani kata Roza Yunita bersedia menerapkan teknologi lubang resapan biopori (LRB) di lahan pertanian dan lingkungan sekitar tempat tinggal.

Tim dosen fakultas pertanian bersama mahasiswa selain memberikan informasi ilmu tentang LRB, juga memberikan bantuan lima buah alat bor biopori dengan harapan alat ini bisa dimanfaatkan oleh kelompok tani dan juga masyarakat sekitar.

“Lubang resapan biopori dapat dibuat di mana saja, bisa di kebun maupun di halaman rumah,”ujar Yunita.

Menurut Ketua Tim DosenFirsta Ninda Rosadi, S.P., M.Si mengharapkan semakin banyak Lubang Resapan Biopori yang dibuat, maka tidak hanya dapat memelihara cadangan air tanah, mencegah erosi, tetapi juga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

“Termasuk.masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran perairan dan pencemaran udara. Belum terlambat untuk peduli pada keseimbangan alam, bersahabat dan memelihara ekosistem tanah sama dengan memelihara kehidupan flora fauna tanah,”ujarnya. (rilis: timdosen-ibdm).