Dr Marlinda Beri Kuliah Umum Mempertajam Daya Pikir Perempuan Memahami Politik dalam Berdemokrasi

oleh -152 views
oleh
152 views
Dr Merlinda beri kuliah umum di FISIP UNAND tentang minimnya perempuan di lembaga negara, Selasa 2/5-2023. (md)

Padang— Realitas ranah untuk membangun demokrasi di Indonesia saat ini bahwa masih saja tingkat partisipasi perempuan dalam berpolitik tergolong rendah. ya

Terbukti dari tingkat keterwakilan perempuan di parlemen, lembaga-lembaga tinggi negara, pemerintah, partai politik termasuk di organisasi lainnya yang masih minim. Ini suatu keprihatinan bersama yang perlu disikapi secara bersama pula terutama bagi kaum perempuan.

Fenomena itu disampaikan Direktur Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta, Dr. Marlinda Iswantri Poernomo, SE.M.Si pada saat Kuliah Umum bertajuk “Mempertajam Daya Pikir Perempuan Memahami Politik dalam Berdemokrasi” di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP, UNAND yang dibuka Kepala Deapartemen Ilmu Komunikasi FISIP Unand, Dr. Sarmiasti. M.Si.

Turut hadir Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Diego. SI.Kom. M.Sos, dan para dosen Ilkom, diomderatori oleh Kordinator Kosentrasi TV dan Film, M.A.Dalmenda. M.Si. Kuliah umnum diikuti 65 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi yang tengah mengikuti mata kuliah komunikasi politik dan Humas Politik, Selasa 2/5-2023 di ruang sidang Dekanat FISIP.

Kandidat Rektor Universitas Sahid Jakarta ini sosok perempuan cantik yang dulu kesohor sebagai penyiar TVRI dengan nama terkenal Linda Poerrnomo ini juga pernah berlaga digelanggang perpolitikan dengan puncak karier politiknya sebagai anggota DPR RI periode 2014-2019 pada Komisi X.

Perempuan berkarakter humanis tapi terkesan tegas ini terpancar ketika mengedukasi mahasiswa yang didominasi kaum perempuan. Spirit mahasiswa semakin tampak melalui diskusi panjang lewat pertanyaan dan pernyataan kritis dari mahasiswa melihat kondisi demokrasi kekinian terkait kiprah perempuan jadi pemimpin baik di eksekutif,legislatif, BUMN dan berbagai perusahaan swasta lainnya.,

“Negara sudah memberikan kesempatan terhadap kaum perempuan di legislatif dengan quota 30 persen, ketersediaan peluang tersebut tidak terpenuhi dan lebih mirisnya semakin terjadi penurunan jumlahnya dari pusat hingga ke daerah. Ini perlu disikapi secara cerdas, semakin menurun maka semakin rendah daya juang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dalam berdemokrasi. Saatnya sekarang mahasiswa untuk lebih meningkatkan kepedulian dan mempertajam anilisis politiknya untuk menyikapi berbagai yang terjadi di ruang publik,” sebut istri dari Dr. Abdullah Puteh Gubernur Prov. Nanggroe Aceh pada masanya.

Lebih lanjut dikatakan dosen komunikasi politik Usahid Jakarta ini, perempuan berdarah Minangakabau dari Batusangkar, kondisi ini dipercaya oleh para pejuang perempuan berimplikasi langsung pada kebijakan-kebijakan negara yang cenderung(kurang) mengakomodir kebutuhan dan kepentingan perempuan. Jumlah keterwakilan yang rendah juga sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan sebuah keputusan yang bersentuhan dengan kepentingan masyarakat..

“Perempuan Minangkabau dari dulunya adalah pejuang yang terkenal, sebut saja Rasuna Said,Rohana Kudus, Siti Manggopoh, Inyiak Upiak Palantiang, Rahma El Yunusiyah. Sederet itu berpartisipasi aktif berperan dan pengaruh pada masanya. Ini tonggak sejarah bagi perempuan Minangkabau yang tak boleh terlupakan lintas generasi,, Ini spirit bagi perempuan Minangkabau,” tegas penulis buku Kiprah Perempuan Parlemen.

Penghujung diskusi, anak dari Prof.Dr. Bambang Poernomo, SH ini mengingatkan mahasiswa, selain mengikuti tugas wajib mengikuti perkuliahan sangat penting juga berorganisasi untuk melengkapi mengasah keterampilan berorganisasi dan kemampuan berkomunikasi sebagai bekal kelak setelah menyelesaikan studi sebagai seorang sarjana agar nantinya menjadi sosok yang spesialis dalam bidangnya dan bukan menjadi generalis kebanyakan orang.(md)