Dua Wakil Kepala Daerah Lepas Harimau Sumatera ke Habitatnya, Wagub: Inyiak Balang Penjaga Kampung

oleh -1,106 views
oleh
1,106 views
Wagub Nasrul Abit dan Wabup Dharmasraya Amrizal hadiri peleoaskiaran Harimau Sumatera di rehabilitasi milik Hasjim, Senin 29/7 (foto: humas-sumbar)

Dharmasraya,— Direktorat Jendral Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan melepasliarkan kenbali dua ekor Harimau Sumatera, Senin 29/7 .

Pelepasliaran harimau tersebut dihadiri dua wakil kepala pemerintahan, yaitu Wakil Gubernur Sumatera Barat Drs. H. Nasrul Abit dan Wakil Bupati Dharmasraya Amrizal Dt Rajo Medan, dan terlihat juga pemilik rehabilitasi, Hashim Djojohadikusumo. Dan wakil dariKemenLHK, Kepala BKSDA Sumbar Erly Sukrismantoro dan Kepala BKSDA Riau Suharyono.

Kedua harimau sumatera tersebut bernama Bonita dan Atan Bintang. Kedua hewan telah dirawat sekitar satu tahun, dilepasliarkan bertepatan dengan 2 tahun usia Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dhamasraya (PR-HSD), Yayasan ARSARI Djojohadikusumo (YAD), yaitu 29 Juli 2019 dan Hari Harimau Internasional (International Tiger Day).

Wagub Sumbar Nasrul Abit Datuak Malintang Panai menyampaikan, di Sumbar harimau tidak semata dikenal sebagai binatang buas, tetapi sebagian masyarakat perkampungan, memiliki pemaknaan khusus dibanding hewan lain.

“Kalau orang Minang menyebut harimau adalah ‘Inyiak’ bahkan ada yang memberikan julukan ‘Inyiak Balang’. Secara tradisi, selain meyakini harimau memiliki perasaan, kepekaan yang baik serta mengerti salah dan benar, sudah turun temurun dan menyimpan arti sebagai hewan yang dihormati. Apalagi, harimau sesungguhnya juga sebagai penjaga kampung,”ujar Wagub Sumbar.

Harimau Sumatera bagi masyarakat Sumbar khususnya budaya Minangkabau memiliki ikatan historis yang kuat, sebutannya “Inyiak” yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “Kakek”. Bahkan dalam pencak silat minangkabau ada jurus harimau yang terinspirasi dari gerakan Harimau Sumatera itu.

Menurut Nasrul Abit, keberlangsungan hidup Harimau Sumatera atau Panthera Tigris Sumatrae semakin terancam. Selain perburuan liar, konflik dengan manusia juga menjadi ancaman serius terhadap hewan yang digolongkan ke dalam kategori satwa kritis terancam punah (critically endangered) ini.

“Saat ini kita mempunyai tantangan terbesar, keberadaan harimau Sumatera terancam punah karena lingkungan banyak mengalami kerusakan sehingga perlu diselamatkan bagi seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah,”ujar Wagub Nasrul Abit.

Habitat semakin berkurang dan tertekan, sehingga sering terjadi konflik harimau dengan manusia. Sehingga harimau memasuki area permukiman, tambahnya .

Ir. Wiratno, MSc, selaku Direktur Jenderal Konservasi Alam Sumber Daya Alam dan Ekositem (Dirjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan ada 50 persen lebih populasi satwa dilindungi berada di luar kawasan konservasi, baik di hutan produksi maupun hutan lindung.

“Kita harapkan mulai saat ini satwa liar dilindungi, termasuk harimau Sumatera, yang berada di luar kawasan konservasi dapat terlindungi seperti halnya satwa liar lainnya di dalam kawasan konservasi,” tuturnya.

Menurut data dari PVA harimau sumatera menunjukkan populasi harimau sumatera di habitat alaminya tersisa 603 individu yang tersebar di 23 kantong habitat. Ia menyambut baik, imbauan Nasrul Abit untuk menjaga habitat harimau.

“Untuk itu saya mengajak semua pihak dapat bekerjasama dalam pelestarian satwa yang dilindungi, semangat bekerja bersama menjadi kunci untuk sinergi selanjutnya,” tambah dia.

Penggagas dan pendiri PR-HSD, Hashim Djojohadikusumo, menyatakan jika PR-HSD telah berkomitmen untuk terus membantu pemerintah melestarikan dan menambah jumlah populasi Harimau Sumatera. Hashim menambahkan, sejak diresmikan oleh Menteri LHK Siti Nurbaya pada 29 Juli 2017 lalu, PR-HSD telah melakukan rehabilitasi terhadap 6 individu harimau dimana 4 individu berhasil dilepasliarkan ke habitat alaminya.

“Saat ini kami masih merawat satu Harimau Sumatera yang baru saja diselamatkan dari Padang Lawas, Sumatera Utara yang diberi nama Palas. Harimau Sumatera merupakan simbol kelestarian ekosistem dan keberadaannya hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan sebagai habitat masih terjaga,”ujar Hashim.

BKSDA Erly mengatakan pelepasliaran ini dilengkapi dengan pemasangan GPS Collar yang merupakan sumbangan dari Yayasan ARSARI Djojohadikusumo yang berfungsi untuk memantau Bonita dan Atan Bintang. Dari data GPS Collar tersebut, pihaknya akan mengetahui pergerakan satwa tersebut untuk melihat home range serta adaptasi harimau di habitat barunya.(rilis: biro-humas)