EBC Fakultas Teknik Unand Gelar Turnamen ‘Trump Gembira’

oleh -249 views
oleh
249 views
Siapa bilang mahasiswa teknik UNaND itu anti ektra kurikuler, nih buktinya.. (ilhm)

Oleh : Ilhamsyah Mirman

Founder RRc/mantan Ketua Umum EBC

SECARA mengejutkan sejumlah pemain kawakan tumbang dalam turnamen Trump Gembira KATUA 2022 yang digelar Engineering Bridge Club (EBC) Fakultas Teknik Universitas Andalas, di Pusako Cafe, Sabtu 17/12-2022 lalu.

Meski posisi pamuncak diraih oleh pemain kawakan Rudi Anwar (TS 92), namun runner up yang ditempati Yossyafra (TS 89) mencengangkan banyak analis dan pemerhati olahraga bridge Sumatera Barat. Kendati demikian, hasil ini seakan melanjutkan tradisi menang alumni Aia Tawa dalam kancah permainan paling populer dikalangan Anak Teknik.

Sementara untuk posisi 3 dan 4 diraih Teddi dan Adi (TS-05). Sedangkan side iven Liga Tarkam dimenangkan Roza Aprilia (TS 94) diikuti Fernando Japutra (TS 02), Abdul Hakam (TS 86) dan Noldi. Acara ditutup penyerahan hadiah uang tunai dan tropi.

Banyak hikmah yang dapat dipetik dari Silaturrahim berbungkus olah raga otak bertema “Menjalin Ikatan Kebersamaan Kembali”, yang diikuti peserta delapan meja atau 32 (tiga puluh dua) orang lintas angkatan. Termasuk melibatkan penggemar trump se kota Padang.

Sebagaimana disampaikan oleh Pengurus GABBSI saat pembukaan, melalui iven seperti ini yang dilakukan dengan enjoy dan penuh keakraban bisa menjadi ajang sosialisasi menuju olah raga prestasi. Sedangkan Rahmat Zuhri yang mewakili Dewan Pembina menyoroti perspektif bernada ilmiah tentang filosofi permainan trump.

Acara yang ditujukan untuk reuni mengenang kembali saat disela kerut kening menimba ilmu, juga dimaksudkan lebih mengenalkan kepada yunior dan mahasiswa olah raga prestasi yang memang membutuhkan keahlian lebih dalam membaca dan menganalisis distribusi kartu. Bicara analisis bagi engineer sudah inhern dalam proses perkuliahan kesehariannya.

Jadi bukan hal yang aneh kalau ada semacam pengakuan bagi aktivis yang tergabung dalam wadah Engineering Bridge Club (EBC) tentang ‘kecerdasan’ plus nya. Beberapa pionir yang pertama kali mengintrodusir ke lingkungan ‘Air Tawar’ hingga saat ini terus eksis menunjukkan tajinya.

Bahkan dosen senior sekaligus salah seorang alumni pionir, Prof Ir Jafril Tanjung mampu menembus semifinal. Menyisihkan sekelas atlet nasional bridge Ikhsan, Chicken, Frizen, Irham maupun player trump tangguh, seperti Ajo Proken, Ucok dan Arnel ‘Abeng’.

Serunya pertandingan yang diwarnai gelak tawa dan meringis kala tawaran ditimpa kawan membuat keakraban kian terasa selama satu hari kebersamaan. Hilangnya batas senior-yunior dan mahasiswa-dosen menjadi sesuatu yang ngangeni.

Sinyalemen mahasiswa sekarang individualis dan cuek terhadap kegiatan ekstra kemahasiswaan terbantahkan di momen ini. Ketua Panitia Leony bersama Farras, Uul, Rizki, dkk, dibawah binaan Adipo Syam menyuguhkan performa sebagai organiser ulung.

Bukan sekedar menyiapkan teknis acara, membangun hubungan emosional antar peserta dengan ciamik di lakoni, sehingga tampak sekali kepuasan seluruh yang hadir.

Untuk selanjutnya jadi pekerjaan rumah, bagaimana menjadikan iven seperti ini tradisi yang sejak dini bisa merengkuh minat mahasiswa baru ikut memasuki dunia olah raga bridge. Sehingga dimungkinkan pula meraih prestasi hingga skala nasional sebagaimana telah berbilang tahun didharmakan oleh alumni EBC dikancah olah raga bridge Sumbar.

Cerita sukses bagaimana Prof Ir Abdul Hakam bersama generasi pelanjut di jajaran pendidik Fakultas Teknik yang senantiasa eksis hingga pertandingan kemarin, kian menabalkan sekaligus justifikasi bahwa dalam permainan ini justru kematangan emosi mengambil peran signifikan. Intelegensi tinggi plus kontrol diri dan lingkungan, selain latihan terus menerus adalah kunci sukses bagi atlet.

Dan Trump Gembira KATUA 2022 telah mencatatkan hal itu. Keakraban, keseruan dan kebersamaan membuat rasa haru sehingga enggan untuk berpisah. Untung saja agenda nonton bareng Kroasia vs Maroko sudah terjadwal. Maka dengan terpaksa dan berat hati, kaki melangkah menjauh dari Pusako Cafe.

Hidup Teknik, Hidup Teknik, Hidup Teknik…masih terngiang mendenging, meski mata tertuju ke layar lebar..(writer/anlisa)