Ekonomi Sumbar Kedepan Bergantung Pada Ekspor dan Pariwisata

oleh -1,183 views
oleh
1,183 views
Ramal Saleh (kiri), Andrianof Chaniago (tengah) terlibat perbincangan serius dengan mantan walikota Solok Hasan Basri (kanan) sebelum Seminar Nasional ISEI Padang, Kamis 4/5 di Aula BI Padang

*Ramal Saleh dan Andrianof jadi Pemateri*

Pemateri dan moderator foto bersama usai Seminar Nasional ISEI Padang, Kamis 4/5 di Aula BI Padang

Padang,—Masa depan ekonomi Sumbar di masa datang, banyak ditentukan oleh industri pariwisata dan ekspor berbasis komoditi unggulan. Karena itu, pelaku bisnis dan pemerintah sebagai pembuat regulasi mulailah bersiap dari sekarang.

Demikian benang merah dari seminar nasional bertajuk “Ekonomi Sumatera Barat, Kini dan Masa Datang” yang digelar ISEI Cabang Padang, Kamis 4/5 di Aula Bank Indonesia Padang.
Pada seminar itu, Eksportir sekaligus kandidat Ketua Umum Kadin Sumbar menjadi pemateri,  bersama-sama dengan Komisaris Utama BRI Andrinof Chaniago, Kepala BI Padang Puji Atmoko, Direktur LBH Padang Era Permana Sari dan Akdemisi Unand Suharizal Handra dan Guru Besar Ekonomi Unand Syafruddin Karimi.
Ramal Saleh, saat pemaparan makalahnya mengatakan, ekspor komoditi diyakini membawa kesejahteraan petani Sumbar.
“Saat ini saja, nilai ekspor mencapai 26 miliar dolar AS per tahun. Angka ini melebihi jumlah APBD Sumbar dan kabupaten/kota yang ada,”ujar Ramal.
Sampai hari ini,  ekspor komoditi Sumbar kata Ramal masih didominasi minyak sawit, gambir dan kulit manis. Kedepan volume dan variasi komoditi nya harus ditambah.
“Komoditi unggulan mesti segera ditanam agar petani sejahtera,” kata Ramal Saleh, yang sudah malang melintang sebagai eksportir pinang dan gambir.
Ramal Saleh (kiri), Andrianof Chaniago (tengah) terlibat perbincangan serius dengan mantan walikota Solok Hasan Basri (kanan) sebelum Seminar Nasional ISEI Padang, Kamis 4/5 di Aula BI Padang

Pada analisanya Ramal Saleh menyebutkan era sawit sudah saatnya dihentikan. Sebagai penjelasannya, dua hektar sawit saat ini bisa menghasilkan Rp 2 juta hingga 2,5 juta per bulan.

Jika lahan dua hektar tersebut kata Ramal ditanami merica maka hasil per bulannya mencapai Rp 17 juta. Jika ditanami buah pala di atas lahan dua hektar maka hasil per bulannya mencapai Rp 26 jt.
“Masih mau tanam sawit, kalau petani mau hasil lebih besar lagi, tanami lahan dua hektar itu dengan tanaman vanile,”ujarnya.
Untuk menyiapkan Sumbar sebagai penghasil komoditi unggulan yang berorientasi ekspor, Ramal mengtakan sejak sekarang ayo mulai bertanam buah pala, merica, pinang, gambir, vanile, kulit manis, kopi dan coklat. Semua tanaman tersebut cocok di daerah Sumbar.
Sedangkan Komisaris Utama BRI mantan Menteri Bappenas RI, Andrianof Chaniago mengatakan selain komiditi unggulan tadi, sektor lain yang diyakinkan mampu meningkatkab ekonomi Sumbar, adalah pariwisaa.
“Selain komoditi ekspor, sektor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Sumbar ke depan adalah pariwisata,”ujar Adrianof.
Sehingga itu, Karena itu, Andrinof Chaniago dan Ramal Saleh sepakat pariwisata Sumbar mesti dibenahi secara menyeluruh, mulai dari destinasi, sumber daya manusia, infrastruktur dan mental masyarakat di sekitar objek wisata.
“Kita jangan setengah setengah membenahi pariwisata jika Sumbar ingin maju,” ujar Andrianof.
Andrinof pada parannya di Seminar Nasional ISEI Padang, juga menyinggung soal pertumbuhan ekonomi Sumbar yang di atas rata rata nasional. Namun pertumbuhan ini tidak diikuti penyerapan tenaga kerja, terbukti angka pengangguran di Sumbar tiap tahun meningkat.
 “Angka pengangguran yang meningkat ini membuat saya heran. Mestinya angkanya turun bersamaan naik nya pertumbuhan ekonomi. Ada sesuatu, bisa saja kualitas tenaga kerja atau faktor kemalasan,”ujar Andrinof Chaniago.
Seminar nasional ISEI ini dipandu oleh dua moderator handal, Firwan Tan dan Indraswari.
“Saya sangat senang seminar ini menghasilkan banyak hal untuk menggerakkan ekonomi Sumatera Barat ke depan. Nanti kita serahkan kepada Pemprov hasil seminar ini,” kata mantan Rektor Unand Padang Werry Darta Taifur. (gusfen)