Elegi Sore di Timbo Abu

oleh -175 views
oleh
175 views
Sedikit demi sedikit bantuan tetap memgalir buat baikin rumah korban gempa di Kajai dan Timbo Abu Pasaman Barat. (dok/ilh)

Oleh : Ilhamsyah Mirman

(Ketua KTS/Founder RRc)

 

“ANAK KAMI tidak mau sama sekali masuk, apalagi tidur di rumah”, ujar Ernita.

“Untungnya ada video perbaikan rumah yang dibagikan anak kami Roni”, sambung Kepala Sekolah SD 09 Talamau tersebut saat ditemui di rumahnya yang sedang direhab.

Dengan meyakinkan bahwa Pak Febrin adalah dosen yang mengajarkan tentang perbaikan rumah di Universitas Andalas, barulah sang anak percaya, sehingga mau masuk ke rumah. Bahkan saat ini, tiap ada kesempatan langsung tertidur di mana dia duduk.

Kisah tentang kondisi rumah yang mengancam nyawa tanpa diketahui cara memperbaikinya banyak ditemui pasca gempa. Keadaan yang membuat setiap orang trauma, terutama anak-anak, menjadi tugas kita semua untuk mencari solusi.

Tanggungjawab itulah yang coba direspon dengan mengusulkan perbaikan dengan metode kawat anyam.

Sementara dikesempatan berikutnya, Pak Dalimi menyampaikan proses perbaikan tiga ruang di bagian belakang rumah yang sekaligus dijadikan tempat praktek bidan, sang istri.

“Alhamdulillah tidak sampai sepuluh zak semen, satu truk pasir dan tiga roll kawat anyam”, terang Pak Dalimi.

Dengan dana untuk membeli material kurang tiga juta rupiah, bisa memperbaiki setengah rumahnya. Memang kesulitan terbesar pada tenaga kerja untuk membobok. Maka untuk mempercepat pekerjaan, kami di bantu mesin bobok.

“Alhamdulillah kesempatan ini ditambah enam unit lagi,” ujar Pak Febrin yang dengan semangat tinggi berkesempatan turun langsung memberi penjelasan kepada masyarakat dari rumah ke rumah.

Ketua Bamus Nagari Kajai, Suryanum yang dipercayai sebagai pengelola bantuan alat bor ini sangat berterima kasih karena memang alat inilah yang amat dibutuhkan. Lima alat sebelumnya secara bergantian di gunakan, memang jauh dari kebutuhan.

Selain memantau pelaksanaan perbaikan rumah, kunjungan perdana setelah Idul Fitri bersama Ketua KTS, Ilhamsyah Mirman dan Ustadz Abdullah, dibarengi dengan menyempatkan pula melihat proses perbaikan sekolah dan mushalla yang sedang dikerjakan.

Mantan Dekan FT Unand itu mewanti-wanti, seraya mengingatkan tentang pentingnya untuk mengikuti arahan yang diberikan pada pelatihan sebelumnya.

“Sebaiknya kita mengacu pada apa yang dicontohkan di video, karena ukuran yang ditetapkan berdasarkan percobaan laboratorium,” ujar Sekretaris Majelis Wali Amanat Unand tersebut.

Sebagaimana diketahui, PSB Unand bekerjasama dengan KATUA Teknik Sipil (KTS) dan Ranah Rantau circle (RRc) telah tiga kali mengadakan Klinik Konstruksi tiap Jorong di Nagari Kajai. Program yang dilakukan secara berkelompok ini diharapkan bisa mempercepat proses perbaikan tempat tinggal tanpa harus menunggu cairnya bantuan dari pemerintah.

Di sore itu perjalanan menyaksikan rumah korban gempa yang masih tertunduk layu, pasrah, menunggu uluran tangan kita. Maka empati dan rasa simpati menjadi elegi di tuah Talamau sore itu.(analisa)