Formula 5D Menjaga Suara Pemilih #UrangAwak

oleh -367 views
oleh
367 views
Satria Haris. (dok)

Dalam Kajian Personal Branding

Oleh: Satria Haris, Brand Activator

#UrangAwakHebat, tiga suku kata ini merupakan representasi dari personal branding tokoh yang berasal dari bumi minang, Sumatera Barat. Selain memiliki ke-khas-an masing-masing, mereka juga pandai menjaga suara pemilih dengan formula yang dimiliki.

Bagi yang sudah bertekad mencalonkan diri di pemilu, pilkada atau pilpres
sekalipun, baik sebagai calon legislatif atau eksekutif, saatnya mengawali 2022 ini dengan berbagai hal yang terkait dengan personal branding untuk dapat menjaga suara pemilih. Mengapa harus menggunakan formula 5D?

Ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya “bertahan atau tergantikan” yang di publish pada beberapa pekan lalu. 2022 adalah tanda bahwa kontestasi segera dimulai, diawali dengan berakhirnya masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mentawai pada 22 mei 2022, kemudian disusul Wali Kota dan Wakil Wali Kota Payakumbuh pada 23 September 2022.

Di Indonesia, terdapat 101 kepala daerah
habis masa jabatannya tahun ini, 7 di antaranya adalah gubernur. Hal yang menarik di sini, apa saja langkah lanjutan yang akan dilakukan oleh tokoh tersebut sembari menunggu tahun 2024?

Karena 2 tahun bukan waktu yang singkat jika mereka tidak membangun komunikasi yang intens dengan calon pemilih. Berangkat dari 7 tokoh amazing yang di release oleh beberapa media online di Sumatera Barat, mari sejenak kita cocokkan apakah formula 5D dalam menjaga suara pemilih sudah mereka lakukan. Apakah mereka berpeluang untuk mendapatkan golden tiket menuju 2024.

Berikut tokoh dan personal branding yang menjadi top of mind bagi pemilihnya :

1. Fadly Amran : Muda, Organisatoris dan Humanis.
2. Audy Joinaldy : Milenial, Intelek dan Karismatik,
3. Genius Umar : Berjiwa Besar, Pembelajar dan Genius.
4. Fauzi Bahar : Karismatik, Organisatoris dan Gigih.
5. S Budi Syukur : Organisatoris, Humanis dan Berjiwa Besar.
6. Andre Rosiade : Humanis, Pembelajar dan Petarung.
7. Erman Safar : Karismatik, Muda dan Unik.

Mengacu pada istilah yang digunakan oleh pengamat politik yaitu political impression, untuk menang dalam kontestasi di Sumatera Barat, syarat calon pemimpin harus takah, tokoh dan tageh. Secara ketakahan, harus lebih unggul dibanding yang lain sehingga terbangun persepsi bahwa ia dapat memberikan harapan/ perubahan bagi
daerahnya.

Secara ketokohan, sudah dikenal pada skala nasional melalui karya dan
jaringan/ networking hulu ke hilir dalam pembangunan daerah. Secara ketagehan, terlihat lebih dinamis dan berjiwa muda serta mampu merangkul semua kalangan masyarakat.

7 tokoh amazing di atas, dalam persepktif personal branding sudah
memenuhi syarat informal menuju 2024, tetapi tidak menutup kemungkin jika ada tokoh lainnya yang siap menyalip dengan formula 5D.

Dihinakan namun diperebutkan, dibenci tapi dirindu. Istilah ini sangat relate dengan kondisi saat ini, sikap paradoks masyarakat terhadap politik dan politisi.

Brand dalam marketing politik adalah lambang, simbol, warna dan tokoh partai. Dari hasil riset kemenangan pilkada, ternyata lebih dari 50 persen kemenangan ditentukan karena faktor
tokoh yang diusung, sisanya disebabkan oleh kualitas program yang ditawarkan,
branding, pencitraan dan kualitas mesin politik atau tim yang bagus.

Branding tidak sama dengan pencitraan, “branding is a continuous process, membuat yang tidak terlihat menjadi tampak dan diperhitungkan” (Satria, Haris : 2013).

Banyak yang hanya siap menang di kontes politik tapi tidak siap kalah, dan tidak siap pula untuk menjadi pemenang atas dirinya. Kekalahan dalam kontestasi politik tidak hanya berarti kalah suara. Disana ada kehilangan materi, rasa terpental, rasa kecewa, amarah, rasa malu, dan lain lain yang tak mungkin dijelaskan dengan kata kata.

Self winning diperlukan, ini adalah kunci bagi mereka yang sudah menikmati asam garam  dalam perpolitikan dan juga jadi pembelajaran bagi yang sedang berada pada puncak popularitas. Meraih kemenangan atas dirinya lebih dulu sebelum meraih kemenangan
publik. Artinya, self winning mendahului publicwinning, Successful intelligent, personal branding menjadi satu hal yang sangat penting di tengah situasi pasar politik yang sedemikian hyper competitive seperti saat ini.

Setiap kesuksesan yang kita dapatkan dalam bidang apapun baik di politik, bisnis dan lainnya. Selain harus ada kebergantungan yang tinggi pada usaha dan perjuangan, sukses juga terkait pada kebergantungan kita pada orang lain.

Team work itu penting, sama sama bekerja jauh lebih penting agar setiap upaya yang telah dilakukan
mendapatkan hasil yang maksimal (kemenangan).

Menurut standberg
(Understanding Human Behavior : 1989), tiga kecerdasan yang harus dimiliki menuju kesuksesan : kecerdasan analitis (analytical intelligence), kecerdasan kreatif (creative intelligence), dan kecerdasan kontekstual (contextual intelligence).

Berikut formula 5D menjaga suara pemilih #UrangAwak dalam kajian personal
branding :
1. Dikenal.
2. Disukai.
3. Dipromosikan.
4. Diperhitungkan.
5. Dipilih.

Untuk dapat dikenal, setiap orang harus mulai memperkenalkan diri dengan cara yang unik dan komunikatif. Ada yang dikenal karena memiliki pendidikan tinggi, rekam jejak yang baik, jaringan/ networking yang bagus, aktif di berbagai organisasi dan juga karena faktor orang tua/ garis keturunan. Ibarat pepatah, tak kenal maka tak sayang, sudah dikenal belum tentu juga disukai. Like dan dislike adalah hal yang wajar dalam
hidup dan berkehidupan, khususnya dalam politik dan bagi politisi. Don’t judge book by the cover, oleh karena itu perlu upaya dalam memperkenalkan agar mereka disukai dengan cara dipromosikan.

Canvassing merupakan tools yang dipakai dalam membangun persepsi publik terhadap tokoh guna mendapatkan perhatian dan diperhitungkan untuk dipilih.

Door to door dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan yang matang oleh tim.

Pada fase tersebut, product knowledge terkait tokoh dapat dikemas dalam bentuk APK (alat peraga kampanye), menggunakan foto, jargon, layout, identitas warna dan media
yang dipilih. Jika hal tersebut sudah berjalan dengan baik, dapat dilakukan review terkait respon calon pemilih terhadap tokoh yang diperkenalkan tadi.

Jika diterima, lanjutkan berdiskusi, jika tidak diterima upayakan untuk memberikan pemahaman yang jelas, jika ditolak mentah-mentah, tinggalkan saja karena mereka bukan pemilih.

Dalam banyak hal yang terjadi di lapangan, formula 5D perlu dipersiapkan dari sekarang. Untuk mereka yang masih menjabat sampai 2024, masih ada waktu untuk
terus memperkuat karakteristik melalui program yang sedang berjalan. Untuk mereka yang akan berakhir pada tahun 2023, perlu upaya ekstra dalam menjalankan promosi satu tahun kedepan.

Untuk yang berakhir tahun ini dan yang akan maju dalam kontestasi, mulai bergerak dari sekarang. Mengutip himbauan dari baliho pakar
komunikasi Yuliandre Darwis yang masih hangat dalam beberapa hari ini “saatnya kolaborasi untuk menjaga persatuan. Kemenangan itu penting, menjaga suara pemilih untuk 2024 jauh lebih penting #MulaiSeDulu. *sekian. (analisa)