Padang –Isu Sampah menjadi isu krusial di daerah perkotaan, oleh sebab itu Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia) bersama Kota Metro berkolaborasi menciptakan metode pengelolaan sampah berbasis Ekonomi Sirkular bersama pembicara Walikota Metro dr. H. Wahdi Shiradjuddin, Penggiat lingkungan Pati Hariyose, Emi Lasti penggerak organisasi daur ulang produktif sampah, Nazir Fahmi, Direktur Harian Padang Ekspress, dan dr Yossi Dosen Politeknik yang konsen terhadap masalah lingkungan hidup.
Dalam diskusi yang digelar di salah satu kafe kawasan gor H.Agusalim, Minggu (7/8/22), Walikota Metro Lampung dr.Wahdi mengatakan manusia adalah penghasil sampah terbesar dalam lingkungan kita dan jika kita tidak cermat mengantisipasi pengelolaan samaph terbeut maka bukan tidak mungkin anak cucu kita tidak bisa menikmati lingkungan yang asri dan sehat.
” Bagaimana pentingnya mengubah persepsi manusia tentang sampah dimulai dari diri sendiri yaitu rasa malu atau segan melihat sampah di lingkungan kita sendiri.
Oleh karena itu konsep ekonomi sirkuler dalam mengelola sampah hingga membuat sampah mempunyai nilai ekonomis adalah cara yang tepat yang harus kita terapkan sedini mungkin”. Tutur dr. Wahdi dalam diskusi yang dipandu oleh Yayan, dari Coca-Cola Amatil Padang.
Ia juga menambahkan pemerintah harus ikut serta memfasilitasi kegiatan mulia pegiat daur ulang sampah ini. Karena, kelompok ini sangat berjasa dalam mengatasi kerusakan lingkungan dan menjadikannya bernilai ekonomi
Ekonomi sirkuler adalah merupakan upaya keberlanjutan menciptakan lingkungan yang perduli dengan sampah dan kebersihan lingkungan dimana sampah didaur ulang menjadi sebuah produk yang punya nilai ekonomis.
Nazir Fahmi Direktur padang ekspres menambahkan bagi media berita ‘sampah’ selalu menjadi bahasan dan isu serius yang harus segera ditindaklanjuti, sampah juga selalu menjadi momok di kota kota besar.
“Persoalan sampah sangat komplek. Bila tidak dikelola dengan baik, tentunya akan menjadi masalah lingkungan yang besar. Lihat saja pantai atau sungai, seringkali jadi tempat pembuangan sampah. Karena itu sangat menarik, bila sampah dikelola menjadi bernilai ekonomis,” kata Nazir Fahmi.
Bagi Pati Hariyose, Penggiat Lingkungan ini menilai media adalah salah satu senjata untuk mengubah prilaku banyak orang melalui informasi yang bisa menggiring masyarakat bisa ‘hidup’ dari sampah, salah satu nya dengan konsep ekonomi sirkular yang mengubah sampah menjadi energi tepat guna sehingga kita berharap konsep ini bisa mempertahankan sustainability.
“Bayangkan, bila sungai menghanyutkan 1 ton sampah plastik per hari berapa ratus ton terbuang di pantai, karena itu kita berharap tiap kecamatan di Kota Padang punya mesin pengolah plastik, sehingga sampah bisa jadi sumber perekonomian alternatif,” ujar Yose.
Senada dengan itu, Emi Latif dari organisasi daur ulang produktif sampah melihat sampah sebagai harta karun yang terpendam
“Sampah yang kami daur ulang tidak terbatas mulai dari sampah plastik sampai kayu berserakan kami daur ulang kembali menjadi barang yang bermanfaat oleh kare na itu kami sebut sampah ‘harta karun’. Kami juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat bagaimana memilah sampah dan mendaur ulang sampah tersebut menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis.
dr. Yossi menyampaikan, sebenarnya sudah banyak pelatihan pelatihan pengolahan sampah, namun kendala yang terjadi, kurangnya respon pemerintah terhadap permasalahan ini. Seharusnya, pemerintah menangkap peluang ini, bagaimana produk hasil daur ulang sampah ini bisa dibantu Carikan pemasarannya. Karena, bila diharapkan pada UMKM itu sendiri, mereka hanya mampu memproduksi, tidak bisa memasarkan.
“Nah, seharusnya pemerintah daerah turut andil mencarikan solusi pemasaran agar semangat UMKM memilah sampah untuk bahan jadi yang bernilai bisnis, sehingga bisa menghidupi mereka. Apalagi usaha daur ulang sampah ini sangat membantu Pemda dalam mengatasi persoalan sampah yang jumlahnya sangat besar per harinya,” ucap dr. Yossi.(monsis)