Goresan Tipis-Tipis Menemani Jurnalis Meliput Ranah Minang

oleh -266 views
oleh
266 views
DAAI TV exsplorer Ranah Minang, sukseskan Visit Beatiful West Sumatra 2023. (ilhm)

Oleh: Ilhamsyah Mirman

Founder RRc/Sub koordinator Kemitraan TP2 Desa Wisata Sumbar

DIMANA POSISI BANG, kami sudah masuk Bukittinggi, sekarang di dekat pacuan kuda”, suara speaker gadget HP bergema. Informasi yang ditunggu-tunggu sore jelang Ashar, sejak pagi dari Padang. Janji bertemu bersama ‘keluarga’ yang baru datang dari Medan, akhirnya terwujud. Diskusi dan tukar informasi intens di WAG tentang maksud dan tujuan team DAAI TV kian tertangkap oleh kami bertiga, Wirda, Ikhlas dan saya sendiri.

Sedemikian menarik tugas meliput Sumatera Barat ditumpangkan oleh pimpinan Program Potret DAAI TV pada Nanda cs. Bagaimana arus modernisasi yang menerjang mampu diimbangi dengan kebertahanan budaya dan kehidupan religius sebagaimana tergambar pada kehidupan keseharian di berbagai pelosok ranah. Misi yang amat relevan dalam konteks ‘menghidangkan’ Minangkabau di tengah meja untuk dinikmati warga bangsa. Siapa yang menyangkal keindahan alam, kenikmatan kuliner dan kekhasan budaya dibalut pola hidup religius Sumatera Barat. Khas dan manteni.

Maka diskusi ditengah deras hujan di kaki Jam Gadang merumuskan langkah, menentukan lokus dan menjadwalkan agenda wawancara narasumber berlangsung akrab seraya berhasil merumuskan langkah yang bakal ditempuh.

Destinasi multi etnis penuh cagar budaya Pondok, kawasan Mesjid Raya dan upaya konservasi penyu di Pasir Jambak menjadi target pertama liputan di Kota Padang dan sekitarnya. Sementara kesyahduan merajut mimpi lambung bukit batu Lembah Harau seraya menyaksikan proses maradang non daging serta menguak makna dibalik kemegahan klasik Rumah Gadang dan pola hidup masyarakat di kawasan Sarugo di Koto Tinggi menjadi target berikutnya, mewakili pesona ranah nan genuine.

Dibungkus oleh paparan tokoh dan para ahli, maka suguhan yang amat dinanti sebagai penguat tekad di tahun kunjungan wisata 2023. Visit Beautiful West Sumatera (VBWS) 2023, program unggulan Dinas Pariwisata yang baru saja dicanangkan Pemprov Sumbar, menemui kanal yang tepat. Sebagaimana pandangan yang disampaikan langsung oleh Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi saat dimintakan pendapatnya.

Wawancara ‘door stop’ yang berlangsung penuh keakraban senja jelang maghrib di teras Istana Gubernur sungguh menguak asa Buya, panggilan akrabnya, tentang keyakinan pada potensi pariwisata sebagai andalan. Ditambah pengalaman langsung memimpin kota Padang dan kiat yang digunakan dalam berinteraksi ditengah masyarakat multikultural membuka mata, betapa kesungguhan menjaga harmoni menjadi prioritas Sang Gubernur.

Hal senada di sampaikan oleh Ketua LKAAM Fauzi Bahar Datuk Nan Sati yang ditemui bakda shalat Ashar di Mesjid Raya serta Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Sumbar, Asril. Ranah Minang dengan kekhasan budaya amat terbuka dan siap untuk menerima siapa saja yang datang. Sejarah mencatat belum pernah sekalipun huru hara atau kerusuhan yang mengancam jiwa para pelancong kala menikmati perjalanan liburannya.

Duo tokoh cum intelektual, Dr. Miko Kamal (Team Percepatan Sumbar Madani) dan Dr. Wirdanengsih (Ketua Pusat Riset Kearifan Lokal UNP) dengan sangat piawai memperkuat keunggulan komperatif Sumatera Barat dari sudut pandang kaum intelektual. Bahkan dengan penuh semangat Wirda menyuguhkan proses pembuatan randang daun kayu sebagai kuliner khas lokal yang terkait tradisi basuluk.

Sebagaimana diketahui basuluak adalah prosesi berdoa selama 40 (empat puluh) hari penuh berdiam di mesjid tidak boleh makan makanan mengandung darah. Randang daun kayu yang tahan lama dan tidak mengandung daging inilah strategi warisan leluhur. Generasi pelanjut dimungkinkan menikmati kuliner renyah yang secara bersamaan menjadi objek penelitian team kajian UNP, untuk ditampilkan kepada pengunjung, baik sebagai cemilan atau oleh-oleh khas Harau.

Pegiat masyarat Pasir Jambak, Yose, bersama owner Puti Sari Banilai mantan Kadis Pariwisata, Pak Yunus, dan Pak Zikri dari homestay Zico, Lembah Harau menyampaikan pengalaman sekaligus perspektifnya masing-masing sebagai referensi faktual dari pelaku wisata di lapangan.

Alhasil, apapun itu, Nanda bersama kameramen Agus, driver sekaligus penata suara Hendri serta Salsa, satu-satunya crew wanita sebagai penata cahaya dan ‘artis’ pembantu merasakan benar nuansa hangat penuh kekeluargaan. Keramahan seperti pola ini, menyambut terbuka siapapun yang datang, menjadi salah satu kunci keberhasilan pariwisata. Peran yang coba dijalankan oleh pelaku dan pegiat pariwisata dalam wadah Team Pemberdayaan dan Pengembangan Desa Wisata (TP2 Dewi) Sumbar.

Satu pekan meng’eksplore’ ranah Minang sungguh diwarnai kejutan dan diyakini bakal menghasilkan karya dokumentasi indah dan kental dengan tradisi penuh sentuhan humanis.

Ungkapan terima kasih dengan wajah penuh binar seraya memberi cendera mata gelas dan stiker mungil bertuliskan DAAI TV ‘ Televisi Cinta Kasih’ menjadi penanda betapa semangat kolaborasi dan saling mengisi didasari keikhlasan secara spontan membuat apapun yang diprogramkan bakal menghasilkan sesuatu yang terbaik.

Masih ada proses editing dan pengolahan akhir sebelum tayang. Mari kita tunggu dengan berdebar. Kiranya sedikit peluh yang menetes bisa mempublikasikan Ranah, menyumbang kemajuan khususnya di sektor pariwisata Sumatera Barat.

Seraya memamah goreng koa (kawa) kopi dan randang daun kayu racikan khas Bu Ita bersama anaknya Fio menemani kebulan asap nasi. Kesejukan senja tepi bukit nuansa coklat kehitaman berusia jutaan tahun, mau tidak mau membatasi kebersamaan.

Selamat berkarya Nanda, sampaikan salam ke keluarga di seluruh penjuru nusantara. Nikmati pesona ranah minang nan aduhai….(analisa)