Gubernur Sumbar Surati Tujuh Bupati Daerah Perbatasan Untuk Bersama Maksimal Pantau Orang Masuk

oleh -350 views
oleh
350 views
Pengecekan di terminal kedatangan BIM ditinjau langsung Gubernur Sumbar Irwan Prayitno (masker oranye) beberapa hari lalu. (foro: dok)

Padang—-Gelombang perantau pulang kampung di Sumbar terus meningkat tercatat lewat udara dan tujuh pintu perbatasan jalur darat, 10 hari terakhir sudah 57 ribu orang masuk Sumbar.

Apakah pembatasan orang masuk ketat, perlu dilihat langsung soalnya dari berbagai informasi didapat yang inten mengawal perbatasan, memeriksa orang masuk di tujuh pintu masuk Sumbar hanya Gugus Tugas Daerah Covid-19 Provinsi Sumbar.

Melihat dan mendengar fakta begitu maka Gubernur Sumbar kemarin mengirim surat kepada tujuh bupati daerah perbatasan Sumbar untuk kerja bersama melawan Covid-19.

”Pak Gubernur Sudah menyurati kepala daerah di tujuh daerah batas untuk memkasimalkan kerja mengawasi orang masuk Sumbar lewat jalur darat,”ujar Jubir Gugus Tugas Daerah Penanganan Penanggulangan dan Pencegahan Covid-19 Sumbar, Jasman, Minggu 12/4 di Padang.

Selain itu tempat karantina disiapkan Pemprov Sumbar masih belum terpakai.

“Karantina itu dimaksudkan untuk perantau yang diperiksa masuk kelompok pasien PDP, mereka langsung dikarantinakan dengan fasilitas sesuai protokol kesehatan, di tempat yang sudah disiapkan Pemprov Sumbar,”ujar Jasman.

Out Break Sumbar Menunggu Jam H

Sari Lenggogeni, pengggas Gerakan Bersama Lawan Covid-19 Sumbar.

Sementara Penggagas Gerakan Bersama Lawan Coronavirus Sumbar Sari Lenggogeni di whatsapp group Kawal Covid-19 Sumbar meragukan efektifitas pemantauan orang masuk Sumbar.

”Kalau aturannya siapa saja orang datang dari daerah pendemi maka mereka berstatus Orang Dalam Pantauan (ODP) Covid-19, pertanyaannya siapa yang menjamin ornag itu taat dengan isolasi 14 hari setelah sampai ke kampung halamannya,”ujar Sari Lenggogeni.

Bahkan banyak perantau sesampai di kampung mengindahkan protokol kesehatan ini, artinya out break Covid-19 Sumbar sebut Sari tinggal menunggu jam H nya saja lagi.

“Mestinya kondisi pandemi coronavirus di luar negeri membuka mata kita semua. Amerika dan Eropa saja yang sudah sangat bagus health system-nya hancur-hancuran sekarang. Apalagi kita sebagai developing country, populasi penduduk yang besar, tingkat kedisiplinan rendah, regulasi stengah hati,”ujar Sari Lenggogeni di whatsapp group ‘Kawal Covid-19 Sumbar’.

Inilah Minggu Penentuan Sumbar

Prof Elfindri (foto: dok/google-matanurani.com)

Ekonomi Unand Prof Elfindri mengatakan 57 ribu pada 10 hari orang masuk ke Sumbar.

“Saya ucapkan kepada petugas pemeriksa di pintu batas Sumbar, telah mencatat nama dan tujuan perantau termasuk mengukur suhu orang masuk Sumbar,”ujar Elfindri.

Dari berbagai data diperoleh kata Elfindri, perantau memakai jalan darat terbanyak tetap dari provinsi tetangga Sumbar yakni Riau, kedua dari DKI Jakarta.

“Mereka inilah yang saya istilahkan mudik prematur. Mudik prematur ini pulang sebagai akibat dari situasi di rantau, khususnya DKI dan dari tanah melayu Malaysia dan Riau,”ujar Elfindri pada cuitannya di berbagai whatsapp group.

Prof Elfindri khawatirkan justru yang 57 ribu ini. Mengingat mereka pulang pada masa Covid-19 sudah memasuki minggu ke 3 dan 4.

”Artinya carier semakin banyak, kasus yang memang sudah merasa dingin di rantau kemudian pulang ke kampung,”ujar Elfindri.

Belum lagi kata Elfindri para sopir dan kenek mobil yang mengantar mereka. Atau yang sepesawat. Yang sebagian carier atau sudah tertular. Aduh aduh.

“ODP baru sebesar 57 ribu memerlukan orang yang akan mengontrol sekitar 150 sampai 250 ribu di daerah-daerah. Bagaimana lagi semua sudah terlanjur. Saya lebih alihkan perhatian bagaimana 14 hari ke depan dipastikan ke seluruh 57 ribu pendatang ini jangan main-main dengan situasi,”ujarnya.

Apalagi karakter ranah minang ini tidak sepatuh tanah Jawa. Di sana sedikit saja orang kompak. Kalau di Sumbar lebih banyak berdebatnya.

“Saya tidak khawatir dengan mahasiswa yang pulang karena mereka relative punya ilmu dan pembekalan yang cukup. Justru saya khawatir justru mereka orang biasa yang merasa tidak apa apa masalah serius yang tengah terjadi,”ujar Elfindri.

So, setelah 57 ribu perantau pulang ke kampung halamannya masing-masing tentu beban monitirong Gugus Tugas Covid-19 dari tingkat provinsi sampai nagaei makin berat.

”Saya berharap masih ada super team hebat di nagari-nagari di Sumbar untuk mengawasi ODP tersebut. “nyiak wali” serta gugus tugas harus makin intensif dan memonitoring serta mentracking perantau di daerah masing-masing, ada mode kerjanya tapi entah sampai ke nagari, jorong dan kampung, entahlah,”ujar Elfindri.

Karena kata Elfindri, inilah minggu-minggu menentukan apakah Sumbar merupakan daerah yang lama selesainya atau bisa cepat.

“Semakin tidak disiplin semakin lama. Toh kehidupan kita akhirnya akan semakin sulit,”ujarnya. (own)