Gunung Marapi, Keindahan yang Menyimpan Bahaya, “Status Siaga Tetap Berlaku”

oleh -1,350 views
oleh
1,350 views
Nadya Rezky Ananda (dok)

GUNUNG Marapi, yang terletak di wilayah administrasi Sumatra Barat, mencatat sejarahnya di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang.

Meskipun merupakan gunung tertinggi ketiga di Sumatra Barat dengan ketinggian 2.891 meter, setelah Gunung Kerinci dan Gunung Talamau, Gunung Marapi memiliki daya tarik bagi para pendaki.

Proses pendakian Gunung Marapi biasanya dimulai dari Koto Baru, pada ketinggian 1.300 meter. Taman Wisata Alam Gunung Marapi mengelola sejumlah pos pendakian di sepanjang jalur pendakian, termasuk pos terkenal seperti Tugu Abel Tasman, berlokasi di ketinggian 2.683 meter.

Tugu ini didirikan untuk menghormati Abel Tasman, seorang pendaki yang tewas dalam erupsi Gunung Marapi pada tahun 1992. Puncak sejati Gunung Marapi adalah Puncak Garuda, dengan ketinggian 2.891 meter, terletak sekitar 1,5 km dari kawah.

Dengan sejarah yang ditandai oleh 66 kali letusan, Gunung Marapi menunjukkan tingkat aktivitas yang tinggi. Erupsi pertama diperkirakan terjadi pada tahun 1770, dan letusan besar terakhir tercatat pada 12 Maret 2000, dengan ledakan terdengar hingga jarak 25 kilometer dan kolom abu setinggi 3 km. Frekuensi erupsi yang rata-rata kurang dari 5 tahun sekali membuat Gunung Marapi menjadi salah satu gunung api yang sangat aktif.

Pada 3 Desember 2023, Gunung Marapi kembali meletus, menyebabkan kematian 24 pendaki. Pasca-erupsi, aktivitas erupsi masih berlanjut, meskipun jumlah erupsi harian cenderung menurun. Namun, gempa low frequency dan aktivitas vulkanik dalam meningkat, memicu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi untuk meningkatkan status aktivitas menjadi Level III atau Siaga pada 9 Januari 2024.

PVMBG mengeluarkan sejumlah rekomendasi, termasuk larangan memasuki wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek) bagi warga sekitar dan pendaki.

Masyarakat di daerah aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi diingatkan untuk mewaspadai bahaya lahar, terutama saat musim hujan. Dalam situasi ini, menjaga kondusivitas masyarakat dengan menghindari penyebaran hoaks dan informasi tidak jelas menjadi penting.

Hingga Kamis pagi, 22 Februari 2024, Gunung Marapi telah meletus sebanyak 181 kali, dan status Level III (siaga) masih dipertahankan oleh PVMBG.

Larangan aktivitas dan menjauhi wilayah radius 4,5 km tetap berlaku, dengan masyarakat diminta menggunakan masker untuk melindungi diri dari abu vulkanik. Sebagai langkah siaga, tiga posko telah disiapkan di lokasi strategis untuk membantu masyarakat sekitar jika aktivitas gunung terus menunjukkan tanda bahaya.

Pemerintah dan berbagai pihak terkait terus melakukan upaya penanganan dan pemulihan pasca-erupsi, termasuk memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak, membersihkan abu vulkanik, membantu pemulihan sektor pertanian dan pariwisata, serta meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang bahaya erupsi gunung berapi.

Erupsi Gunung Marapi menjadi peringatan akan potensi bahaya gunung berapi yang tidak terduga. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar gunung perlu tetap waspada dan siap siaga. Dengan pengetahuan dan kesiapsiagaan yang memadai, diharapkan risiko dan dampak erupsi gunung berapi dapat diminimalkan.

Oleh: Nadya Rezky Ananda

Mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Andalas