H Zulhadi Penjual Nasi Kapau Bertahan dari Derunya Ibukota

oleh -1,019 views
oleh
1,019 views
Pelayan Warung Nasi Kapau H Zulhadi di Senen Jakarta terlihat sibuk melayani pelanggan, Selasa 1/8 siang. (foto: dedi)
Pelayan Warung Nasi Kapau H Zulhadi di Senen Jakarta terlihat sibuk melayani pelanggan, Selasa 1/8 siang. (foto: dedi)

Merdeka,—Para sekeping kawasan di Senen Ibukota ada kawasan untuk malapehkan salero (melepaskan rasa) terhadap Nasi Kapau Bukittinggi.

Mereka para pedagang Nasi Kapau itu tetap setia dan bertahan dari derunya ibukota Jakarta.

Seperti H Zulhadi, asal Bukittinggi penjual Nasi Kapau Bukittinggi di kawasan itu sejak 1970 kekhasan Nasi Kapaunya pun terkenal lezat oleh para perantau urang awak di Jakarta.

Masakan Nasi Kapau H Zulhadi pun terbilang lengkap warung makannya setiap hari menyediakan kuliner khas Minangkabau.

“Apo samba ado pak (apa sambal yang ada pak),”ujar seorang pembeli Selasa 1/8 siang kepada pelayan warung makan Padang yang dikenal Nasi Kapau itu.

“Lengkap da, ado (ada)Gulai Kepala Ikan, itiak (bebek) dan ayam bakar juga ada Gulai Gajemboh,”ujar si pelayan sambil sibuk melayani pelanggannya.

Selain menu khas Kapau Bukittingj, warung makan H Zulhadi juga menyediakan menu spesial Kolak Kampiun Campur Katan (ketan).

“Biar pelanggan ada pilihan,”ujar H Zulhadi.

Makan di warung Nasi Kapau ini tidak mahal meski di Ibukota Jakarta. “Cukup Rp 17 ribu kita sudah seperti makan di Kapau Bukittinggi,”uajr Alex perantau minang yang juga makan siang itu.

Tapi persiangan makan sejenis cukup banyak tidak saja di kawasan Senen di banyak tempat sudah ada rumah makan spesial Nasi Kapau.

“Persaingan ketat, setiap tahun omset menurun, 2016 biasanya Fp 16 Juta sekarang cuman Rp 8 sampai 9 juta per bulan, bersyukur bisa bertahan kerasnya hidup di Jakarta,”ujar Zulhadi.

Tapi yang pasti H Zulhadi termasuk wiraswasta yang tahan banting. “Dalam berusaha biasa,  ada pasang naik dan pasang surutnya,”ujar Zulhadi.

Satu kelebihan Nasi Kapau H Zulhadi ini yaitu memasak tanpa bahan penyedap rasa.

 

“Masakan kami tanpa penyedap rasa
Kami pakai bumbu asli yakni rempah-rempah. Kalau rumah makan lain biasanya pakai bumbu penyedap rasa racikan pabrik,”ujar Zulhadi.

Satu tekadnya yang pasti tetap bertahan dari deru debu ganasnya kehidupan kota besar ini, dari pada pulang ke kampung halaman miskin, biarlah memilih rantau diperjauhnya.(dedi)