Hidup dan Mati di Batang Kuantan

oleh -463 views
oleh
463 views
Batang Kuantan membelah Sumatera alirannya kini menjadi Geopark Nasional Silokek

Oleh: Muhammad Nauval Muslim

Departemen Ilmu Sejarah UNAND

BERHULU di Singkarak bermuara di Pantai Timur Sumatera ( Selat Malaka), itu lah aliran sungai Kuantan (Batang Indragiri). Batang Kuantan atau yang juga dikenal dengan nama Batang Indragiri.

Sungai ini terletak di tengah Pulau Sumatera, melintasi 2 provinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat dan Riau. Sungai yang berjarak sekitar 100 KM dari Kota Padang ini menjadi aliran yang penting bagi masyarakat Sijunjung. Sungai ini merupakan salah satu tempat orang sekitar sungai mencari kebutuhan hidup, mulai dari membuat keramba ikan, tempat wisata, bahkan penambangan emas ilegal.

Dahulunya sungai ini menjadi jalur transportasi air yang cukup penting di masa nya, bersama dengan sungai Batang Hari, sungai Batang Rokan dan sungai batang Kampar.

Hal itu terjadi ketika zaman pendudukan Belanda di Nusantara. Belanda dan orang asli di sana menggunakan jalur air di batang Kuantan untuk menuju ke arah timur maupun sebaliknya ke pedalaman (darek) Minangkabau.

Jalur ini cukup penting pada masa kolonial Belanda, karena kapal kapal Belanda yang membawa logistik masuk melalui sungai tersebut. Sungai ini terbilang cukup penting bagi masyarakat Sumatera khususnya Riau dan Sumatera.

Batang Kuantan juga menjadi lokasi tragedi tewasnya Willem Hendrik de Greve, seorang geolog dari Belanda yang terseret arus pada 22 Oktober 1872 saat tengah melakukan ekspedisi penelitiannya. Ekspedisi De Greve saat itu dilakukan untuk meneliti dan memetakan berbagai jenis kandungan mineral di pedalaman Minangkabau yang sebelumnya dilakukan De Groot pada tahun 1858. Di Kabupaten Kuantan Singingi, setiap tahunnya juga diadakan perayaan pacu jalur yang menjadi icon dari Kabupaten Kuantan Singingi.

Di Kabupaten Sijunjung, batang sungai ini juga dijadikan tempat wisata terutama di daerah Nagari Silokek. Nama tempat itu adalah Geopark Silokek. Nama geopark tersebut sesuai dengan Keputusan Bupati Sijunjung No: 188.45/3/KPTS-BPT-2018 tanggal 2 Januari 2018.

Sejarahnya, tempat wisata tersebut merupakan salah satu dari daerah musiduga ( Muaro, Silokek, Durian Gadang) . Geopark Silokek ini terkenal dengan lembah lembah karst yang membentang sepanjang aliran air batang Kuantan tersebut.

Berhubung dengan diresmikan silokek sebagai Geopark Nasional, maka membawa banyak keuntungan bagi kehidupan masyarakat di Sijunjung yakni pembangunan ekonomi. Hal ini sesuai dengan satu pilar utama dalam program geopark ialah pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan melalui pengembangan sektor pariwisata.

Hal itu bisa menambah pendapatan penduduk dan mayarakat sekitar daerah tersebut. Warga masyarakat yang biasanya hanya sebagai petani dan berkebun bisa bertambah dan berubah menjadi pariwisata, berdagang, jasa penginapan, dan lain sebagainya.

Di lain hal, di aliran sungai batang Kuantan tersebut banyak ditemukan dompeng-dompeng penambangan ilegal emas yang mencari keuntungan tanpa peduli akan bahaya kerusakan lingkungan.

Apakah hanya daerah di Silokek, Muaro, dan Durian Gadang saja yang alamnya dijaga oleh masyarakat sekitar dan pemerintah? Bagaimana mana aliran di daerah-daerah lainnya apakah ada pelestarian alam untuk manfaat bagi masyarakat sekitar?

Pada dasarnya sungai adalah hal terpenting bagi keberlangsungan makhluk hidup, terutama manusia. Manusia mencari makan di sungai, menggunakan sungai sebagai bagian terpenting dari kehidupan, tetapi manusia juga yang melakukan pengerusakan di sungai.

Tambang emas ilegal biasanya menggunakan air raksa sebagai pemisah bahan pemisah emas dengan pasir. Penggunaan air raksa memang tidak terlihat merusak alam karena air raksa tersebut ikut terbuang mengaliri air sampai ke muara. Ternyata tetap saja daerah yang tercampur dengan air raksa tersebut menjadi tercemar karena itu.

Air raksa adalah unsur kimia yang disimbolkan dengan Hg dengan nomor atom 80. Unsur yang disebut barusan mengandung merkuri dan bisa membahayakan kesehatan, terutama jika terhirup, tertelan, atau bahkan terserap oleh kulit. Merkuri adalah satu-satunya elemen logam yang berbentuk cair pada kondisi standar, untuk suhu dan tekanan. Unsur kimia ini umumnya digunakan di termometer dan barometer.

Ada beberapa gejala saat seseorang alami keracunan merkuri, yaitu: gangguan gerakan yang terkoordinasi, seperti berjalan atau menulis, gangguan bicara, pendengaran, hingga penglihatan tepi, kelemahan otot, mati rasa dan perasaan kesemutan pada tangan, kaki, hingga sekitar mulut, dan ruam pada kulit. Efek ini bukan hanya kepada pelaku dompeng tetapi juga ke anak keturunannya yang akan merasakan efek dari air raksa.

Selain karena tercemarnya air dengan air raksa, sungai yang dijadikan sebagai tambang emas dipastikan berubah bentuk sungai, ada beberapa bagian yang digali menjadi sangat dalam dan ada juga tempat pembuangan galian menjadi sangat dangkal. Hal tersebut bisa saja memakan korban yang cukup banyak akibat aliran air yang tidak beraturan. Akibat dari pencemaran di sungai Batang Kuantan ini, status mutu air sungai Batang Kuantan di Kabupaten Sijunjung di tahun 2015 tercemar berat.

Apabila sungai itu mengalami pencemaran berat, makhluk hidup yang terdapat di dalamnya juga akan tercemar, seperti ikan ikan yang berada di sepanjang aliran batang Kuantan akan mengandung timbal ataupun mengandung merkuri dari air raksa tersebut. Warga sekitar juga akan merasakan akibat dari memakan ikan ikan yang berada di sungai tersebut

Batang Kuantan sendiri memiliki kekayaan mineral yang berlimpah, ini terbukti dengan kedatangan de Grave menyusuri aliran batang Kuantan untuk mendata dan men survey maneral yang terkandung dalam bumi di sepanjang aliran batang Kuantan. De Grave sendiri adalah geolog asal Belanda yang melanjutkan ekspedisi pendahulunya ialah de Grote.

De Grave adalah orang kedua yang mengeksplor daerah pedalaman Minangkabau. Ia juga meninggal dunia dan di makamkan di pinggir batang Kuantan, Nagari Silokek, Kabupaten Sijunjung. Letak makam De Greve terletak di wilayah yang bernama Pulau Godang. Tempat ini bersebrangan langsung dengan Batang Kuantan. Untuk menuju ke tempat tersebut, kita harus melewati jembatan gantung yang terbentang di atas Batang Kuantan. Makam De Greve ini berada di tanah milik Pasukuan Melayu.

Sebenarnya sungai batang Kuantan ini sangatlah cocok untuk tempat ekowisata karena batang sungai ini di kelilingi oleh lembah karst dan pegunungan Bukit Barisan. Sungai ini juga memiliki aliran yang cukup deras yang bisa digunakan untuk ORAD (olahraga arus deras). Hal ini bisa terlaksana apabila alam itu masih terjaga. Selain menjadi ekowisata, aliran sungai ini juga bisa dijadikan cagar budaya, karena di aliran sungai ini ada parade pacu jalur di kabupaten Kuantan Singingi dan makam geolog asal Belanda yang meninggal akibat terseret arus W.H de Greve.

Cara tepat untuk menjadikan aliran sungai Batang Kuantan tersebut agar tetap bermanfaat bagi makhluk hidup adalah menjaga air, tanah, dan ekosistem yang tersedia di sana. Mulai dari hal terkecil yaitu warga sekitar yang berada di hulu aliran air hingga ke muara aliran air Hingga yang terbesar adalah pemerintah yang harus membuat peraturan dan hukum hukum yang mengatur kegiatan di aliran air dan melakukan patroli yang berkelanjutan. (analisa)