Oleh: Mahyeldi AnsharullahGubernur Sumbar
MOMENTUM Idul Adha waktu yang untuk merenung sejenak, mencari figur teladan dalam menjalani kehidupan. Dengan teladan, kita memiliki tolok ukur untuk menilai apakah perjalanan hidup kita sudah baik atau semakin jauh dalam kelalaian dan kemaksiatan.Oleh karenanya, sepantasnya lah kita kenang kembali manusia luar biasa, utusan Allah SWT, Nabi Ibrahim Alaihissalam beserta keluarganya Siti Hajar dan Ismail Alaihissalam anaknya.
Keagungan pribadinya membuat kita dan bahkan Nabi Muhammad SAW harus mampu mengambil Ibrah dan keteladanan darinya. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah: 4)."Begitu banyak keteladan dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, serta begitu besar hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di tanah suci.
Lewat tulisan ini, kita sampaikan beberapa hikmah dan pelajaran yang menjadi inspirasi bagi kita untuk diwujudkan dalam membangun peradaban, terutama bagi kita bangsa Indonesia yang masih terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan-persoalan yang menghantui kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Pertama, Ibrahim mengajarkan Tauhid dan Istiqamah dalam keyakinan. Ketika Ibrahim memulai mencari kebenaran, dia mengira bahwa tuhan itu adalah zat yang mampu memberikan manfaat dan pertolongan. Maka ibrahim menduga Tuhan itu adalah bintang-bintang di langit, karena bintang mampu memberikan cahaya. Tetapi ketika dibandingkan dengan bulan, ternyata bulan kelihatan lebih besar dari bintang-bintang, dan cahayanya juga lebih cerah. Namun disaat subuh datang, pagi menjelang, bulanpun menghilang, maka ibrahim berkata, Inni la uhibbul afiliin (saya tidak mau, tuhan itu hilang).
Ketika dia melihat matahari bersinar terang di siang hari, maka dia mengira tuhan itu adalah matahari, tapi sama saja ternyata. Walaupun matahari lebih besar, memberi cahaya yang lebih kuat dari bulan, tapi ketika sore datang, dia pun tenggelam di ufuk barat dan tidak bisa mempertahankan diri untuk tetap bersinar terang.Ibrahim menyimpulkan bahwa tuhan itu bukan bintang, bulan dan matahari, ataupun manusia. Tetapi, Tuhan adalah dzat yang mampu memberikan pertolongan, manfaat dan mudhorrat yang menciptakan alam beserta isinya.
Maka tuhan itu adalah Allah. Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fathorossamawati wal ardho, hanifan muslima, wama ana minal musyrikin. Inna sholati wa nusuki wamahyaya wammati lillahiroabbil aalamain.Pengakuan tauhid yang benar ini dibuktikanya ketika berhadapan dengan Nambrud dan bala tentaranya.Ketika Nambrud mengaku-ngaku sebagai tuhan, karena dia raja dan penguasa yang dengan kekuasaannya bisa berbuat apa saja. Ibrahim berkata sesungghnya yang berhak disembah adalah zat yang maha hidup, yang mentakdirkan matahari terbit dari timur dan tenggelam dibarat, yang menciptakan manusia. Nambrud berkata, ana uhyi wa umiit, bahkan dia buat penjelmaan tuhan itu dalam bentuk patung-patung. Namun Ibrahim tetap dengan keyaikinannya, walau harus berhadapan dengan penguasa. Dia hancurkan patung-patungnya Nambrud, sehingga Nambrud naik pitam dan membakar Ibrahim hidup-hidup.Dan di sini terbukti bahwa Tuhan yang benar itu adalah Allah, yang menciptakan alam beserta isinya, memberikan pertolongan dan menetapkan takdir kehidupan. Walaupun api yang begitu besar dengan sifat panas membakar, Ibrahim tidak punya daya sama sekali untuk menyelamatkan diri. Allah lah yang memberikan pertolongan kepada Ibrahim yang memiliki keyakinan tauhid yang benar. Allah berfirman, Waqulnaa ya naaru kuuni bardan wa salaaman ala ibrahiim (wahai api, jadilah dingin dan selamatkan ibrahim). Dan ternyata ibrahim tidak terbakar sama sekali, inilah bukti tauhidnya ibrahim, bukti keyakinan yang benar akan berbuah dengan pertolongan Allah.Hikmah kedua, tinggalkan yang haram, kerjakan yang halal. Kita ketahui, ibadah haji adalah syariat Nabi Ibrahim AS yang disempurnakan oleh Rasul SAW. Dimulai dengan ihram dan diakhiri dengan tahallul. Saat ihram, pakaian yang dikenakan jamaah adalah kain putih tak berjahit, yang melambangkan kain kafan yang nanti akan dikenakan disekujur tubuh ketika kembali kepada Allah SWT pada saat kematian.
Pakaian ihram juga lambang tidak adanya perbedaan manusia dimata Allah. Segala perbedaan harus ditanggalkan dalam arti jangan sampai memiliki fanatisme suku, organisasi, partai politik, paham, status sosial, ekonomi ataupun profesi. Kesatuan dan persamaan harus diutamakan dalam upaya menegakkan dan memperjuangkan kebenaran.Pakaian ihram juga melambangkan kesiapan untuk disiplin menjalankan kehidupan sebagaimana ditentukan Allah SWT, karena selama berihram, jamaah haji memang berhadapan dengan sejumlah ketentuan, ada yang boleh dan ada yang dilarang untuk dilakukan.
Dengan demikian, seorang muslim semestinya selalu disiplin menjalankan syariat Islam untuk mendapatkan kedudukan terhormat, karena kehormatan manusia bukanlah terletak pada pakaiannya, tapi pada ketakwaannya.Bila ihram maknanya pengharaman dan tahallul bermakna penghalalan, maka setiap kita harus siap meninggalkan yang diharamkan Allah SWT dan hanya mau melakukan sesuatu bila memang dihalalkan. Inilah prinsip setiap muslim, karena itu amat tercela bila ada orang ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang tidak halal dan bahkan memanfaatkan jalur hukum hanya untuk sekadar mendapatkan legalitas hukum agar terkesan menjadi halal.
Jabatan, posisi, kerja dan bahkan hanya sekadar suara/dukungan kita pada seseorang pada akhirnya akan berujung kepada rezeki. Bisa saja rezeki itu halal atau sebaliknya menjadi haram, Allah SWT melarang keras kita untuk memakan dan mencari yang haram, apalagi menggunakan cara-cara yang haram untuk sesuap nasi atau sekedar jabatan duniawi. Allah berfirman-Nya:"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah: 188)."
Editor : Adrian Tuswandi, SH