Ingat Tragedi Wamena, Perantau Minang Pasti Ingat Satu Nama yakni Nasrul Abit

oleh -756 views
oleh
756 views
Nasrul Abit dan warga Sumbar di Wamena Papua, takut sirna okeh keinginan selamatkan warga dari kerusuhan waktu itu. (foto: dok)

“Tidak ada rasa takut. Tapi ketika sudah pulang, saat baru tiba di Jakarta, baru saya takut.  Terbayang andai kena panah atau semacamnya. Alhamdulillah Allah memberi perlindungan,”

Nasrul Abit

Painan,—Targedi Wamena Papua 2019 lalu memang masih berbekas bagi ratusan perantau minangkabau terutama perantau asal Pesisir Selatan. Tapi beruntung Sumbar punya Wagub yang kini maju sebagai Cagub Sumbar di Pilkada yaitu Nasrul Abir.

Heroik-nya Pak NA biasa NasrulAbit disapa membuat sitawa sidingin bagai ketakutan dan kecematan orang minang di Wamena sana.

Persitiwa itu telah berlalu, tapi sejumlah korban kerusuhan Wamena, Jayawijaya Papua asal Pesisir Selatan (Pessel) ketulusan dan kepedukain Pak NA terus berbekas bagi dunsanak di Pessel.

Mereka pun membalas kebiakan Pak NA dengan menyatakan dukungan terhadap calon gubernur Sumatra Barat, Nasrul Abit. Pemberian dukungan itu sebagai balas jasa karena mantan Bupati Pessel itu pernah menyelamatkan mereka pada 2019 silam.

“Ini kesempatan kami membalas jasa beliau. Beliau pahlawan bagi kami, hanya beliau yang berani menjemput kami ke Wamena,” kata Haji Syafri saat menerima kunjungan safari politik Nasrul Abit di Kecamatan Bayang Utara, Pessel, Rabu 28/10.

Dia mengatakan, saat kerusuhan terjadi, para perantau asal Minang terkatung-katung di pengungsian. Nasib mereka tidak kunjung ada kejelasan.

“Alhamdulillah Pak Nasrul Abit datang, sehingga kami bisa pulang ke kampung halaman,” ungkap tokoh yang menjadi salah satu kepala suku di Wamena itu.

Karena itulah, Haji Syafri mengaku memiliki tanggung jawab moral untuk memenangkan Nasrul Abit di Pilkada Sumbar 2020.

“Saatnya bersatu membalas bantuan kemanusiaan beliau kapada kami,” sebutnya.
Nasrul Abit berterimakasih atas dukungan tersebut. Baginya, apa yang dilakukan itu sudah menjadi tugasnya sebagai kepala daerah.

Ia kemudian menceritakan kembali perjalanannya ke Wamena untuk melihat para perantau Minang yang terjebak dalam kerusuhan. Saat itu ia berhasil memulangkan sekitar 800 orang, yang mayoritas terdiri dari perempuan dan anak-anak.

“Ada yang di rumah sakit, si Putri, saya datangi langsung. Kemudian mayoritas pengungsi di Makodim, saya lihat sedang mereka, sampai nangis saya melihat mereka, ada yang hanya bisa bawa baju saat lari dari perusuh,” sebut Nasrul Abit.

Dia mengaku tidak memiliki rasa takut saat melakukan aksi kemanusiaan itu. Sebab tekadnya sudah bulat ingin menyelamatkan warga asal Sumbar dari kerusuhan.

“Tidak ada rasa takut. Tapi ketika sudah pulang, saat baru tiba di Jakarta, baru saya takut.  Terbayang andai kena panah atau semacamnya. Alhamdulillah Allah memberi perlindungan,” pungkasnya. (*)