Ini Lebah Galo-galo Bisa Perkuat Ekonomi Keluarga, Yuk Buktikan!!!

oleh -366 views
oleh
366 views
Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Budidaya Galo-Galo sebagai Penguat Ekonomi Keluarga di Lapas Perempuan Kelas II B Anak Aia Padang, 26 April 2022. (dok)

Oleh: Henny Herwina

Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas

PAGI yang cerah dan penuh syukur pada Sang Pencipta, karena raga masih dikuatkan untuk bangkit dari istirahat sejenak.

Selasa dipenghujung bulan, 26 April 2022. Alhamdulillah rasanya cukup kuat untuk beraktifitas, walau malam sebelumnya fisik terasa begitu lemah tak berdaya karena tetiba didera flu berat, mungkin karena perubahan cuaca, panas dan hujan deras silih berganti di penghujung Ramadhan ini.

Melihat gejala tak terduga begini, rekan sesama pegiat Bee Center UNAND sudah dihubungi untuk bersiaga menggantikan sebagai narasumber di Lapas Perempuan jika kondisi memburuk, namun beliau tengah di luar kota.

Acara pagi cerah inu adalah penutupan  Pesantren Ramadhan Warga Lapas Perempuan, ‘Aisyiah Sumatera Barat dengan Dosen pengabdi UNAND sekaligus kenalkan Budidaya Galo-galo jutu kuatkan ekonomi keluarga.

Tak ada pilihan lain, dalam semalam istirahat dicukupkan, obat penurun demam diminum saat berbuka dan sahur dengan harapan tetap dapat hadir memenuhi undangan organisasi wanita Aisyiah’ Sumatera Barat yang telah secara bertahap mengontak dan meminta kesediaan untuk memberikan sosialiasi dan edukasi terkait budidaya lebah tanpa sengat (galo-galo) di Lapas Perempuan yang terletak di Jalan Anak Aia, Koto Tangah Padang.

Bundo Andung (begitu panggilan akrab Ibu H. Siti Hajar Samik M. Sos, Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan, organisasi ‘Aisyiah Sumatera Barat), sudah merencanakan kegiatan ini sejak jauh hari, rasanya sangat berat jika tak bisa memenuhi harapan beliau.

Yup, Alhamdulillah telah kembali bugar, pagi itu kami akan membahas tentang “Budidaya Galo-galo di Lingkungan Rumah Sebagai Penguatan Ekonomi Keluarga” bagi warga lapas.

Dua orang mahasiswi peserta kuliah pilihan Budidaya Lebah Madu, Elni dan Aisyah pun telah bersiap mendampingi sejak pagi di Kantor Jurusan Biologi, dari kampus kami lalu berangkat bertiga ke lokasi lapas, berkendara dengan bantuan google map, menuju Rutan Kelas II B Padang.

Kami sampai sesuai rencana, pukul 10 pagi menjelang siang. Dua mahasiswi yang baru pertama kali menginjak lapas mengaku marasa gelisah melihat komplek lapas yang tampak dilingkupi pagar berbentuk dinding tinggi dengan lilitan kawat berduri, lengkap dengan menara pengawas di samping gerbang utama.

Kami melewati satpam, penjagaan satu, penjagaan dua, penjagaaan tiga dan setidaknya empat macam gerbang atau pintu menuju sebuah ruang terbuka menuju tempat acara.

Rupanya pertemuan akan dilakukan di mesjid Lapas. Petugas mengarahkan kami ke lokasi di mana telah menunggu para Ibunda dari ‘Aisyiah Sumatera Barat, petugas lapas dan para warga lapas yang bukan belasan atau puluhan orang wanita seperti yang kami perkirakan, tapi ternyata lebih dari 200 orang.

“Masya Allah, banyak juga ya penghuni lapas wanita ini…,”Saya membathin.

Suasana Mesjid Lapas yang sejuk, didekorasi permaian warna dan kaligrafi yang indah, warga Lapas yang masih berbalut mukena setelah mengikuti tadarus dalam rangkaian kegiatan Pesantren Ramadhan, segera menghilangkan kegelisahan para mahasiswi.

Panitia ‘Aisyiah dan petugas Lapas telah menunggu dengan mikrofon dan projektor, kami tak sempat berbasa basi dulu karena rangkaian Pesantren Ramadhan telah dimulai sejak pagi, kami langsung diberikan mikrofon.

Ratusan muslimah lapas, ada yang tampak masih remaja, ada yang seperti Ibu muda, wanita setengah baya, dan bahkan beberapa Ibu yang tergolong lansia hadir, duduk teratur mendengarkan paparan kami. Hadirin sangat ekspresif, banyak bertanya ketika diberi kesempatan, Elni dan Aisyah membentu dengan memperlihatkan gambar-gambar koloni lebah, berpindah-pindah melebur ke beberapa kelompok hadirin duduk.

Rata-tata hadirin usia dewasa mengenal sebutan galo-galo bagi serangga lebah ini sejak lama, hanya yang lebih muda ada yang belum mengenal galo-galo.

Sejatinya serangga penyerbuk yang luar biasa ini sangat banyak disekitar kita. Ukurannya memang kecil, banyak yang kuran dari 1 cm ukurannya, ada beberapa yang lebih, karena galo-galopun ada beberapa jenis.

Berdasarkan penelitian kami, di Sumatra Barat, ada tiga jenis utama yang paling banyak dibudidayakan. Sejak masa lalu, pada banyak titik di rumah gadang atau pada bagian bagunan lainnya berbahan kayu maupun tembok, bisa menjadi tempat ditemukannya galo-galo bersarang.

Sejak sepuluh tahun terakhir serangga yang dikenal sebagai penyerbuk unggul bagi pertanian ini telah dibudidayakan di Indonesia dan Malaysia. Madunya lezat dengan rasa yang khas, produk lainnya seperti bee polen dan propolis terkenal sangat berkhasiat sebagai suplemen, bahan obat maupun kosmetika.

Alhasil, produk galo-galo yang kaya khasiat ini membuat harganya cukup bersaing di pasaran. Peluang ekonominya pun baik. Jumlah peternak galo-galo dewasa ini semakin bertambah.

“Bagamana memindahkan galo-galo liar ke kotak budidaya Bu?,” celetuk peserta lesamtren di Mushala Lapas wanita itu.

“Sejak mulai kita pelihara koloni di rumah, berapa lama akan bisa panen Bu?,$sambungbya lagi.

Silih berganti kami bertanya jawab, semua bersemangat, rasanya tak berbeda dengan saat seminar, atau dengan suasana kuliah dengan mahsiswa di kampus, terjadi interaksi yang sangat positif.

Boleh dikatakan, respon warga Lapas terhadap materi yang diberikan bahkan lebih proaktif dari rata-rata, mungkin karena mereka punya banyak latar belakang dan pengalaman di tempat tinggal masing-masing. Mereka berasala dari berbagai kabupaten dan kota.

“Untuk pemasangan kotak bagi koloni galo-galo, kami juga kuat kok, Bu, tenaga kami tak kalah dari laki-laki hlo..”, kata Uni Ta (bukan nama sebenarnya) ketika ada gagasan untuk mempraktekan langsung budidaya di lingkungan lapas .

“Mama ingin pula beternak nanti kalau sudah keluar dari lapas ini, InsyaAllah hanya beberapa bulan lagi”, kata seorang Ibu yang dipanggil Mama oleh warga lainnya. Kami ingin pula mencoba di Kampung nanti…”, kata seorang Ibu bersahaja yang dipanggil Nenek S oleh para yuniornya.

Mahasiswi pun tak luput diajak berdikusi walau waktu amatlah sempit. Terasa betul kerinduan warga lapas untuk berinteraksi, maklum, sejak pandemi ini tak ada lagi jadwal berkunjung keluarga seperti sebelumnya, alangkah dahaga saudara kita ini, menahan rindu pada keluarga…

Sebelum acara berakhir dan warga lapas diarahkan petugas kembali ke sel, sebagian besar mengangkat tangan dan menunjukkan niat yang besar untuk mencoba berbudidaya lebah galo-galo nantinya.

Galo-galo adalah lebah tidak bersengat dan bisa diternakkan dilingkungan rumah, dapat membuat lingkungan tambah asri, karena agar madu banyak, kita akan berlomba menyiapkan bunga-bunga terbaik sebagai sumber pakannya. Terbuka pula peluang usaha pembibitan bunga, buah dan tanaman lainnya bagi sesama peternak nantinya.

“Kami optimis, jika kita tindaklanjuti, kegiatan budidaya galo-galo ini dapat menjadi salahsatu kegiatan pembinaan unggulan bagi warga lapas!’, jelas Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Kegiatan Kerja (Kasi Binapigiatja), Yulidasni saat menerima Penyerahan Plakat dari Univeritas Andalas, amanah dari Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNAND, Dr. Wilson Novarino yang sangat mendukung Program Pengabdian Masyarakat ini.

‘Aisyiah Sumatera Barat juga sangat senang bahwa kegiatan mereka telah berjalan sesuai harapan dan mendapat sambutan yang baik dari semua pihak.

Mahasiswi yang tadinya merasa gelisah ketika baru pertamakali masuk lingkungan lapas, setelah berkegiatan bersama merasa terkesan dan bersyukur.

“Terimakasih ya Bu, telah membolehkan kami ikut menjalani kebersamaan dengan saudara kita di Lapas hari ini…, rasanya luar biasa diajak berkomunasi olah Ibu-Ibu dan kakak-kakak tadi, mereka memperlakukan kami dengan sangat bersahabat seperti keluarga… Tentu mereka sangat rindu keluarga ya Bu…”, mereka saling menimpali.

Menjelang waktu zuhur, kami telah dalam perjalanan kembali menuju Kampus Bukik Karamuantiang di Limau Manis Padang sana. Jelas bahwa kegiatan masih harus berlanjut ke depan.

Semoga kita dapat memenuhi harapan warga lapas untuk mencoba berbudidaya galo-galo dan menanam banyak bunga dan tumbuhan lainnya di halaman lapas. Semoga para lebah Galo-galo yang akan datang dan pergi di antara bunga-bunga Lapas dapat menjadi penghibur, penyalur semangat berkegiatan dan pekatnya rasa rindu warga lapas untuk kembali menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan, utamanya menjadi insan yang lebih baik dimata Sang Khalik.

Aamiin.

(Penghujung Ramadhan, 1443,HH)

(analisa)