International Women’s Day dan Kiprah Diva Politik Minang Kontemporer

oleh -447 views
oleh
447 views
'Heboh' IWD 2023 di DPRD Sumbar, Rabu 8/3-2023. (ilhm)

Oleh: Ilhamsyah Mirman

(Founder Ranah Rantau circle/RRc)

TANGGAL 8 MARET 2023 menjadi salah satu momen penting bagi perjuangan kaum perempuan di seluruh dunia, termasuk di Sumatera Barat.

Hari ini dirayakan untuk memperingati perjuangan perempuan di seluruh dunia dalam mencapai kesetaraan gender dan hak-hak perempuan.

International Women’s Day (IWD)

Sejarah bisa dirunut pada 8 Maret 1908, lebih satu abad lalu, saat seribu perempuan menggelar demonstrasi di New York City, Amerika Serikat, untuk menuntut hak-hak perempuan, termasuk hak memilih dan bekerja dengan upah yang adil.

Kondisi timpang yang dialami membuat tekad untuk memperjuangkan nasib disegala aspek tak terbendung. Sejak itu, tanggal tersebut menjadi momen penting bagi pergerakan perempuan di seluruh dunia.

Peringatan International Women’s Day (IWD) tahun ini mengambil tema Embrace Equity atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Merangkul Kesetaraan.

Siaran Pers Aksi Kolektif Jaringan LSM & Aktivis Perempuan Sumatera memperingati Hari International Women’s Day (IWD) dengan tema

Perempuan Bersatu, Penuhi Affirmative Action Perempuan di Legislatif ” mengutip laporan World Economic Forum. Global Gender Gap Index (2012) menunjukkan Indonesia berada di ranking 101, jauh di bawah Laos (36) dan Singapura (54).

Ketimpangan gender juga terlihat dalam keterwakilan perempuan. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU), representasi perempuan pada lembaga legislatif mencatat 118 perempuan anggota DPR RI dari 575 kursi (20,52%). Sedangkan di tataran eksekutif, terjadi peningkatan jumlah menteri perempuan, terdapat 5 menteri perempuan yang menduduki pos-pos strategi.

Serangkaian kegiatan menyambut momen IWD digelar aktivis perempuan kota Padang dan sekitarnya, antara lain diskusi hasil penelitian Broken Pathways, Aksi Damai di bundaran Adipura (depan gedung DPRD) dan Berbagi Pengalaman dalam rangka identifikasi pemenuhan persoalan hak-hak perempuan.

Proses menuju pentingnya posisi perempuan di legislatif didorong oleh minimnya keberpihakan pada putusan-putusan yang berhubungan dengan pengarusutamaan isu dan permasalahan perempuan.

Menilik tekad tertanam untuk penuhi affirmative action di ranah legislatif tentu sangat menarik dan tepat sekali dikaji. Jelang satu tahun gelaran demokrasi Pemilu Serentak, manuver para kandidat dan partai politik yang menaunginya mulai terbaca. Salah satunya keterwakilan perempuan dan strategi apa yang digunakan para caleg bundo kanduang tersebut.

Perempuan di Kancah Legislatif Sumbar

Periode 2019-2024 saat ini, empat anggota DPR RI ditempati kaum hawa. Athari Gauthi, Nevi Irwan Prayitno, Lisda Hendrajoni dan Reza Oktoberia. Selain Reza yang PAW, praktis ketiga nama lainnya terpilih dari awal.

Dengan perjalanan perjuangan dan dinamika yang melatarinya, bisa dikatakan keterpilihan perempuan Sumbar di pentas politik nasional secara kuantitas kali ini menonjol, meningkat empat kali lipat. Periode 2014-2019 hanya Betty Shadiq menjadi satu-satunya perempuan. Persis sama dengan Zulmiar Yanri, semata wayang di periode sebelumnya.

Mungkinkah Athari Gauthi sebagai peraih suara perempuan terbanyak, mampu mempertahankan rekor. Sekiranya tidak ada kejadian istimewa, seperti misalnya Partai PAN tidak lolos parliementary threshold, diprediksi Athari melenggang mulus. Konon dapil kabupaten Solok, didukung sang Ayah sebagai Bupati, telah dikapling ketat untuk memastikan salah satu tiket.

Lisda Hendrajoni sebagai perempuan dipilih mayoritas pemilih partai Nasdem, kali ini mesti berputar otak. Tantangan bakal datang dari empat penjuru mata angin, terutama dari kolega di Senayan, Delmeria. Anggota DPR RI asal Cupak, Solok yang juga isteri mantan walikota Sibolga. Pindah medan laga dari Dapil Sumatera Utara oleh partainya diprediksi untuk menggenapi (dua?) perempuan di pentas nasional.

Yang jelas, seperti nan taralah, caleg Nasdem Dapil Sumbar 1 langganan diisi raksasa dan para tokoh kelas berat. Kali ini Suherman dan mantan walikota Padang, Fauzi Bahar, serta mantan Bupati Tanah Datar, Shadiq Pasadiqoe, yang menyeberang dari PAN.

Prestasi Nevi Zuairina yang mengalahkan incumben Refrizal dan tokoh di Dapil yang bukan negeri asalnya, kalau tidak waspada bisa tumbang. Selain harus ekstra keras menghadapi persaingan internal dengan mantan walikota Payakumbuh Reza Pahlevi, juga mantan Bupati 50 Kota Irfendi Arbi yang kali ini diperkirakan maju melalui Partai Nasdem. Bupati Pasaman Benny Utama pun punya peluang membulatkan suara untuk keterpilihannya.

Satu yang tersisa, Reza Oktoberi menunggu keajaiban mempertahankan kursi empuknya. Dengan comeback Ketua DPW Mulyadi bertarung, besar kemungkinan singgasana yang dipinjamkan sementara, harus dikembalikan ke empunya.

Selain incumben dengan plus minusnya tadi, mungkinkah tampil caleg perempuan lapis berikutnya, seperti Edriana yang digadang-gadang bakal meraih kursi kedua Partai Gerindra, merotasi senior sekampung, Suir Syam.

Bagaimana pula dengan anggota DPRD Sumbar FPDIP, Lely Arni yang di’campakkan’ ke atas. Blessing in disguise, basis real tak tergoyahkan membuat mantan birokrat senior Dharmasraya terbuka peluangnya. Kolaborasi dengan tokoh jenderal polisi ninik mamak Fakhrizal dan politisi kawakan Albert Hendra Lukman, diprediksi kursi Dapil Sumbar 1 kembali diraih partai banteng moncong putih.

Dua nama potensial sekiranya mampu memaksimalkan jejaring berpeluang mencetak rekor baru. Mantan asisten Ibu Negara Ani Yudhoyono yang juga Wasekjen DPP Partai Demokrat Imelda Sari adalah salah satunya. Kuda hitam yang identik dengan keluarga mantan Presiden SBY ini selalu tampak hadir mendampingi Ketum AHY di momen penting.

Begitu pula Ketua DPW PKB Anggia Ermarini yang juga anggota DPR RI, apa mungkin untuk pertama kalinya PKB mengirim duta. Tandem dengan anggota DPRD Rico Alviano, Anggia sangat strategis dikaryakan ke Dapil Sumbar 1? Entahlah, kita tunggu penataan caleg masing-masing partai.

Yang jelas, setelah melalui proses panjang perpolitikan perempuan untuk memenuhi kuota 30% di proses caleg masih jauh panggang dari api. Maka tiada kata lain, perempuan harus bersatu.

Penutup

Bacaan serunya pertempuran masih terbuka, kejutan tak terduga sangat berpeluang. Mampukah para champions bisa melanjutkan masa bakti. Catatan yang terbentang di era kontemporer, tidak satupun anggota perempuan DPR RI mampu mempertahankan kursinya. Konon pula bisa mensejajarkan diri dengan politisi legendaris Rasuna Said atau Aisyah Aminy?

Apapun itu, melihat lekat tangan dan jam terbang para tokoh perempuan politisi kali ini sungguh memancarkan semangat optimisme. Aktifis perempuan kota Bukittingi, Rahmat Nona dan Nofri Yani dari Yayasan Camar bersama tokoh muda Mentawai Rafta serta Rinawati dari Gugah Nurani tampak sumringah. Bersama Ketua Pusat Riset Kearifan Lokal UNP, Dr Wirdanengsih mencanangkan tekad bersama untuk kemajuan kaumnya.

Melanjutkan darma Bundo Kanduang di ranah lebih luas. Momen IWD kali ini tampaknya patut benar dijadikan cermin. Ayo para Diva politik ranah jangan lalai jua, membuhul dan saling menganjung, mumpung waktu masih cukup.(analisa)