Intervensi Penguasa Putus Rantai Covid-19 Harus

oleh -1,128 views
oleh
1,128 views
dr Akmal Hanif tegas intervensi penguasa harus untuk putus mata rantai Covid-19, Minggu 29/1 (foto: dok/google)

Padang,—-Desakan larang orang luar masuk Sumbar dijawab dengan pembatasan selektif. Karantina wilayah, dibalas dengan penyiapan tujuh gedung pemerintah untuk karantina pasien ODP Covid-19.

Itu simpang siur diskusi media sosial dua hari ini pasca Sumbar menjadi red zone Covid-19 dengan tujuh pasien positif, tiga di Padang dan empat di Bukittinggi. Satu pasien positif meninggal dunia di Padang, dan satu pasien di Bukittinggi dikabarkan telah membaik.

Menilai kondisi kekinian di Sumbar Dokter Akmala Hanif di whatsapp group ‘Kawal Covid-19 Sumbar’ menciutkan analisa epidemiologinya.

Dokter Akmal Hanif menegaskan bahwa intervensi penguasa untuk memutus rantai sebar Covid-19 harus.

“TIDAK ADA INTERVENSI pemutusan rantai penularan virus secara maksimal, maka asumsinya kita mengandalkan HERD IMMUNITY dan negaar Inggris sendiri selama ini percaya dengan HERD IMMUNITY, kini telah merubah keputusannya.
PM Inggris memutuskan Negaranya LOCKDOWN,”ujar Akmal Hanif, Minggu 29/3 di WAG ‘Kawal Covid-19 Sumbar’.

Tapi kalau bertahan dengan keadaan sekarang yang hanya penerapan pembatasna selektif orang masuk keluar Sumbar kata Akmal Hanif, kebijakan seperti itu akan menjadi BLUNDER TERBESAR dalam sejarah bangsa ini.

”Alasannya, satu corona birus baru, mutasi akhirnya seperti apa belum tahu. Kedua, secara normal HERD IMMUNITY bisa tercapai bila popolasi terinfeksi sekitar 70%. Artinya 270jt x 70% = sekitar 189jt orang,”ujarnya.

Nah kata Akmal Hanif kalau CFR 3% saja rata-raya dunia maka angka  MENINGGAL DUNIA karena COVID 19 3%x189 juta yaitu sekitar 5,67 juta jiwa.

”Apakah mau kita mengorbankan segitu banyak nyawa?. Itu kalau pakai CFR 3%, tapi saat ini CFR kita 8 sampai 10%, hitung aja ada berapa yang akan meninggal karena COVID 19 ini,”ujarnya

Ketiga faktor Indonesia negara kepulauan.”Sulit prediksinya, karena mobilitas udara dan laut yang masih sangat tinggi di negara ini,”ujarnya.

Kemarin, Sabtu 28/3 Indonesia memasuki minggu ke 5 ( lima) COVID 19.

Kasus COVID,  pertama di Indonesia tercatat tanggal 2 Maret 2020. CHINA mencatat kasus COVID-19 di Wuhan pada Desember 2019.

“Awalnya jumlah kasus bergerak lambat dengan kurva landai. Bulan Februari 2020 terjadi ledakan kasus dengan jumlah kasus dan angka kematian meningkat drastis. Mereka kemudian bisa mengatasi outbreak ini dengan cepat selain keputusan TOTAL LOVKDOWN,”ujar Akmal.

Tiongkok didukunh dengan uang ratusan trilliun, tenaga medis yang banyak dan RS dengan fasilitas kesehatan yang lengkap dalam jumlah besar.

”Mohon saya kepada pemimpin, JANGAN ABAIKAN DATA EPIDEMIOLOGI DUNIA INI, KITA SUDAH MEMASUKI MINGGU KE 5, KURVA SUDAH MULAI NAIK tidak landai lagi,”ujar Akmal Hanif. (own)