Jembatan Tiabo Ambruk, PUPR Siapkan Jembatan Darurat Bailey

oleh -285 views
oleh
285 views
Wakil Menteri PUPR John Wenpi Wetipo Meninjau lokasi putusnya Jembatan Tiabo, Jumat(29/1).(doc)

Halmahera Utara – Pasca terputusnya akses antara Kecamatan Galela Utara dan Loloda Utara akibat banjir dan ambruknya Jembatan Kali Tiabo pada Jumat (15/1) lalu. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memasang Jembatan Bailey yang berada di Desa Ngidiho

Saat meninjau lokasi putusnya jembatan kali tiabo, Wakil Menteri PUPR John Wempi Wetipo menginstruksikan agar segera dilakukan penanganan untuk mendukung konektivitas masyarakat dan wilayah terisolir. Sebagai upaya tanggap darurat telah disiapkan Jembatan Bailey oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah Maluku, Ditjen Bina Marga untuk membantu Pemerintah Daerah sambil menunggu penanganan secara permanen.

“Ini bukan solusi permanen, tetapi paling tidak bisa dilalui dulu. Kalau jembatan permanen sudah dikerjakan akan dibongkar kembali jembatan rangka baja Bailey tersebut, karena bisa digunakan kembali apabila ada hal yang serupa terjadi,” kata Wamen Wempi di Desa Ngidiho, Jumat (29/1/2021).

Kepala BPJN Wilayah Maluku Utara Gunadi Antariksa mengatakan, rangkaian Jembatan Bailey yang dipersiapkan sebanyak 4 unit rangka baja, dengan masing-masing panjang 30 meter sebanyak 3 unit dan panjang 24 meter sebanyak 1 unit. Sementara untuk penanganan darurat pada 1 oprit jembatan yang tergerus banjir dilakukan pemasangan geobag sebagai pelindung sementara dari arus air sungai.

Selain itu Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku, Ditjen Sumber Daya Air juga akan melakukan penanganan pada Sungai Tiabo dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tohaki dengan menormalisasi alur sungai dan memperkuat tebing untuk melindungi luapan sungai masuk ke permukiman. Adapun pekerjaan yang dilakukan berupa pemasangan geotekstil, galian pondasi, dan pemasangan bronjong.

Salah satu warga Kecamatan Loloda, Jarnawi Dodungio berharap penanganan Jembatan Tiabo segera selesai untuk memudahkan aktivitas masyarakat sehari-hari. “Semenjak jembatan putus, kami jika ingin menjual hasil perkebunan menggunakan rakit,” katanya.
(ril.biro.kp/pupr/ms)