jika Capres Agustus ini, Yolvadri Riki Putra: Prabowo Subianto, Sumbar Rumah Gadang Anies tak Terbukti

oleh -96 views
oleh
96 views
Prabowo Subianto menang di Sumbar jika Pemilu Agustus ini, fakta survei Polstra Research & Consulting, rilis Selasa 15/8-2023. (scrnsht)

Padang,— Polstra Reseach & Consulting merilis hasil survei terbarunya terkait pilihan masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) terhadap tiga Bacapres.

Yolvadri Riki  Putra selaku Direktur Polstra Reseach & Consulting mengatakan survei metode random sampling dengan tingkat kesahihan 95 persen setelah dilakukan phone chek terhadap sample

“Untuk pilihan responden terhadap tokoh calon presiden, secara spontan (Top Of Mind),
dominan responden memilih Prabowo Subianto yaitu 42,8%, disusul Anies Baswedan 31,2%, Ganjar Pranowo 4,2%, sedangkan tokoh-tokoh lainnya berada dibawah 1%,. Sebanyak 19,1% responden belum menjawab,”ujar Riki, Selasa 14/8-2023.

Pada simulasi 10 nama tokoh calon presiden, di mana responden dengan dihadapkan pilihan gambar dan nama tokoh calon presiden, Prabowo Subianto tetap menjadi teratas dengan elektabilitas sebesar 45,3% , disusul Anies Baswedan 33,1% Ganjar Pranowo 5,8%. Sedangkan nama-nama tokoh lainnya berada dibawah 2%, responden yang belum menjawab sebanyak 9,4%.

“Dan untuk Pak Prabowo ini kuar biasa, survei Polstra Januari 2023 yang lalu, hari ini tren elektabilitas Prabowo Subianto mengalami kenaikan dari 40,2% naik menjadi 45,3%, sedangkan Anies Baswedan
mengalami penurunan dari sebelumnya 39,1% turun menjadi 33,1%, Ganjar Pranowo juga ikut turun dari 7,1% di bulan Januari 2023 menjadi 5,8% di bulan Agustus ini,”ujar Riki

Secara umum kata Direktur Polstra ini terjadi perubahan kecenderungan pilihan responden di Sumatera Barat
terkait pilihan Calon Presiden.

“Sumatera Barat yang didengungkan sebagai basis militansi pendukung Anies Baswedan tampaknya terbantahkan, sebab elektabilitas Anies Baswedan di Sumatera Barat tak pernah tembus angka di atas 50% dan malah mengalami penurunan,”ujar Riki.

Menurut analisa Polstra Reseach & Consulting, Sumbar tidka jadi Rumah Gadang Anies Baswedan disebabkan mungkin beberapa faktor.

“Seperti cerminan berbagai survei nasional, bahwa pemilih Anies Baswedan dominan
berasal dari 30-40% pemilih yang dulunya adalah pemilih Prabowo Subianto di Pemilu
tahun 2019. Cerminan demikian juga tampak di Sumatera Barat, di mana Sumbar pada
pemilu tahun 2019 yang lalu 85% memilih Prabowo Subianto, dengan sekarang
kehadiran sosok Anies Baswedan, sebagian tetap bersama Prabowo Subianto dan
sebagian lainnya berpindah memilih Anies Baswedan,”ujar Riki.

Jadi hasil survei ini bukti juga bahwa pemilih di Sumatera Barat itu dominan hanya akan berada di antara Prabowo dan Anies. Kondisi demikian tampak dalam temuan simulasi saat survei periode Juli-Agustus 2023.

“Ketika terjadi head to head antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto,
51,4 responden memilih Prabowo Subianto sedangkan Anies Baswedan
43,4%, responden menjawab Tidak Tahu/Tidak Jawab sebesar 5,2%,”ujar Riki.

Tapi ketika head to head antara Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, elektabilitas Prabowo Subianto naik drastis menjadi 72,3%, bisa dipastikan kenaikan tersebut ditopang oleh mayoritas pemilih Anies
Baswedan berpindah memilih Prabowo, sedangkan Ganjar Pranowo elektabilitasnya hanya 10,4%, sedangkan responden menjawab Tidak Tahu/Tidak Jawab sebesar 17,3%.

Selain itu bisa saja Kasus korupsi Johny G Plate yang merupakan elit partai Nasdem menjadi pukulan telak, bagi Nasdem dan Anies Baswedan.

“Juga, Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan menurut kami belum terkonsolidasi penuh sehingga memunculkan
keraguan publik, terutama sikap partai Demokrat yang masih terkesan belum “full
heart” sebab upaya Demokrat mengusung ketua Umumnya AHY menjadi Cawapres
Anies belum direspon secara baik oleh Anies, Nasdem dan PKS, sehingga bisa jadi
publik menilai bahwa Demokrat berpotensi keluar dari Koalisi Perubahan, di mana
akhirnya koalisi perubahan bubar,”ujar Riki.

Polstra juga profesional dengan menyebut disclaimer atas surveinya itu.

“Kondisi di atas masih bisa berubah, sebab dalam waktu 6 bulan ke depan kami meyakini terdapat berbagai peristiwa politik yang dapat mempengaruhi persepsi pemilih terhadap partai politik dan Calon Presiden, terutama pengaruh tokoh yang nantinya akan menjadi Calon Wakil Presiden akan ikut mempengaruhi pilihan publik,”ujarnya.(adr/ril)