Kata Sapaan dalam Bahasa Batak Mandailing di Ujung Gading Pasaman Barat

oleh -4,226 views
oleh
4,226 views
Bahasa Mandailing Sapaan di Ujung Gading, ini penelitian mahasiswa KKN UNAND. (dok)

Oleh: Rahmadani Shadira Putri

Mahasiswa KKN PPM Universitas Andalas

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menyimpulkan bahwa Kata Sapaan Dalam Bahasa Batak Mandailing merupakan bahasa yang sangat penting dalam lingkungan masyarakat batak, baik itu batak toba, batak pak-pak, simalungun, dan sebagainya.

Dalam pemakaiannya, kita harus tahu menggunakan kata sapaan tersebut kapan dan di mana kita menggunakannya. Metode penelitian yang digunakan ialah Metode Agih yaitu memadankan suatu objek yang berasal dari bahasa itu sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa kata sapaan dalam bahasa batak mandailing merupakan bahasa yang sudah jauh berbeda dengan bahasa batak lainnya, dimana Batak Mandailing ini tidak kental terhadap intonasi tekanan dalam pengucapan katanya.

Bentuk sapaan batak mandailing terdiri dari (1) kata ganti ho, hamu, (2) nama diri, (3) gelar, dan (4) istilah kekerabatan. Sapaan bahasa Batak Mandailing di Pasaman Barat sehari-hari terdapat dalam (1) lingkungan keluarga, dan (2) lingkungan kerabat sekitar.

KATA KUNCI: kata sapaan bahasa batak mandailing, bahasa batak mandailing, lingkungan batak mandailing.

A. PENDAHULUAN

Bahasa daerah merupakan sarana komunikasi intra daerah yang wajib dipertahankan. Bahasa daerah juga menjadi sebuah penanda atau pengenal seorang individu terhadap keasliannya.

Bahasa batak mandailing dominan terdapat di provinsi Sumatra Utara bagian selatan, Sumatra Barat dan Riau bagian utara. Bahasa Mandailing Julu dan Mandailing Godang dengan pengucapan yang lebih lembut dari bahasa Batak Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing Natal pada umumnya. Di Pasaman, Sumatra Barat dan Rokan Hulu, Riau, bahasa Mandailing mempunyai logat dan kosa kata khas sendiri.

Dalam tutur sapa, penggunaan kata sapaan yang tepat sangat diperlukan. Kata sapaan merujuk pada kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa. Dalam kata sapan, pelaku terbagi menjadi tiga yakni: (1) pembicara, (2) orang yang diajak berbicara atau orang kedua, yang menjadi lawan bicara, dan (3) orang yang disebutkan dalam pembicaraan.

Dalam bahasa Batak Mandailing kata sapaan itu bagian dari adat. Jadi, setiap sebutan, panggilan dalam kata sapaan, harus digunakan pada waktu dan konteks yang sebaik mungkin dan tepat. Kesalahan penggunaan kata sapaan menjadi sebuah penilaian yang menentukan tuturan dan hubungan bermasyarakat.

Oleh karena itu, kata sapaan dalam bahasa batak sangat perlu diketahui oleh masayarakat luas karena ini merupakan warisan dari budaya Batak. Hal ini yang membuat penulis tertarik dan memilih judul “Kata Sapaan Dalam Bahasa Batak Di Paman Barat”.

Manfaat dari penelitian ini terbagi atas manfaat teoritis dan praktis. Manfaat toritis yaitu untuk menambah ilmu penelitian dibidang bahasa khususnya kata sapaan bahasa Batak Mandailing. Manfaat praktisnya yaitu; (1) bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang kata sapaan dalam bahasa Batak Mandailing di Pasaman Barat. (2) bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas penelitian dengan tema yang sama.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Moleong mengatakan bahwa penelitian kualitatif sebagai Prosedur Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode ini juga disebut sebagai metode Agih yaitu memadankan suatu objek yang berasal dari bahasa itu sendiri.

Penelitian ini berlatar di Ujung Gading. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena daerah dengan lokasi serta masyarakatnya sudah dikenal oleh peneliti sendiri, sehingga segala sumber data yang dibutuhkan akan lebih mudah diperoleh, mengingat kondisi pandemi saat ini tidak memungkinkan untuk meneliti ke daerah yang sedikit jauh untuk penelitian singkat ini. Objek penelitian ini adalah Bahasa Mandailing yang digunakan oleh masyarakat di Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat. Sedangkan yang menjadi fokus Penelitian adalah kata sapaan, berdasarkan lingkungan keluarga dan lingkungan kerabat sekitar.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan kata sapaan dipakai dalam sistem sapaan. Selain itu juga keberagaman sapaan yang digunakan dapat disebut sebagai penanda kebebasan bagi penyapa untuk memilih sapaan yang sesuai dan lazim digunakan oleh masyarakat setempat.

Dalam kata sapaan kekerabatan bentuk dan pemakaian kata sapaan berdasarkan keluarga, maksudnya di sini kata atau ungkapan yang diucapkan kepada orang yang merupakan anggota kerabat yang berdasarkan pada hubungan perkawinan, sehingga mengarah kepada tutur sapa yang sopan dan santun.

Kata sapaan kekerabatan ini juga merupakan sapaan antar kerabat yang bertali darah. Hubungan berdasarkan keturunan tersebut sangat menentukan bentuk kata sapaan yang akan digunakan oleh seseorang untuk menyapa anggota keluarganya yang lain dalam berkomunikasi.

Data I

Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa ayah kandung adalah ada dua bentuk kata sapaan, yaitu ayah dan abak.

Seperti data dibawah ini:

(1) Dung murak ma arun ayah?

Dung murak ma arun abak?

‘Sudah sembuk demam ayah?’

(2) Andigan ayah Muli tu bagas?

Andigan abak muli tu bagas?

‘Kapan ayah pulang ke rumah?’

Kata sapaan di atas merupakan kan panggilan yang digunakan untuk menyapa atau memanggil ayah kandung. Kata sapaan Abak dan Ayah hanya dapat digunakan untuk menyapa atau memanggil ayah kandung dan tidak dapat digunakan untuk orang lain.

Dalam penggunaan sehari-harinya kata sapaan yang digunakan untuk menyapa ayah kandung sering disingkat menjadi Yah,dan Bak. Bentuk singkat kata sapaan yang digunakan jika yang menyapa berhadapan langsung dengan yang disapanya.

Yang kedua menyapa ibu kandung. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa ibu kandung adalah dengan panggilan umak atau mamak. Seperti contoh data dibawah ini:

(3) Dung mangan ma umak?

Dung ma mamak mangan?

‘Ibu sudah makan?’

(4) Dot ise umak ke?

Dot ise mamak ke?

‘sama siapa ibu pergi?’

Kata sapaan tersebut merupakan kata sapaan yang khusus digunakan untuk menyapa atau memanggil ibu kandung dan tidak digunakan untuk menyapa atau memanggil orang lain. Kata sapaan Umak dan mamak dapat disingkat dengan mak. Kata sapaan mak dapat digunakan apabila orang yang menyapa berhadapan langsung dengan yang disapa.

Selanjutnya kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak perempuan kandung. Ada dua panggilan yaitu unik dan kakak. Contoh:

(5) Kak aha sambal ken ita pamasak?

Nik aha gule ken ita pamasak?

‘Kak masak sambal apa kita?’

Kata sapaan tersebut digunakan untuk menyapa kakak perempuan kandung dan istri dari kakak laki-laki kita. Disamping itu, kata sapaan tersebut juga dapat digunakan untuk menyapa atau memanggil orang lain. Untuk sekarang kata sapaan unik tidak lagi digunakan untuk generasi muda melainkan itu digunakan untuk memanggil kakak yang yang tergolong sudah sangat tua.

Dalam menyapa kakak laki-laki kandung, ada dua sapaan yaitu abang dan akkang. Abang digunakan untuk memanggil kakak laki-laki yang masih tergolong muda sedangkan Akang dipanggil untuk kakak laki-laki yang sudah golongan tua. Maksudnya disini adalah kakak laki-laki yang Golongan muda merupakan kakak laki-laki yang tidak jauh jaraknya dengan umur kita Sedangkan kakak laki-laki yang dalam golongan tua merupakan kakak laki-laki yang sangat jauh perbedaan umurnya.

(6) Muaso inda di tolongi abang alai karojo?

Muaso nga akkang tolongi alai karojoi da?

‘Kenapa abang tidak membantu mereka bekerja?’

Menyapa adik laki-laki kandung. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa adik laki-laki kandung adalah adik, ho, serta nama. Biasanya hanya tiga bentuk sapaan tersebut yang digunakan dalam lingkungan keluarga inti untuk memanggil adik laki-laki kandung. Sama halnya dengan kata sapaan yang digunakan untuk menyapa adik perempuan kandung. Di sini juga digunakan dengan sapaan ho, adik, nama. Serta dalam jajaran orang yang lebih muda umurnya dibandingkan kita sering sekali hanya dengan menggunakan kata sapaan ho, dan nama saja.

(7) Andigan dope diganti baju sikolai jakna dik?

Andigan dope ganti ho baju sikolai jakna?

‘Kapan lagi adek ganti baju sekolahnya?’

Selanjutnya kata sapaan untuk memanggil kakek. Dalam bahasa Mandailing digunakan dengan panggilan ompung atau ongku. Contohnya:

(8) Dung mangan ma ompung?

Dung ma ongku mangan?

‘Kakek sudah makan?’

Kata sapaan tersebut merupakan sapaan untuk kakek atau orang tua dari kedua orang tua kita. Baik itu kakek dari ibu maupun kakek dari ayah.

Selanjutnya panggilan nenek untuk sapaan dalam bahasa Mandailing, kata sapaan yang biasanya digunakan adalah nenek. Misalnya saja pada data berikut:

(9) Madung sehat nenek?

‘Nenek sudah sehat?’

Data II

Kata Sapaan Makna

[Nantulang] Sapaan untuk istri dari adik laki laki ibu

[Tulang] Sapaan untuk saudara laki laki ibu

[Inang tobang] Sapaan anak laki laki/perempuan kepada kakak ibu

[Amang tobang] Sapaan anak laki laki/perempuan kepada Suami kakak ibu

[Amang tua] Sapaan kepada abang ayah

[Inang tua] Sapaan kepada istri abang ayah

[Eda] Sapaan kepada ipar perempuan

[Bunde /bou] Sapaan kepada adik laki-laki ayah

[Amang boru] Sapaan kepada mertua perempuan

[Namboru] Sapaan kepada kakak perempuan ayah

[Amu / Homu] Sapaan untuk kalangan banyak/ kalian

D. PENUTUP

Bahasa batak mandailing dominan terdapat di provinsi Sumatra Utara bagian selatan, Sumatra Barat dan Riau bagian utara. Bahasa Mandailing Julu dan Mandailing Godang dengan pengucapan yang lebih lembut dari bahasa Batak Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba. Kata sapaan dalam bahasa Batak Mandailing sangatlah beragam, dan memiliki makna tersendiri, tidak diperbolehkan asal membuat kata sapaan, karena telah ada panggilan atau sapaan khas dari bahasa batak itu sendiri karena dalam bahasa Batak Mandailing kata sapaan itu bagian dari adat.

E. DAFTAR KEPUSTAKAAN:

Moleong Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryoputro, Gunawan, dkk. 2012. Menulis Artikel Untuk Jurnal Ilmiah. Jakarta Selatan: Uhamka Press

(analisa)