Nagari Canduang Koto Laweh, Keelokan Negeri Tempat Pengabdianku

oleh -559 views
oleh
559 views
Mahasiswa UNAND bangga KKN di Nagari Canduang Koto Laweh Agam. (dok)

Oleh: Tri Oktaviana

Mahasiswa KKN PPM UNAND

NAGARI yang penuh dengan keindahan alamnya ini memang tak membuat kita bosan-bosannya memandang, memuja serta selalu ingin melindunginya agar terus terjaga keasriannya.

Universitas Andalas (UNAND) yang sudah menerjunkan ribuan mahasiswanya ke berbagai daerah di Sumatera Barat dan satu diantara daerah pengabdian mahasiswa iru Canduang Koto Laweh.

Canduang Kota Laweh, nagari dengan luas kurang lebih 14,43 KM2 yang terdiri dari 11 jorong ini mampu memanjakan mata yang memandang dengan kebudayaan masyarakat serta adat tradisi yang masih kental disini.

Beragamnya kebudayaan ranah minang, satu dari sekian ragam budaya itu, adalah di Nagari Canduang Koto Laweh ini di mana ditemukan Adat Niniak Mamak yang menjunjung tinggi jabatan serta kuasa di kampung ini.

Segala aturan dan apapun yang hendak dilakukan oleh pihak keluarga musti didiskusikan oleh para petuah atau Niniak Mamak yang ada di sana.

Di samping itu, hamparan sawah dan ladang yang masih enggan terlihat di perkotaan menjadi keunikan serta tempat yang sangat iconic untuk dikunjungi oleh para wisatawan. Begitu pula dengan penulis yang merasa senang karena menemukan tempat pengabdian yang sangat indah.

Kabupaten Agam yang dikenal dengan sejuta keindahan alamnya, memberikan kami kesempatan sebagai akademisi untuk menikmati serta menggali potensi-potensi yang ada di nagari ini sehingga kami dapat mengabdikan diri kami sebaik mungkin dan mencipta keindahan lainnya yang tersimpan oleh nagari kecil yang tepat berada di bawah kaki Gunung Marapi.

Di samping itu, keelokan negeri ini sangat terlihat dari banyaknya wisatawan yang datang dan berkunjung hanya untuk mengabadikan moment-moment indah di kampung ini.

Banyaknya keunikan di nagari ini seperti masih terlihat kerbau yang digiring oleh sang pemilik menuju sawah untuk membajak, ladang yang subur nian sehingga menghasilkan tanaman-tanaman yang segar dan berkualitas tinggi serta kesantunan serta pola perilaku masyarakatnya yang masih sangat dekat dengan agama.

Canduang Koto Laweh, nagari yang akan terus menyimpan memori selama 35 hari yang akan dilewati bersama, di mana saat pertama kali kami berkunjung bersama dengan Dosen Pembimbing lapangan (DPL) yang juga amat kagum akan keindahan budaya serta keasrian alam ini.

Letak yang tidak jauh dari Gunung Marapi Sumatera Barat ini menjadi tempat yang tidak ditemukan di daerah lain. Belajar mengenal adat kebudayaan yang ada di nagari ini menjadi bentuk pengabdian yang paling kami syukuri dan menambah wawasan serta pengalaman bagaimana dapat mensyukuri nikmat Tuhan.

Sempat terlintas di dalam benak ini, tentang bagaimana anggapan orang jika sudah membahas KKN yang dikhawatirkan menjadi pengalaman atau kenangan buruk di kemudian hari, namun tidaklah demikian yang dirasa, justru sebaliknya, di nagari ini belajar menyikapi masyarakat dengan tutur kata serta sopan santun yang menunjukkan bahwa kami adalah seorang pelajar.

Dalam menjalani KKN, banyak pengajaran yang mungkin belum tentu kami dapatkan di tempat lain di mana adanya kelompok sanggar seni yang menampilkan tradisi “bamain tambua” dimainkan oleh sekelompok pemuda dan latihan setiap sore di halaman kantor wali nagari.

Hal ini menjadi bentuk kelestarian budaya dalam bermain alat musik daerah yang masih ada di zaman serba canggih saat ini. Tambua sendiri diartikan sebagai salah alat kesenian tradisional Minangkabau yang di mainkan bersama dengan alat musik tasa.

Gendang Tambua terbuat dari ( kayu tarantang ) atau sejenis batang kapas. Gendang Tambua ini merupakan seni musik tradisional yang semua alat musiknya terdiri dari alat perkusi yang dinamakan musik ritmis.

Meskipun populer di daerah Pariaman, namun banyak daerah lainnya yang juga ikut melestarikan budaya ini, satunya yaitu Nagari Canduang Koto Laweh.

Di samping itu, Canduang Koto Laweh sangat lekat dengan masyarakatnya yang sangat agamais. Tak heran ketika melihat anak muda di nagari ini akan mengenyam pendidikan ke pondok pesantren atau madrasah. Hal ini juga cenderung menjadi salah satu latar belakang nagari ini semakin diminati oleh para wisatawan dan siapapun yang berkunjung ke nagari ini musti paham bagaimana berpakaian yang sopan dan rapi khususnya yang beragama Islam.

Masyarakatnya yang masih dikenal dengan kesopanan serta lekat dengan agama ini pun juga terlihat dari bagaimana cara berpakaiannya baik itu anak -anak, remaja, dewasa, hingga berumur lansia sekali pun juga masih menggunakan baju pakaian adat minang dahulunya seperti pada perempuan yang masih memakai “baju kuruang” dan bagi laki-laki memakai celana dasar serta memakai kopiah atau peci.

Semua bentuk kebudayaan dan keunikan yang dimiliki Canduang Koto Laweh adalah anugrah Tuhan yang pantas untuk disyukuri dan dijaga agar tidak punah walau zaman telah berganti.

Demikian pula pada pengabdian mahasiswa KKN Universitas Andalas yang diharapkan juga akan ikut dengan senang hati memberikan yang terbaik untuk nagari ini.

Kedatangan mahasiswa KKN tentunya juga musti menjadi pengenal serta melindungi adat budaya serta tradisi yang sudah ada di nagari ini. Keberagaman budaya ini sungguh menciptakan kebanggaan serta rasa syukur yang tak henti-hentinya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah menciptakan nagari se-indah ini sehingga dapat dinikmati oleh setiap makhlukNya.

Besar harapan pula dari usainya pengabdian yang telah diberikan pada nagari ini menjadi pucuk yang akan mengharumkan nama nagari ini dan selalu menjaga kelestarian budaya adat istiadat di nagari ini.

Semoga dengn hadirnya KKN Universitas Andalas menjadi berkah yang tak ternilai bagi Canduang Koto Laweh dan memberi kami arti bahwa keindahan tak selalu mahal harganya, namun nilainya amatlah tinggi.(analisa)