Kesehatan Pengungsi Abrasi Pantai Drop

oleh -840 views
oleh
840 views
Suci pengungsi Batang Kapas akibat abrasi pantai khawatir melahirkan di tenda pengungsian, Selasa 1/10 (niko)

Painan,—Abrasi Pantai Kampung Muaro cukup hebat, selain rusakkan properti warga, juga memaksa sebagian masyarakat mengungsi.

Hidup di bawah tenda pengungsian ternyata tidak nyaman, laporan media ini kondisi kesehatan sebagian masyarakat pengungsi dampak abarasi pantai di Kampung Muaro, Kenagarian IV Koto Hilia, Kecamatan Batangkapas drop alias menurun.

Selain itu pengungsi juga mengeluhkan susah tidur dan susah memasak.

“Kesulitan saya susah tidur dan memasak. Sekarang saya lagi batuk dan diare. Tensi juga mulai menurun,”ujar Suci, 24 tahun yang kebetulan lagi hamil. Suci satu dari banyak pengungi, yang akibat abrasi pantai, Selasa, 1/10 kemarin.

Bahkan saat diwawancarai media ini di lokasi pengungsian Suci merasa cemas akan kandungannya. Sebab hasil prediksi pemeriksaan kesehatan, ia akan melahirkan 10 hari lagi.

Di usia kandungan Suci yang telah sampai sembilan bulan itu, terpikir rasa khawatir yang meninggi.

“Iya cemas pak. 10 hari lagi anak dalam kandungan saya mau lahir. Sementara tempat tinggal saya tidak bisa ditempati lagi. Semua hancur gara-gara abrasi,”ujar Suci dengan suara tersedak menahan sedih di dirinya.

Sementara, Yondri 25 tahun, suami Suci juga merasakan kekhawatiran yang sama. Tinggal di tenda pengungsian tidak sangat baik untuk kondisi bayinya jika nanti istrinya melahirkan.

“Meskipun perlengkapan bayi sudah dibantu oleh pemerintah, tentu tidak mungkin bayi kami ditidurkan disini (tenda pengungsian-red),”ujarnya tercenng.

Yondri berharap semoga pemerintah daerah mencarikan solusi terbaik bagi masyarakat pengungsi. Berlama tinggal di tenda pengungsian bisa menimbulkan penyakit.

Surya Mega anggota Tim Medis dari Puskesmas Batangkapas yang bertugas di Posko pengungsian mengatakan beberapa masyarakat yang mengungsi ada yang demam dan asam lambung naik.

“Demam biasa, sesak nafas karena asam lambungnya naik. Umumnya seperti itu,”terang Mega.

Sejak warga tinggal di tenda, kata Mega sebanyak 49 masyarakat pengungsi sudah memeriksakan kondisi kesehatannya.

Secara tugas dan amanah, Mega bakal melaksanakan kewajibannya untuk rutin memeriksa kesehatan masyarakat yang sudah lima hari tidur di tenda-tenda pengungsian.

Terpisah, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Zulfian Afrianto mengatakan pihaknya sudah menyalurkan bantuan logistik kepada masyarakat pengungsi.

“Beras, Sembako, selimut, makanan siap saji dan termasuk perlengkapan bayi bagi ibu hamil telah kami sediakan,”ujarnya.

Dia menjelaskan secara kewenangan Dinas sosial akan mengoptimalkan peranannya dalam membantu soal kemanusiaan itu. Namun hal ini juga tidak lepas dari Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai leading sektor dari sisi kebencanaan.

Dinsos juga belum mengetahui apakah kejadian yang menimpa masyarakat Kampung Muaro sudah ditetapkan sebagai status bencana daerah.

“Ya, tergantung BPBD nantinya. Karena bencana alam tanggung jawabnya BPBD, menyatakan statusnya ini bencana juga BPBD, kewenangan kami memfasilitasi pendirian dapur darurat dan lainnya,”tukasnya.

Sementara, Kepala BPBD Pessel, Herman Budiarto saat dihubungi melalui selular belum menjawab panggilan komunikasi media ini.

Diketahui pemerintah daerah setempat bakal merelokasi pengungsi ke titik yang lebih aman.

Namun hingga saat ini belum ada kejelasan ketersediaan lahan yang akan dijadikan lokasi pengungsi yang baru.

“Soal relokasi, kita masih terkendala lahan. Kemarin ada lahan tapi yang bersangkutan tidak mau jual. Tapi alternatifnya, ada satu lahan lagi, pemiliknya pak Erwin. Nanti malam kita akan bicara soal ini dengan beliau,”ujar Satria Darma Putra, Walinagari IV Koto Hilia.(niko).