Komunikasi Politik di Era Milenial dan Generasi Z

oleh -692 views
oleh
692 views
Alya Syifa Amori. (dok)

Oleh : Alya Syifa Amori

(Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas)

KOMUNIKASI erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari- hari pada saat berinteraksi dan bertemu dengan orang lain, kegiatan komunikasi sangat dominan pada setiap detik kehidupan tanpa disadari.

Arti komunikasi itu sendiri menurut Edward Depari adalah proses penyampaian gagasan, harapan, pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti yang dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada penerima pesan.

McNair mengatakan bahwa Komunikasi politik bukan hanya sebagai komunikasi dari aktor politik kepada pemilih dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi juga komunikasi yang ditujukan kepada para politisi oleh pemilih dan kolumnis surat kabar, serta komunikasi tentang aktor politik dan aktivitas mereka, sebagaimana terdapat pada berita, editorial, dan bentuk diskusi politik media lainnya.

Politik adalah bagaimana cara mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Untuk mendapatkan kekuasan tentunya dengan komunikasi politik yang baik dan bisa mempengaruhi orang lain agar tertarik pada diri kita untuk mendapatkan kekuasaan tersebut.

Sekarang ini secara tidak langsung dan tanpa kita sadari, para milenial dan generazi Z ini dituntut oleh bangsa Indonesia untuk bisa menjadi pemimpin bangsa ini kedepannya.

Masa depan negara Indonesia terletak pada Generasi Z dan Milenial, pastinya kita semua sekarang menunggu-nunggu bagaimana Indonesia 2045 ditangan Milenial dan Generasi Z.

Sekarang bisa kita lihat banyaknya pemimpin daerah, anggota DPR, dan politisi politisi relatif muda seperti yang kita lihat di Sumatra Barat ada Wakil Gubernur Sumatra Barat, Akrab dengan panggilan uda Audy Joinaldy masih berumur 39 tahun, Walikota Bukittinggi akrab dengan panggilan bang wako Erman Safar yang berumur 36 tahun dan legislator muda di Senayan Hillary Brigitta Lasut yang berumur 26 tahun. Ini membuktikan bahwa Indonesia sedang berrevolusi dari pemimpin golongan kolonial menuju pemimpin milenial.

Dilansir dari koran Sulindo, survei Litbang Kompas yang dirilis Oktober 2021 mengungkapkan, generasi milenial dan generasi Z lebih mendominasi ketimbang generasi lainnya, dan berhak mengikuti pemilu pada 2024.

Mengutip hasil sensus penduduk 2020 yang diolah Litbang Kompas/DDY, proporsi jumlah penduduk Indonesia berdasarkan generasinya adalah Post Gen Z (<8 tahun): 10,88%, Gen Z (8-23 tahun): 27,94%, Millennial (24-39 tahun): 25,87%,Gen X (40-55 tahun): 21,88%,Baby Boomer (56-74 tahun): 11,56%,Pre-boomer (>74 tahun): 1,87%

Jika ditambahkan jumlah pemilih yang ikut berkontribusi dalam pemilu 2024 mendatang, Generasi Milenial dan Generasi Z membuktikan bahwa pemilih generasi yang dominan dan mencapai angka 53% lebih dibandingkan generasi lainnya yang ikut serta dalam pemilihan.

Ini menuntut saya sebagai penulis yang termasuk dalam golongan generasi Z serta Generasi Milenial lainnya untuk bisa menjadi pemilih yang cerdas dan rasional, agar kedepannya indonesia 2045 yang kita tunggu tunggu, menjadi demokrasi dan politik yang dewasa seperti negara Amerika, demokrasi politik negaranya sudah digolongkan maju serta dewasa.

Bisa menyaring cara komunikasi politik mereka melalui kampanye yang menjadi sasaran tentunya generasi Milenial dan Generasi Z. Serta tidak menutup kemungkinan bagi kita Generasi Z dan generasi milenial untuk bisa ikut berkontestasi dalam pemilu dan pilkada 2024 mendatang, tentunya untuk para generasi Z dan Milenial tersebut harus memiliki komunikasi politik yang baik agar bisa orang lain tertarik sama diri kita seperti yang telah dibahas sebelumnya.(analisa)